JIKA SAJA AKU BISA MEMPERMAINKAN TAKDIR, AKU INGIN MENGHAPUS SEGALA DERITA DI DALAMNYA DAN MENEMPATKANMU DISISIKU SELAMANYA. TANPA HARUS MELEWATI LUKA- LUKA YANG MENGANGA.
Sean tampak memandang keluar jendela. Ia mendapati Anora yang celingukan melihat ke kiri ke kanan menanti taksi untuk bisa mengangkutnya pergi dari tempat itu.
Sean hanya diam memandang gadis itu dari ketinggian. Hingga akhirnya expresinya berubah sesaat setelah sebuah motor mendekati Anora. Dan ternyata ia adalah El.
"hei…sedang apa kau disini?". Sapa El.
"eh…itu…aku", "akhirnya kau bisa menemukan Sean. Bagaimana tugas kalian? Aman?". Putusnya.
"emm…mungkin akan aman untuk saat ini". Ucap Anora tidak tulus.
"hahaha…tetapi aku salut padamu".
"kenapa?".
"ya…sejauh ini kau adalah gadis yang mampu mendekati Sean sampai pada zona ini".
"maksudmu?". Anora bingung.
"baru kau gadis yang tau tempat tinggal Sean. Atau mungkin kau sudah masuk ke dalam apartemen miliknya?".
Anora mengangguk bingung.
"hah…kau benar-benar mematahkan zona nyaman anak itu". Ucap El yang semakin membuat Anora bingung.
"tapi, tadi diatas aku ketemu sama Alona. Dan sepertinya dia marah jika aku dekat dengan Sean".
"Alona sama dengan gadis-gadis lain yang menyukai Sean."ucap El sedih.
"dan kau adalah lelaki yang menyukai Alona?". Tebak Anora.
Wajah El berubah merah padam. Ia mencoba menghindari tatapan Anora.
Anora hanya tersenyum melihat tingkah lucu El.
"emm…kau belum menjawab pertanyaanku Anora. Sedang apa kau disini?". Ucap El mengganti topic.
Anora pun tersenyum. "aku sedang menunggu taksi. Aku harus pulang sebelum ibuku menelponku".
"kau tidak akan menemukan taksi disini nona".
Huft…Anora menghempas nafasnya. Ia tampak kesal.
"hahah…wajahmu lucu sekali. Ok…aku sedang baik. Dan naluri kelaki-lakianku berkata aku harus membantumu. Mau ku antar?". Tawar El dengan tampang mengesalkan.
"dasar kau…tapi apartemenku jauh dari sini. Kau tidak keberatan?".
"emang kau tinggal dimana?".
"aku satu gedung dengan Velly".
"wow…itu lumayan jauh".
"makanya itu. Gimana donk?". Tanya Anora dengan wajahnya yang lucu.
"ya sudah, takapa. aku antar saja". Ucap El.
Anora pun tersenyum lalu segera naik keboncengan El.
Dari ketinggian, tampak Sean memicingkan mata dan mengepal telapaknya melihat Anora berada di belakang El dan membonceng dengan begitu dekatnya.
"Mereka cocok ya". Ucap Alona yang sedari tadi memperhatikan Sean dari balkon rumahnya.
Sean hanya meliriknya sebentar dan kemudian menatapi Anora dan El yang semakin lama semakin menghilang.
"Aku bahagia akhirnya El bisa menempatkan hatinya pada seorang gadis yang tepat".
"tidak ada yang meminta pendapatmu". Ucap Sean ketus lalu segera masuk ke kamarnya meninggalakn Alona dengan kekesalannya.
Sementara itu,
Anora dan El melintasi jalan raya dengan penuh canda dan tawa.
Mereka saling berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing. Namun di tengah candaan mereka, mereka tidak menyadari ada yang sedang mengikuti mereka dan memperhatikan mereka dari jauh.
Sesampainya di apartemen Anora,
"makasih ya..udah mau ngantarin. Dan maaf aku merepotkan". Ucap Anora.
"haha..santai. lagian cukup menyenangkan berbagi kisah denganmu. Jarak yang begitu jauh jadi serasa sangat dekat". Balas El sambil tersenyum.
"em..malam sudah semakin larut El, hati-hati di jalan ya".
"ok…lagian udah mau hujan. Ya sudah…selamat malam Anora". Ucap El.
"malam". Balas Anora.
