Isabel masuk kedalam sebuah kamar yang dulu pernah ia tempati sebelum menikahi Arav dan Azam. Kamar yang memiliki banyak boneka dan dibalut oleh cat warna pink itu, masih tetap utuh dan rapih. Bu Karin, ibu Isabel selalu membersihkannya dan merawat kamar tersebut.
Isabel terdiam membisu, dia masih memikirkan pembicaraan ibu dan bapaknya didapur tadi. Dia mendudukan dirinya diatas kasur yang sangat lembut. Isabel memeluk salah satu boneka berwarna biru langit miliknya dulu, itu adalah boneka pemberian dari Arav saat mereka berdua pertama kali jadian. Boneka yang memiliki banyak kenangan indah untuk Isabel dan Arav. Isabel menangis dibalik boneka itu, dia seakan sedang memeluk Arav suaminya.
Flashback on ....
Terlihat jelas disebuah danau, sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, sedang duduk bersama menikmati indahnya pemandangan alam.
Seorang gadis remaja berusia 18 tahun, sedang bersandar dipundak kekasihnya. Dia begitu bahagia.
"Mmm ... jadi, hari ini, kita telah resmi jadian?" tanya seorang pemuda yang tak lain adalah Arav, kepada Isabel.
"Hmm ... he'em, kita telah jadi pasangan," jawab Isabel malu-malu.
"Hari ini, aku sangat bahagia, benar-benar bahagia. Oh ya, kamu tunggu sebentar, aku ada hadiah spesial untukmu," ucap Arav. Tanpa menunggu jawaban dari Isabel, Arav langsung pergi dari tempat itu.
Beberapa saat kemudian, Arav kembali dengan sebuah boneka berwarna biru ditangannya. Arav tersenyum begitu manis kepada Isabel. Isabel pun membalas senyuman tersebut.
"Isabel kekasihku, aku membawakan sebuah boneka cantik untukmu," tutur Arav sembari memberikan boneka tersebut kepada Isabel.
Isabel begitu senang mendapat sebuah hadiah boneka dari Arav, lelaki yang sangat dicintainya.
Isabel langsung memeluk Arav dengan begitu mesra, tak lupa, dia juga memberikan sebuah kecupan dipipi Arav. Arav tersenyum bahagia mendapatkan sebuah kecupan pertamanya.
flashback off ....
Isabel semakin dibuat dilema dengan semuanya. Isabel sangat mencintai Arav, dia tidak bisa jika harus berpaling pada lelaki manapun. Tapi kini, dia telah menjadi istri orang, dan dia tidak bisa meninggalkan suaminya.
Isak tangis Isabel semakin pecah. Isabel benar-benar bersedih, ia seolah menemukan jalan buntu untuk masalahnya kali ini. Dia tidak bisa menemukan solusi satu pun untuk keluar dari masalahnya tersebut.
"Mas Arav, entah apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku sangat bingung, aku masih sangat mencintaimu. Namamu selalu ada dihatiku, dan akan tetap ada. Hiks ... kenapa Mas Arav pergi jauh dari hidupku? Mas Arav berbohong, Mas Arav pembohong! Dulu Mas berjanji akan terus bersamaku, Mas akan selalu menemaniku, tapi mana? Mana buktinya, Mas? Mas Arav pembohong. Aku sangat rindu dirimu, Mas Arav. Hiks ... hiks ... harapku hanya satu, kembali lah padaku! Aku merindukan caramu mencintaiku. Aku sangat ingin menerima cinta yang begitu berlimpah darimu."
Isabel terus berbicara pada dirinya sendiri, dia berharap perkataannya akan didengar oleh Arav yang sudah tidak ada lagi didunia ini.
Saat sedang menangis tersedu-sedu, Isabel tidak sengaja menjatuhkan sebuah boneka berwarna putih yang ditengahnya terdapat bentuk love. Isabel masih ingat, boneka itu pemberian dari Azam, saat mereka masih kecil dulu. Isabel pun mengingat kembali kenangan masa kecilnya.
Flashback on ....
Disebuah taman yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang memiliki banyak warna, terlihat dua orang anak yang sedang bermain bersama. Satu anak lelaki yang berusia 10 tahun, dan satunya lagi seorang anak perempuan yang berusia sekitar 5 tahun. Mereka sedang bermain dengan sangat gembira.
