26. Kecemburuan Fanya
Tidak ada wanita yang akan diam saja melihat lelaki yang di sukainya itu terlalu akrab dengan wanita lain. Apalagi kedekatan itu di perlihatkan di depan banyak orang.
"apaan sih dia, harusnya bisa dong jaga sikap di depan gue," gerutu Fanya dalam hati.
"eh Fan, hampir lupa gue. Elo kerja dimana?" tanya Natsya tiba-tiba.
Fanya yang mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Natsya otomatis menjadi gelagapan. Bingung ia mau jawab apa.
"gak kerja" dua kata yang keluar dari Deka.
"upss, sory gue gak bermaksut kok!" ucap Fanya.
"gue yang gak ngijini dia buat kerja," ujar Deka lagi.
"wahh, so sweet banget lo ya Ka padahal dulunya elo itu terkenal cowok yang paling dingin lo di kampus. Gue aja gak bisa nakhlukin elo," ujar Natsya.
Sumpah demi apa rasanya Fanya seperti akan berlari keluar dari ruangan pesta itu. Ia tidak habis fikir dengan kelaakuan Deka yang sok manis di depan kawannya itu.
" ya itu kan dulu Sya, masih belum mikirin tentang cewek dulu gue," sahut Deka.
Akhirnya tiba di acara inti dari pesta itu yaitu pesta dansa. Natsya terlihat tengah mencari sosok Deka.
"Ka, kita dansa bareng yuk!" ajak Natsya.
"sorry Sya, gue sama Fanya."
Natsya sangat tidak suka sekali dengan penolakan Deka. Seumur hidupnya ia belum pernah di tolak dengan yang nmanya Lelaki. Tapi kali ini di malam spesialnya, ia di tolak dengan lelaki yang di cintainya.
Sejak kuliah dulu Natsya memang sudah suka dengan Deka. bahkan dulu ia sering sekali menunjukan itu kepada Deka.
Namun Deka tetaplah Deka. laki-laki yang sangat sulit untuk di tahklukan. Aura dinginnya itu sudah terkenal sejak usianya yang asih muda. Dan sekarang sampai ia sudah berkepala 3 pun sikapnya masih saja tetap sama.
"ayo kita dansa," ajak Deka pada Fanya.
"kamu aja sama dia tuh," sahut Fanya ketus.
"kan aku datangnya sama kamu, ya berati dansany harus sama kamu dong," ujar Deka.
Dan tanpa menunggu jawaban dari Fanya pun lelaki itu suda menarik Fanya ke arena dansa. Gadis itu pun terkejut tapi akhirnya berdansa bersama Deka mengikuuti alunan lagu.
"kamu cantik hari ini Fan," puji Deka.
Namun, karena kerasnya suara musik Fanya pun tak mendengar pekataan Deka.
"apa?" tanya Fanya.
"enggak, aku cuma mau bilang habis ini kita langsung pulang," sahut Deka.
"ohh, oke. Lagian aku juga udah capek sekali," keluh Fanya.
Alunan nada dalam musik saemakin terdengar merdu, Fanya dan Deka begitu menikmati momen malam ini. Dan itu semua tentu tidak luput dari perhatian Natsya.
Gadis itu terlihat berapi-api melihat Fanya dan Deka yang terlihat begitu sangat mesra. Gadis itu juga mengumpat bebarapa kali.
"harusnya malam ini menjadi malam kebahagiaan untuk gue," ujar Natsya.
Padahal gadis itu sudah khusus berdandan untuk Deka. berharap kalau Deka akan melirikn ya.
Namun, kenyataanya sungguh menyakitkan. Lelaki pujaannya datang membawa pasangan. Dan seketika pupus sudah harapan Natsya.
Dia bukanlah gadis yang suka merusak kebahagiaan wanita lain. Karena ia sangat mengendepankan harga dirinya.
Satu jam telah berlalu, kini Deka dan Fanya sudah dalam perjalanan pulang. Fanya terlihat sudah tertidur dengan bersender di bahu Deka.
Gadis itu jelas sekali kelihatan lelahnya. Dan entah menagapa itu membuat Deka tidak tega. Ia pun kemudian melepas jaketnya untuk menutupi bagian tubuh Fanya agar tidak kedinginan.
