Alena memandangi kamarnya yang sejak kecil ia tempati, ia tersenyum samar mengingat kenangan pahit, juga manis di kamar ini. Kini, tidak ada lagi kenangan yang bisa di buat di kamar ini. Semuanya sudah tidak berpihak pada gadis itu lagi.
Tangan Alena perlahan memegang kepalanya yang terasa sangat pusing itu, ia memejamkan matanya dengan memijat pelipisnya untuk meminimalisir rasa pusingnya itu.
Setelah rasa pusingnya mereda ia menarik kopernya dan berjalan keluar kamar. Ia mengangkat kopernya ketika menuruni anak tangga.
Alena dapat melihat Kevan yang menonton televisi, gadis itu meletakkan kembali kopernya setelah sampai di bawah. Ia menyeret kopernya dengan berjalan melewati Kevan dengan kepala yang menunduk.
"Len."
Alena tetap berjalan, dan mengabaikan panggilan Kevan. Sedangkan lelaki itu beranjak berdiri, dan sedikit mempercepat langkahnya. Kevan menarik tangan Alena, dan membuat gadis itu menghentikan langkahnya.
"Maafin gue udah nampar lo tadi, Len."