El pun membawa motornya untuk meninggalkan pekarangan apartemen mewah itu. Setelah El menghilang di balik tikungan jalan, Anora memutuskan untuk segera masuk ke Apartemen. Namun baru 2 langkah, gadis itu berhenti. Ia bergidik, bulu romanya berdiri. Instingnya mengirim sinyal untuk berhati-hati.
"apa ini?". Pikir Anora.
Anora berbalik melihat kebelakang. Ia tidak menemukan hal yang aneh. Hanya ada sebuah tiang yang di sandari oleh seseorang yang tertelan gelap. Dan sepertinya ia mengenakan hoodie.
Anora terdiam memandang sosok itu. Sosok itu tampak sedang menunduk.
"sedang apa ia malam-malam begini disana". Pikir Anora sambil terus memandanginya.
Hah…
Anora tersentak saat orang itu tiba-tiba melihat ke arahnya. Secepat kilat Anora memepercepat langkahnya untuk naik ke lantau 14. Tempat dimana kamarnya berada.
Namun, detik-detik saat pintu lift apartemen itu akan tertutup, tiba-tiba sebuah tangan menghalangin pintu itu hingga pintu itu kembali terbuka.
Lelaki berhodie hitam itu sudah berdiri di depan pintu masuk lift dan dengan sengaja menghalangi pintu lift agar tidak tertutup.
Anora menunduk takut. Lelaki itu tidak hanya memakai hodie hitam. Tetapi juga memakai masker penutup mulut berwarna hitam. Anora bahkan tidak berani memandang matanya yang tajam.
Beberapa saat kemudian, pintu lift itu tertutup rapat dan kemudian bergerak naik menuju lantai yang mereka tuju.
Anora sangat ketakutan. Nafasnya terdengar berat dan ia tampak memejamkan mata, berharap agar ia segera keluar dan terpisah dari lelaki itu.
Ting!!!!!
Terdengar suara lift yang menandakan bahwa ada yang akan keluar dari lift itu.
Anora masih sama saja. Ia menunduk dan bernafas berat akibat ketakutannya.
Ting!!!!
Suara lift itu kembali terdengar, menandakan kalau lift itu sudah bergerak naik kembali.
Anora mencoba membuka matanya. Ia yakin kalau lelaki menakutkan tadi sudah turun. Namun saat ia menatap kedepan,
Hah…
Anora terkejut setengah mati, lelaki itu kini tepat di depannya. Berdiri tepat berjarak satu jengkal di hadapannya.
Retina tajamnya tampak tertuju pada wajah pucat pasi Anora.
Ting!!!...
Pintu lift itu kembali terbuka. Anora tidak lagi perduli dengan apapun, ia mendorong tubuh lelaki itu lalu berlari meninggalkan lift itu.
Anora berlari tanpa tujuan. Hingga ia sadar, ia salah lantai. Ia menyadari hal itu saat ia melihat dinding di depan pintu exit yang tidak jauh dari tempat ia berdiri.
Di dinding itu tertulis angka sepuluh.
"sial", gertak Anora kesal.
Dari kejauhan terdengar suara langkah kaki yang begitu cepat. Tentunya itu adalah langkah si lelaki misterius.
Tanpa pikir panjang, Anora menerobos pintu exsit itu dan meniti tangga menuju lantai 14.
Anora!!!!
Teriakan itu terdengar dari lantai 10. Anora semakin kaget ketika kepala pria itu muncul dari sela pintu exit yang terbuka.
Anora mempercepat langkahnya walau sebenanya lututnya serasa mau putus karena kelelahan.
Akh….
Anora terpeleset jatuh saat tiba di lantai 12. Kakinya gemetar dan jantungnya terus berdetak kencang.
"Aku harus lari". Pikir gadis yang sudah ketakutan setengah mati itu.
Karena kelelahan, Anora memutuskan untuk naik lift dari lantai 12. Karena menurutnya orang yang mengejarnya pasti melewati tangga darurat.
Namun, sesaat setelah pintu lift itu terbuka.
Anora terngangah, cucuran keringat membasahi wajahnya. Kakinya tampak nenbeku hingga mencegahnya untuk berlari, dan wajahnya pucat pasi.
"Seberapa jauh lagi kau berlari". Ucap lelaki berhodie hitam itu sambil mengarahkan retina tajamnya pada Anora.
Anora mundur perlahan diikuti oleh langkah lelaki yang kini ada di depannya.
"Ra…Rafael!!!",