"Kau harus memastikan yang sedang kau pegang sudah meninggal."
"Kau bisa menyayatnya, sangat pelan dan lirih, jangan sampai ada kecatatan sedikitpun."
"Dan saat tidak cacat, kau harus membuat ruang yang cukup lebar agar jantungnya bisa keluar dengan baik tanpa rusak saat dikemas. Kau melihatku melakukannya sejak tadi kan?"
"Apa aku kurang tegas menjelaskannya?" tanya Tae Jung yang melihat Eun Ra hanya diam saja melihat seberapa banyak darah yang menempel pada tangan Tae Jung saat itu.
Walaupun kaus tangan untuk operasi itu terkesan baik-baik saja dan melekat dengan baik, ini sangat mengerikan untuk Eun Ra.
"Kau selalu bekerja seperti ini, tuan?" tanya Eun Ra yang akhirnya setelah limabelas menit berdiri mematung menjaga jarak dengan Tae Jung. "Iya."
"Tidak ada cara lain, dan ku pikir lebih baik seperti ini daripada tidur sepertimu."
"Kau sangat beruntung kan Eun Ra? Kau haya tidur dan bekerja sangat ringan saat aku (tuanmu) bekerja tanpa henti seperti ini. Berikan aku gunting yang baru," minta Tae Jung dengan memberikan tangannya pada Eun Ra dengan cepat juga Eun Ra memberikannya.
"Apakah pekerjaan ini resmi? Ku pikir ini namanya--"
"Memang pembunuhan," potong Tae Jung dengan meminta hal lain lagi. Tae Jung meminta salah satu pria dewasa juga untuk mengelap keringatnya. Eun Ra melihat seberapa teliti dan hati-hatinya Tae Jung benar-benar mengeluarkan organ dalam terpenting di dalam tubuh manusia dengan serius.
"Urus ini!" titahnya lagi, Eun Ra menelan ludahnya sukar. "Kau menjawabnya dengan sangat mudah? Ini pembunuhan, dan--"
"Kau ingin melaporkannya ke polisi? FBI, atau yang lebih tinggi?" Tae Jung kembali memotong ucapan Eun Ra kali ini, dia sejujurnya benar-benar malas membawa Eun Ra datang, hanya saja. Sepertinya membuat Eun Ra tidak banyak bicara hanya dengan cara seperti ini.
Tae Jung hanya ingin membawa Eun Ra berada di sampingnya, dengan uang yang Tae Jung beli, dengan uang yang Tae Jung dapatkan kembali, semuanya terkesan ini pemaksaan.
Tae Jung menyelamatkan hidup Eun Ra hanya untuk bisa Tae Jung manfaatkan. Kenapa Eun Ra menyalahi takdir itu yang sebenarnya? Haruskah Eun Ra dia bunuh saja hari ini?
"Ya, aku akan membuat laporan pada FBI." Tae Jung tertawa keras, dia memberi kode pada dokter bedah tercepat kedua di Korea Selatan untuk menyelesaikannya.
Tae Jung meminta beberapa orang membersihkan dirinya, kaus tangan operasi, dan sebagainya.
"Silahkan," jawab Tae Jung santai setelah semuanya sudah menjadi baik-baik saja. Tae Jung berjalan mendekati Eun Ra, membuat yang didekati merasa sedikit takut.
Eun Ra terus berjalan mundur dan menabrak ranjang operasi yang lain. "Telentang," titahnya lagi, Eun Ra menyatukan alisnya pelan saat melihat Tae Jung kembali menarik ke atas baju kemejanya.
"Untuk apa aku melakukannya? Untuk apa aku harus telentang di ruang operasi ini?" tanya Eun Ra yang sudah takut, menggigil dan merinding.
"Aku harus mengoperasimu jika kau akan melaporkannya. Kau pikir orang-orang yang sudah masuk di sini bisa keluar dengan mulut terbuka?"
"Aku yang akan membunuhnya," jelas Tae Jung membuat Eun Ra menelan ludahnya sukar. Eun Ra merasa sangat bersalah setelah mengatakan apa yang dia pikir kesalahannya. "Maafkan aku, tuan Tae Jung."
