Anora telah di kuasai oleh cairan memabukkan itu. Ucapannya tak lagi terkendali. Gadis itu tetap memasukkan cairan itu ke tubuhnya, meskipun tubuhnya sudah tidak dapat menampung alkohol itu.
"Nona... saya rasa anda sudah bisa pulang". Ucap sang bartender yang khawatir dengan kondisi gadis cantik di hadapannya.
" Apa? pulang? dan melewatkan malam yang hebat ini?". Ucap Anora ngelantur.
Tiba-tiba ada yang menarik lengan Anora..
"Hei... lepaskan aku". teriak Anora kesal.
Namun orang itu tidak memperdulikan teriakan Anora.
" Lepasin aku". Teriak Anora.
brugh...
Anora di lempar ke sebuah sofa di dalam club itu.
"Kau gila hah... kau mau semabuk apa lagi?!! ". bentak Sean yang sedari tadi menarik tangan Anora.
" Emm... kau siapa? aku tidak ada sangkut pautnya denganmu ". Ucap Anora.
" Sejak kapan kau menjadi seperti ini. Kau ingin menghancurkan dirimu sendiri ". Bentak Sean tidak sabar.
Orang-orang di sekitar mereka tampak tertarik oleh keributan itu. mereka mulai memperhatikan kedua insan yang kelihatan sedang bermasalah itu.
" Cukup diam dan silahkan urusin urusan kamu lelaki es batu. Kamu gak perlu ikut campur dengan kehidupanku. Jadi tolong jangan ikut campur dengan kehidupan saya. Kau bisa kan". Bentak Anora lepas kendali.
"Kau benar-benar keras kepala Anora". Ucap Sean lalu menggendong paksa Anora.
" Fu*k... lepaskan aku bajingan.... ". Teriak Anora.
Namun, Sean tidak perduli dengan teriakan gadis itu.
Sean membawa gadis itu ke kamar pribadinya. Melempar tubuh sintal itu ke atas kingsize miliknya.
"Apa kau sudah kehilangan akal sehat mu!!! kau menari layaknya murahan disana. kau tidak lihat, seluruh lelaki di pesta itu melihatmu seoerti perempuan jalang". bentak Sean.
Anora hanya memandang sean dengan kebingungan.
"Sebenarnya kau ada masalah apa denganku Sean? Aku seperti telah merusak maina kesukaanmu tuan Sean". UUcap Anora ngelindur.
Sean benar-benar muak. Ia naik ketempat tidur, lalu memposisikan tubuhnya di atas ttubuh Anora.
"Kau tidak hanya merusak mainanku Anora, tetapi kau juga merusak akal sehatku". bisiknya sungguh-sungguh.
Berbicara dengan seorang pemabuk, sama saja berbicara dengan orang yang kehilangan kewarasannya.
Anora sama sekali tidak mengerti dengan semua perkataan Sean. Ia hanya membiarkan semua kalimat terucap dari mulutnya tanpa mengerti makna dari kalimat tersebut.
"Lepakan aku". Rengek Anora karena Sean sudah terlalu lam berada di atas tubuh gadis tersebut.
"tidak". Ucap Sean.
"Kau berat sekali bodoh. Aku bisa mati jika kau selalu berada di atas ku". Gadis cantik itu.
"Tidurlah. Aku akan mengantarmu pulang". ucap Sean sambil turun dari tempat tidur.
"Lalu kau menghilang. Itu yang akan kau lakukan Sean". Ucapn itu bagai petir di telinga Sean. Ia menghentikan langkahnya lalu berbalik dan mendapati tatapan sendu sang gadis yang menatap ke langit-langit kamar mewah itu.
"Apa yang kau katakan Anora?".
" Jangan berlagak bodoh Sean, atau...itu memang sudah tabiat kalian para pria? meluluhkan hati seorang gadis, lalu menyakitinya. Apa benar begitu??". Anora mulai emosional.
Sean hanya diam memandangi gadis yang kini berusaha bangun dari kingsize miliknya.
Perlahan berjalan ke depan jendela kaca yang cukup besar. Memandang bangunan pencakar langit serta keindahan kota pada malam itu.
"Apa kau tau rasanya mencintai seseorang yang bahkan kau tidak tau, orang itu benar-benar nyata atau tidak?".