Sampai di halaman depan rumah Deka. Lelaki itu membuka pintu dan keluar, lalu ia beralih ke pintu sebelah dan menggendong Fanya masuk ke dalam umah. Untuk mobilnya ia sudah menyuruh supirnya untuk menaruhnya di garasi.
"Tuan, sudah pulang?" tanya bi Murni.
"iya Bi, tolong bantu saya buat gantiin baju Fanya ya Bi. Kasian dia kalau tidur dengan baju pesta gitu," ujar Deka.
"ya baik Tuan."
Bi Murni pun mengikuti Deka ke kamar Fanya. detelah Deka meletakan Fanya di tempat tidurnya, bi Murni pun segera meggantikan baju Fanya dengan baju tidur.
Sementara Deka kembali ke kamarnya karena ia pu juga merasa lelah. Apalagi besok ia harus ke Kantor pagi-pagi benar.
Pagi telah menjemput, seperti biasa Fanya sudah bangun dan segera ke dapur setelah mencuci muka dan gosok gigi. Sementara bi Murni sudah terlihat membuat ssarapan.
"hay Bi," sapa Fanya.
"eh Non Fanya sudah bangun?" tanya Bi Murni.
"iya Bi, sudah bangun Fanya."
Fanya pun langsung mengambil gelas untuk membuatkan susu untuk Deka. ia hapal betul kalau jam segini Deka pasti sudah rapi dengan baju kerjanya.
Tanpa fanya sadari sedari tadi Deka mengamatinya dari tangga.
"gadis itu, sama sekali tidak mempertanyakan siapa yang sudah mengganti bajunya semalam," gumam Deka.
Padahal Deka sangat berharap sekali kalau Fanya itu terkejut dan langsung bertanya di kamarnya sembari marah-marah.
Kamu terlihat cantik saat marah.
"apa jangan-jangan dia sudah tau ya kalau yang mengganti bajunya itu bi Murni," ujar Deka dalam hati.
"sudah bangun?" tanya Deka.
"seperti yang kamu lihat, kalau aku masih di kamar dengan mata yang tertutup berarti aku masih tidur!" sahut Fanya.
"wow! Berani juga kamu menjawab pertanyaanku seperti itu, sudah mulai berani kamu?" tanya Deka lagi. Kali ini nadanya agak meninggi.
"jawaban aku itu benar bukan?" tanya Fanya.
"ahh sudahlah," tukas Deka tidak mau membahas itu lagi. "kenapa pagi ini kamu tidak menyiapkan baju kerja untukku," tambahnya.
"emm, aku lupa." Gadis itu menjawab dengan sangat santai.
"semakin berani kamu rupanya, kamu mau di hukum rupanya," ujar Deka.
"aku hanya mengajakmu bercanda, dan ternyata kau memang cowok yang sangat dingin yang menanggapi segala sesuatu degan serius," sahut Fanya.
"kau-"
Belum selesai Deka berucap Fanya sudah kabur ke kamarnya.
"dasar bocil, sifatnya sangat kekanak-kanakan sekali," ucap Deka gemas.
"sarapan dulu Tuan, nanti terlambat ke Kantornya!" sela Bi Murni.
"iya Bi, makasih."
Deka pun akhirnya memutuskan untuk sarapan. Jamnya sudah sangat mepet dan ia tidak boleh terlambat karena pagi ini ia akan menemui klien yang sangat penting.
"urusan kita belum selesai," batin Deka.
Setelah meneguk setengah gelas susu, Deka pun segera berangkat ke Kantor. Di sepanjang perjalanan telponnya tidak berhenti berdering.
"halo Bos, klien kita akan sampai 10 menit lagi," ujar sekretarisnya dari balik telepon.
"saya akan segara sampai."
Lelaki itu pun kemudian menambah kecepatan mobilnya sehingga tidak sampai 10 menit ia sudah sampai.
"aman," ujar Deka.
Setelah Deka turun 1 menit kemudian klienya juga turun dari mobil.
Selanjutnya pun Deka menggiring kliennya ke ruangan meeting. Dan meeting pun segera di mulai.