"Aku tidak akan mengatakan apapun, mulutku akan tertutup sama seperti mereka semua. Aku janji," ucap Eun Ra dengan mengatupkan bibirnya rapat nersamaan dengan kedua tangannya melekat erat dari telapak tangan ke telapak tangan.
"Aku tidak percaya, aku tidak ingin memelihara hewan di mansionku lebih lama Eun Ra. Kau merepotkanku, ku pikir saat aku melihatmu, berniat membelimu, dan mendapatkanmu, aku bisa memperlakukanmu sebagaimana aku memperlakukan yang lain," ucap Tae Jung pada pertemuan pertama antar kontak mata Eun Ra dengan Tae Jung.
"Nyatanya salah." Tae Jung terkekeh kecil dengan sedikit menertawakan apa yang sedang terjadi dengan dirinya yang buat menjadi baik. "Kau dan aku tidak seharusnya ada disatu dunia yang sama. Dan ku pikir seharusnya di hari pertamaku melihatmu menjadi bodoh dan terus bodoh adalah hari kematianmu."
"Sayangnya kau tidak tahu diri Eun Ra! Kau terus mempermainkanku dan membuatku harus mengampunimu," sambung Tae Jung kembali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya saat itu.
Eun Ra menangis, dia bahkan hampir jatuh saat memikirkan seberapa sadisnya tatapan Tae Jung menguliti pria tua itu dengan sangat santai dan senyum miring.
Ingatakannya memburuk, Eun Ra benar-benar akan mengabdikan dirinya pada Tae Jung apapun yang terjadi.
"Jangan! Ampuni aku satu kali lagi tuan. Aku akan mengikuti apapun yang kau perintahkan, aku janji," mohon Eun Ra dengan mengambil posisi bersimpuh di depan Tae Jung namun pemiliknya memilih menendangnya menjauh.
"Menjauh dari tubuhku, sialan!"
○○○
Dua jam setelahnya.
Setelah perdebatan Tae Jung dengan Eun Ra, sekarang Tae Jung memilih mendatangi Ji Kang yang baru saja sampai dengan adiknya yang sangat terdiam. Ji Kang memerintahkan beberapa bawahannya untuk mengurung Tae Hyun lebih dulu di kamar yang biasa ketiganya datangi.
"Kau punya cerita?" tanya Tae Jung yang terlihat sangat tertawa melihat seberapa cemasnya Ji Kang pada sesuatu sampai keminum obatnya dua tablet bahkan dia meminum satu setiap dia kambuh saja.
"Ya." Ji Kang memukul perut Tae Jung sebelum berbicara, Tae Jung terkekeh mendapatkannya. "Maaf," minta Tae Jung dengan wajah tidak memiliki dosa yang membuat kakak speupu laki-lakinya marah padanya.
"Kau pikir sekarang lucu? Aku hampir mati dan kau bersenang-senang dengan jalangmu? Sialan!" umpat Ji Kang habis-habisan pada Tae Jung membuat Ji Kang menatapnya tajam.
"Sudahlah, aku sudah mengatakan maaf padamu," Tae Jung sepertinya tidak ingin kalah, dia terus membuat Ji Kang mengalah dri apa yang sudah Tae Jung perlakukan padanya.
"Jadi untuk yang pertama, apa yang kau lihat saat kau sampai di Dae Gu, Kak?" tanya Tae Jung memintanya secara rinci, Ji Kang menghela nafasnya berat, dia mengambil airnya lagi dan mengambil duduki santai miliknya.
"Aku meledakkan mobilnya, aku memerintahkan Woo Sik agar menyiram satu tong besar minyak tanah, dan aku membakarnya." Ji Kang memulainya dengan apa yang sejujurnya memang dia lakukan saat itu juga.
Sejujurnya Ji Kang bukan laki-laki yang berani berbohong pada siapapun, Tae Jung bahkan berani menjamin dirinya sendiri.
"Oh? Baiklah." Tae Jung mengakunya sekarang, dia tidak begitu terkejut mendengarnya, bahkan jika mobil mahal milik adiknya itu meledak atau bahkan dijatuhkan ke jurang Tae Jung pikir Ji kang nya tidak akan pernah perduli.
"Selanjutnya?"