Sean terdiam mendengar penuturan gadis di hadapannya. Ia bisa merasakan luka yang di alami olah gadis itu.
"Bukankah itu kesalahanmu? Kau tau dia tidak nyata, tetapi kau masih saja memberikan hatimu padanya".
"hah....dia hadir setiap malam, ia mencumbumu, ia memberikan belaian hingga kau merasa tidak pernah sendirian. Apa kau paham itu Sean?". Tanya Anora sambil memandang tajam lelaki tampan di hadapannya.
"Kau tau? andai aku bisa memilih, aku lebih memilih untuk tidak merasakan perasaan yang membuatku gila ini Sean. Tidak ada wanita yang ingin merusak dirinya sendiri. Dan apa kau tau?Semua hal yang kau ucapkan adalah apa yang dapat dilihat oleh matamu. Dan bukan perasaanku". gertak Anora marah.
Sean terdiam. Ia tidak mampu membalas perkataan gadis di hadapannya.
Gadis itu benar-benar sedang terluka. Dan ia tau penyebap luka itu adalah dirinya.
Sean berjalan mendekati tubuh sintal yang kacau itu.
"Maafkan aku". ucap Sean sambil membelai pipi Anora.
Entah kenapa, Anora merasa sanagt akrab dengan belaian itu. Rasa hangat yang di berikan oleh tangan Sean, ia pernah merasakannya. Hingga saat Sean ingin menarik kembali tangannya, Anora dengan sengaja mencegahnya.
"Rafa...Rafa". isak tangis Anora perlahan terdengar. Ia memejamkan matanya, menikmati rasa hangat yang begitu ia rindukan.
"Anora". ucap Sean sambil memandang iba gadis itu.
Hingga akhirnya sebuah kecupan menddarat di bibir ranum berbau alkohol milik Anora. Sean tidak dapat menahan untuk tidak meneyentuh gadis cantik di hadapannya. Bagaimana pun juga, gadis itu adalah pemilik hatinya.
eh...Anora mendesah saat Sean semakin terlarut dalam ciuman itu.
Setelah sekian lama menahan, Akhirnya Ia bisa kembali menyentuh pujaan hatinya.
"maafkan aku Anora...maafkan aku". lirih lelaki itu dalam hatinya.
Di kampus,
"Kau tau, party tadi malam adalah salah satu party terbaik yang pernah aku rasakan". Ucp Velly yang bercerita dengan semangat.
"bukannya semua party adalah party terbaik buat mu ya?". tanya Anora sambil memijit kepalanya yang masih pusing.
"tidak...ini berbeda Anora. Untuk pertama kalinya aku melihatmu menikmati hidup. Kau tau, kau menari bagai penari yang handal. meminum banyak margarita dan menjadi primadona dalam semalam. Apa kau tidak lihat respon lelaki di kampus saat melihatmu tadi pagi?". Tanya Velly dengan semangatnya.
Ya...benar saja, sejak Anora masuk kampus, semua lelaki bersikap ramah dan manis padanya. bahkan ada beberapa dari mereka yang dengan gemblangnya menyatakan perasaannya pada Anora. Dan hal itu membuat Anora bingung.
"jika malam itu terulang, rasanya aku akan memilih untuk mati". ucap Anora sambil menyembunyikan wajahnya di antara lengannya yang ada di atas meja.
"kau memang aneh Anora, Kau tau, banyak orang yang ingin terkenal di kampus ini. Tetapi kau malah menolak. kau aneh sekali". Ucap Velly ketus.
"Hmm...jika dengan terkenal aku bisa merasa nyaman dan tidak terganggu, yakinlah aku lebih memilih untuk merasakan itu Vel". Ucap Anora setelah mengangkat kembali kepalanya.
Tiiba-tiba,
brugh....
sebuah tas terbanting di atas meja Anora.
Disusul dengan Alona dan gaya sombong dan angkuhnya duduk di hadapn mereka.
"Aku ingin bicara empat mata denganmu Anora". ucap Alona dengan vulgarnya.
Anora tidak menjawab. ia hanya memandang Alona dengan pandangan tidak sukanya.
Apa sebenarnya yang Alona ingin bicarakan???
apakah semua itu ada sangkut pautnya dengan Rafael????