Canggung.
Eun Ra tidak bergerak sama sekali dari posisinya berdiri terkekang sekarang. Ucapan Tae Jung benar-benar membuat Eun Ra tidak bisa mengontrol detak jantungnya kali ini.
Eun Ra tidak bisa menjelaskan seberapa dia harus senang atau justru merasa sangat takut. "Tuan, jangan mengatakan omong kosong," ucap Eun Ra berhasil mengeluarkan suaranya.
Tae Jung menatapnya tajam, mengarahkan wajahnya mendekati Eun Ra, menarik kasar rambutnya semakin ke bawah dan wajah Eun Ra semakin terangkat kepala ke atas. Wajah Tae Jung.
"T-Tuan," gugup Eun Ra saat Tae Jung berusaha mendekatkan wajahnya ke arah wajah Eun Ra, helaan nafas Tae Jung Eun Ra dapatkan. Wangi mint memenuhi indra penciumannya, Eun Ra menutup kedua matanya. Wajahnya mendekat, ini hukuman kan?
Eun Ra memajukan bibirnya agar menempel pada bibir milik Tae Jung, melihat seberapa Eun Ra sangat penurut. Tae Jung melihat bibir Eun Ra secara intens, tanpa jeda, belahan bibirnya, warna pink carry milik Eun Ra, wangi kecil lipstiknya.
Semua, setiap inci dari bagian bibir milik Eun Ra Tae Jung jelajahi dengan matanya. Tae Jung menatap tajam tiba-tiba, bibir mereka hampir tersentuh, berjarak setengah centimeter saja. Namun Eun Ra Tae Jung banting ke arah ranjangnya.
"Kau berusaha kurang ajar?" tanya Tae Jung senang berdiri angkuh, dan Eun Ra yang terlentang diatas ranjangnya sendiri.
Eun Ra gelagapan, dia merasa bingung sekarang. Tae Jung bilang Eun Ra harus menciumnya kan? Kenapa Eun Ra salah lagi. "Aku tidak bermaksud, bukankah kau yang mimintanya," kesal Eun Ra mengambil posisi duduk karena tidak nyaman rebahan di atas ranjang dan Tae Jung berdiri di sisi yang lain.
"Bodoh sekali, kenapa ada wanita sebodoh dirimu," maki Tae Jung tegas sekali membuat Eun Ra menurunkan bibirnya tidak tersenyum. "Semua saja salahku," kesal Eun Ra membuta Tae Jung memutar bola matanya malas.
"Kau pikir aku menjualmu untuk apa?" tanya Tae Jung kembali mengungkit kemarahannya soal adiknya. "Apa janjimu?" tanya Tae Jung membuat Eun Ra menelan ludahnya sukar.
"Maaf," ucap Eun pelan, dia menghela nafasnya berat. "Tadi tuan Tae Hyun---" Tae Jung terkekeh mendenhar bagaimana Eun Ra memanggil adiknya dengan sangat formal seperti itu.
"Kau sedekat itu dengannya?" Yang Tae Jung maksud adalah Tae Hyun. Eun Ra menggelengkan kepalanya pelan. "Aku berusaha membuat celah untukku dengannya, tidak ada kedekatan apapun dengan tuan Tae Hyun adikmu. Dan juga, tadi pagi dia ingin masuk ke kamarku, aku sudah melarangnya. Sebagai gantinya, tuan Tae Hyun memintaku untuk datang ke taman belakang untuk berkenalan saja," jelas Eun Ra agar Tae Jung tidak salah paham padanya. Entah apa maksud Eun Ra menjelaskan ini pada Tae Jung, yang pasti Eun Ra tidak ingin Tae Jung salah menilainya. Itu saja.
"Dan kau datang?" tanya Tae Jung sedikit terkekeh mengingatkan dirinya melihat Eun Ra sedang berbicara pada Tae Hyun adiknya. "Iya, hanya untuk berkenalan. Lagipula aku pelayan baru di sini, sudah seharusnya juga aku menghormati tuan Tae Hyun. Dia adikmu kan?" Tae Jung menutar bola matanya malas.
"Berdiri," titah Tae Jung membuat Eun Ra menyatukan alisnya bingung namun tetap dijalankan saja. "Kau pikir apa perjanjiannya? Kau pikir perjanjian itu ada hanya untuk dilanggar walaupun ini hari pertama? Apa kau pikir aku harus terus melayanimu yang sebenarnya aku yang membelimu dan aku tuanmu?" Eun Ra terdiam, dia menundukkan kepalanya pelan.
Astaga, Eun Ra melupakan hal ini lain. Kenapa bisa.
"Aku akan menjauhinya, beritahu aku caranya. Adikmu ada di mansion yang sama dimana aku tinggal, bagaimana caraku pergi menjauhinya dan adikmu tidak mendekatiku? Beritahu aku caranya," desak Eun Ra yang sangat frustasi.
Tae Jung terkekeh, dia menarik EunRa menggunakan tangannya pada area pinggang. "Akh!" teriak Eun Ra cukup terkejut.
Wajah Tae Jung miring, dia dia langsung mencium bibir Eun Ra buas dengan langsung memasukan bibirnya melahap lidah Eun Ra saat akan mengeluarkan protesannya.
Limabelas menit berjalan Tae Jung masih melakukan hal yang sama, itu berbeda dengan Eun Ra yang hampir mati kehabisan nafas.