"Aku masuk, mengambil kapak yang aku minta ke Woo Sik untuk membuka pintu kamar Ji Min. Kau akan mendapatkan klimaknya nanti Tae Jung. Hanya saja yang menurutku lucu adalah Tae Hyun." Tae Jung menyatukan alisnya bingung, ada apa dengan adiknya?
Bukankah Tae Hyun sangat takut pada Ji Kang? Kenapa ada klimaks kali ini.
"Kau tidak membunuh Song Ji Min kan?" tanya Tae Jung takut-takut saja Ji Kang memenggal kepala Ji Min saat itu juga. "Tidak, aku langsung membiarkannya saling menyerang satu sama lain. Aku tidak akan ikut campur, hanya saja aku menyelamatkan jalang itu saat dia hampir sekarat," jelas Ji Kang membuat Tae Jung terkekeh kecil.
"Bagian mana yang Tae Hyun lukai? Bukankah dia sangat bodoh menyerang organ vital seseorang?" tanya Tae Jung penasaran dengan pekerjaan adiknya yang keterlaluan tiba-tiba dan harus membuat Ji Kang bekerja ektra cepat.
"Perut, mungkin Song Ji Min akan kehilangan ginjalnya. Sayangnya aku tidak takut, Tae Jung. Go Hyung kaya, bukan? Dia bisa membelikan sepuluh ginjal jika Song Ji Min terluka lagi," ucaonya menjelaskannya.
Tae Jung menganggukkan kepalanya beberapa kali menyetujui apa yang Ji Kang katakan padanya. Go Hyung memang kaya, bekerja padanya memang akan membuat orang itu kaya. Jadi Tae Jung tidak begitu perduli.
Jika Song Ji Min mati pun, Tae Jung akan meminta Go Hyung yang akan menguliti tubuh anaknya sendiri unruk mereka jual. Semua orang tidak akan merasa ketakutan lagi, karena jika memang akan terjadi, semua itu sudah terjadi dan tertulis juga.
"Kau yakin Song Ji Min masih bisa bertahan?" tanya Tae Jung yang sedikit mengkhawatirkannya, Ji Kang menganggukkan kepalanya tegas. "Ya."
"Lalu? Apa yang kau lakukan pada Tae Hyun sampai dia terlalu banyak diam tuan Ji Kang? Apakah kau melukai Tae Hyun juga?" Ji Kang menggelengkan kepalanya pelan, dia memang tidak akan pernah melukai saudara-saudaranya.
Jika untuk memukul mungkin Ji Kang masih bisa, dia hanya tidak memiliki adik dan membuat Ji Kang terus merasa baik dan perlu pada semua orang.
Dan melihat seberapa Tae Hyun yang lemah selalu mengatakan banyak hal untuk menghiburnya, Ji Kang tidak memiliki apapun untuk menjawabnya.
Ji Kang tidak suka itu.
"Dia hanya marah karena aku membakar mobilnya," jawab Ji Kang cepat dan sangat santai. Tae Jung terkekeh mendengarnya, dia memang Tae Hyun adiknya, sangat menyukai mobil yang dia belikan. Hanya saja jika sudah berurusan dengan Ji Kang semua orang akan terdiam saja jika sudah terjadi.
Tae Jung pun sama, dia hanya memilih diam atau menggantinya yang baru. "Aku akan--"
"Tidak perlu, Tae Jung. Aku yang akan membelikannya untuk Tae Hyun, aku hanya ingin menunggu seberapa tahannya Tae Hyun marah padaku dan meminta ganti padaku. Kau tidak perlu meminta maaf padanya."
"Begitupun aku yang tidak perlu meminta maaf padamu, kan?" Tae Jung menggelengkan kepalanya tidak begitu yakin kenapa Ji Kang mengatakan hal seperti ini, Tae Jung memilih berjalan menjauh dan memilih terus tidak memperpanjang masalah apapun dan keluar.
"Ngomong-ngomong, dimana Eun Ra? Bukankah kau mengatakan sedang dengan perempuan lemah itu?" Ji Kang menarik perhatian Tae Jung yang akan keluar dari ruangannya.
"Ruang operasi, dia harus ku beri pekerjaan sulit agar dia bisa mengerti seberapa sulitnya hidup di atas. Bukankah kau setuju, tuan Ji Kang?" Ji Kang terkekeh dia menjawab dengan anggukkan kepala yang serius. "Kau benar."