Rambut panjang yang terurai berwarna hitam, sangat indah dipandang, dihiasi oleh sebuah jepitan yang sangat cantik. Rok berwarna merah dan bajunya yang berwarna putih, melekat indah ditubuh kecilnya. Wajah cantik sudah menjadi ciri khas si anak gadis tersebut. Anak gadis yang tak lain adalah Isabel. Isabel dan Azam sedang bermain bersama ditaman dekat rumah Azam. Orang tua mereka sedang mengadakan acara liburan bersama.
"Mas Azam, Mas Azam lihat deh, Isa memakai bunga dirambut, Isa. Cantik, ga?" tanya Isabel polos.
"Sangat cantik, benar-benar cantik," jawab Azam dengan begitu jujurnya.
"Hehe ... Isa mau ambil semua bunganya, terus dipakaikan dirambut, biar Isa makin cantik," tutur Isabel.
"Iya, terserah Tuan Putri Isa, saja. Isa cantik meski tanpa bunga," terang Azam.
"Mas Azam, Isa mau itu," ucap Isabel sambil menunjuk sebuah anak lelaki seusianya yang sedang memegang boneka.
"Apa? Isa mau apa?" tanya Azam yang tidak tahu apa-apa.
"Isa mau boneka yang dipegang anak lelaki itu. Isa mau, ayo Mas Azam, ambilkan untuk Isa," pinta Isabel. Matanya sudah berbinar melihat boneka yang sangat cantik yang dipegang seorang anak lelaki.
"Mmm ... jangan Isa, itu milik orang lain, kamu tidak boleh mengambil hak orang lain," terang Azam.
"Akhh ... pokoknya Isa mau boneka itu. Isa mau titik! Mas Azam ayo ambilkan! Hiks ... hiks ..." rengek Isabel.
Azam bingung harus melakukan apa sekarang.
"Huwa ... Mas Azam, Isa nangis nih, Isa ngambek," ancam Isabel.
Azam tidak memiliki pilihan lain selain menuruti permintaan Isabel. Jujur saja Azam takut untuk melakukannya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Azam selalu menuruti apapun yang Isabel inginkan.
Azam mendekati anak lelaki tersebut dan mulai menyapanya.
"Permisi, Dek," sapa Azam.
"Iya, Kak," sahut anak tersebut.
"Mmm ... begini, teman Kakak, sangat menginginkan boneka ini. Apa boleh, Kakak membelinya?" tanya Azam.
"Yang mana teman Kakak," tanya anak itu. Azam menunjuk pada Isabel yang sedang berdiri menunggu dirinya.
"Oh itu, ini Kak, ambil aja. Lagian aku ga suka boneka. Aku berniat membuangnya, tapi Ibu melarangku, katanya lebih baik memberikan boneka ini pada orang yang lebih membutuhkan. Ambil lah, Kak!" ucap anak tersebut.
Azam begitu senang. Dia bisa mendapatkan bonekanya tanpa susah payah.
"Terimakasih banyak, Dek. Makasih," ucap Azam.
"Iya, Kak. Kak kalau gitu aku mau pergi dulu ya, Ibu pasti sudah mencariku," pamit anak tersebut.
"Iya, dek," ucap Azam.
Setelah anak lelaki itu pergi meninggalkannya, Azam segera berlari kearah Isabel.
"Mas Azam, hore ... Mas Azam membawa bonekanya. Hore ..." senang Isabel. Dia bertepuk tangan dengan hebohnya. Isabel begitu bahagia bisa mendapatkan boneka itu.
"Apa kamu senang?" tanya Azam.
"Iya, Isa senang. Yeyeye ... hore ... hehe, Isa punya boneka baru. Asik-asik," heboh Isabel.
Isabel langsung memeluk Azam karena bahagia. Setelah beberapa saat, mereka melepas pelukannya. Azam segera berjongkok dihadapan Isabel, Isabel sudah tahu bahwa Azam menyuruhnya duduk dipunggungnya, lalu Azam akan menggendongnya.
Azam dan Isabel pun pergi dari tempat tersebut untuk menemui orang tua mereka.
Flashback off ....
Isabel tersenyum mengingat masa lalunya bersama Azam. Ia begitu merindukan masa kecilnya yang tanpa beban, tidak ada masalah sama sekali. Rasanya Isabel ingin kembali kemasa kecilnya. Isabel mengambil boneka pemberian Azam tersebut, lalu dia mengusapnya.