"Pikirkan caranya, jika aku melihatmu dengan adikku lagi. Aku akan melakukan hal yang sama dengan durasi waktu yang berbeda." Mungkin maksud Tae Jung, dua kali lipatnya.
○○○
Selesai menggertak Eun Ra Tae Jung benar-benar keluar dari kamar pelayannya itu dan menemui adiinya. Ada Go Hyung tepat di depan kamar Eun Ra menunggunya.
"Dimana Tae Hyun," ucapnya dengan wajah marah lelahnya hilang, bahkan rasa kantuknya tidak ada sekarang ini.
"Kamarnya, aku sudah membawanya ke kamarnya," jawab Go Hyung menjelaskan jika dia cukup cepat berekspresi dan bekerja. Tae Jung menganggukan kepalanya pelan, kakinya berjalan menuju lantai tiga dimana di sana hanya ada kamar untuk keluarga saja.
"Panggil Kak Ji Kang, paman," minta Tae Jung pada pamannya membuat Go Hyung menganggukan kepalanya pelan. "Tidakkah dia sedang beristirahat? Min Ji So bilang Ji Kang melewatkan obatnya, apa kau akan memaksakan sesuatu seperti ini?" Tae Jung memutar bola matanya malas. Matanya menatap tajam Go Hyung tiba-tiba dan mulai berpikir dengan serius.
"Tidak ada cara lain, apa paman ingin melihatku mati bekerja?" Go Hyung menghela nafasnya berat. Astaga, tidak ada cara lain selain itu. Tapi mau bagaimana lagi, perang dingin antara Ji So dengan Su Ri masih belum selesai.
Soal warisan yang diberikan pada salah satu anak Su Ri, yaitu Tae Jung. Jelas-jelas Tae Hyun anak keduanya tidak mendapatkan apapun tapi masih belum menemukan jalan tengahnya.
"Ya, aku akan menghubungi Ji Kang nanti. Aku harus berbicara pada Min Ji So lebih dulu," jawab Go Hyung jika dia akan meminta izin, Tae Jung menganggukan kepalanya berjalan menuju lantai tiga meninggalkan Go Hyung di lantai dua.
Tidak ada yang boleh naik ke lantai tiga kecuali Tae Jung yang memberikan izinnya. Go Hyung tidak mendapat perintah, dia memilih berdiri di sudut anak tangga lantai dua tidak ikut naik.
Tae Jung masuk ke kamar adiknya, dia sedang duduk di balkon kamar miliknya sendiri sejak kemarin.
"Kau terlalu serius pada sesuatu, padahal aku hanya menginginkan Eun Ra. Dia cantik, kauselalu saja tidak paham," kesal Tae Hyun mengatakan apa yang dia tidak sukai dari kakaknya, Tae Jung memutar bola matanya malas. "Aku yang membelinya," jawab Tae Jung tegas.
Tae Hyun menganggukan kepalanya beberapa kali. "Aku tahu," jawab Tae Hyun paham. "Aku hanya menyukai Eun Ra, apa salahnya aku menyukainya," balas Tae Hyun membuat Tae Jung mengepalkan tangannya menjadi sangat serius.
"Jangan membuatku ingin memukulmu dan membuat hubunganku dengan ayah kembali bermasalah hanya karenamu," tegur Tae Jung membuat Tae Hyun memutar bola matanya malas.
Tangan Tae Hyun menghancurkan puntung rokok di tangannya, dia berjalan menjauhi balkon untuk datang ke kamarnya dimana kakak nya ada di dalamnya.
"Kau selalu hidup dalam keseriusan, aku bingung mengimbanginya. Bersenang-senanglah sebentar Kak," ajak Tae Hyun membuat Tae Jung memutar bola matanya malas. "Baik-baiklah padaku," ucap Tae Jung.
"Kau tidak akan memulangkanmu jika kau masih belum paham apa artinya hidup mandiri, mulai besok mulailah pegang beberapa perusahaan dengan Kak Ji Kang, aku harus pergi ke suatu tempat," titah Tae Jung agar adiknya bisa diandalkan di perusahaan kakeknya juga. Tae Hyun terlalu kecil untuk paham seberapa menyebalkan dan bodohnya dirinya.
Hidup yang seharusnya sudah serius bekerja justru hanya dibuat main oleh Tae Hyun. Astaga. "Kau saja, aku tidak mau," tolak Tae Hyun yang memilih mengambil ponselnya untuk menelfon seseorang.
Tae Jung menatap tajam adiknya dan mengambil ponsel milik Tae Hyun lalu membantingnya sampai remuk. "Ka Tae Jung!!" teriak Tae Hyun sangat marah.
"Pikirkan apa kesalahanmu, dan kau akan mendapatkan ponsel baru," jelas Tae Jung yang berjalan menjauh dari kamar adiknya untuk keluar. Namun langkahnya terhenti begitu Tae Hyun menghentikannya dengan ucapannya.
"Kau selalu saja begitu, sensitif pada wanuta. Aku menyukai Eun Ra lebih dulu, tapi dia yang berciuman dengannya. Kau pikir aku bodoh? Setelah Soo Bin, apa sekarang Eun Ra juga akan menjadi korban selanjutnya?" tanya Tae Hyun membuat kakaknya terdiam dalam tempatnya dan mengepalkan tangannya erat.
"Tutup mulutmu, sialan."