Chereads / The Cruel Denzel / Chapter 2 - Prolog

Chapter 2 - Prolog

Denzel Benjima pria lajang berusia 27 tahun. Seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri di negara Scotlandia. Di usia yang terbilang masih muda Denzel sudah berhasil menjadi sosok pria yang sukses. Harta jangan ditanya lagi kekayaan pria ini tidak berseri bahkan tidak akan habis hingga tujuh turunan. Banyak wanita yang berlomba-lomba ingin menjadi kekasih pria ini atau hanya sekedar menjadi teman kencannya saja. Namun Denzel hanya menganggap wanita sebagai penghibur dirinya kala ia merasa sedih dan kesepian.

Terlebih lagi saat ia mendengar kabar bahwa beberapa bulan lagi Jessica yang merupakan mantan kekasih semasa SMA akan segera menikah dengan pria berkebangsaan Turki. Semenjak lulus kuliah Jessica memang bekerja di negara itu. Dan mungkin disitulah ia mengenal calon suaminya itu. Membuat hati Denzel semakin beku dan sikap hangat yang dulu ia miliki kini berubah menjadi dingin. Bahkan ia bisa dibilang sebagi seorang laki-laki yang kejam.

Bagaimana tidak pagi ini hanya karena hal sepele pria ini tega memecat seorang karyawan yang baru saja masuk untuk bekerja.

Suasana yang mendung di pagi hari membuat hujan tiba-tiba turun. Jane yang kala itu tidak membawa jas hujan harus menghentikan motor matic yang ia kendarai untuk berteduh. Hal itu ia lakukan agar ia tidak basah karena guyuran air hujan.

Ini adalah hari pertama Jane masuk kerja di Perusahaan Benjima. Gadis ini berhasil melalui berbagai tahapan agar bisa diterima bekerja di perusahaan yang sudah lama ia impikan sebelum akhirnya ia berhasil lolos interview kemarin.

Namun nasibnya kini tak semulus perjuangan dirinya saat memasuki perusahaan yang Denzel pimpin. Sungguh malangnya gadis ini yang datang terlambat lima menit dari jadwal masuk kantor jam 08.00.Lima menit yang sangat crusial. Lima menit yang menghancurkan mimpinya.

Pagi itu Jane tiba diparkiran pukul 08.01 saat jam dipergelangan tangan baru saja ia lihat. Jane melangkahkan kakinya yang nampak terburu-buru untuk masuk ke dalam perusahaan karena ia sudah merasa terlambat. Celana bahan berwarna hitam dengan perpaduan kemeja berwarna nude lengkap dengan blazer berwarna peach yang membalut sempurna tubuh kecilnya dengan sepatu heels setinggi 5 cm. Menambah kesan anggun pada gadis itu. Terlebih lagi rambut pirang panjang yang dicurly menambah kesan dewasa gadis berusia 22 tahun itu.

Langkah yang terburu-buru dan tidak berhati-hati membuat Jane tanpa sengaja menabrak punggung seseorang yang berada dihadapannya.

'Bugh'

Terdengar suara akibat benturan dua benda yang terjadi antara kening Jane dan punggung kekar seorang pria. Dengan segera Jane meminta maaf pada orang yang tanpa sengaja ia tabrak.

"Maaf tuan saya tidak sengaja karena saya sedang terburu-buru." ucap Jane memegang kening yang terlihat memerah karena insiden itu dan berkali-kali ia membungkukkan badan sebagai permintaan maafnya.

Sesaat orang itu terdiam ia tidak menoleh ke belakang sama sekali. Sebelum akhirnya pria itu melanjutkan kembali langkah kakinya menuju lift yang dikhususkan untuk orang-orang tertentu di perusahaan Benjima. Denzel beserta Engin asisten pribadi Denzel melihat sekilas wajah Jane yang masih terlihat menunduk sebelum pintu besi itu benar-benar tertutup sempurna.

Jane tidak melihat dan tidak mengenal orang yang ia tabrak. Yang ada di dalam pikirannya saat ini ia ingin segera menemui bagian HRD untuk bertanya di bagian mana dan lantai berapa ia akan ditempatkan.

Menekan tombol lift yang diperuntukkan bagi karyawan Jane segera menaiki alat angkut manusia yang terbuat dari besi itu. Segera ia bergegas menuju ke lantai dimana ruang HRD berada. Sebelumnya gadis itu sudah tahu dimana ruangan HRD saat ia interview kemarin.

Denzel terdiam sambil menyandarkan punggung pada sandaran kursi saat ia baru saja mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada dalam ruangan kerjanya. Kedua tangannya menyatu dengan kedua ibu jari yang menyangga dagu yang ditumbuhi bulu-bulu tipis disana. Ia tampak berfikir sejenak sebelum berucap sesuatu pada asistennya.

"Cari tahu siapa gadis itu."

"Baik tuan." Engin keluar dari ruangan bosnya itu. Segera ia menempati meja kerja yang biasa ia gunakan yang letaknya tidak jauh dari ruangan Presdir.

Menekan beberapa nomor sebuah benda diatas meja pria itu segera menempelkan gagang telepon berwarna putih itu ke telinga kanannya.

"Apa kamu tahu siapa gadis yang bertabrakan dengan Presdir?"

Ia karyawan yang baru masuk hari ini pak." jawab seseorang yang terhubung dengan Engin.

"Berikan datanya padaku sekarang." pinta Engin.

"Baik pak akan segera saya kirim ke email Bapak." Engin meletakkan gagang telepon saat panggilan berakhir. Ia pun segera membuka layar komputer yang ada dihadapannya. Saat layar LED berukuran 21.5 inch itu menyala dengan sempurna segera Engin membuka aplikasi bertuliskan G-Mail untuk mengecek beberapa email yang masuk. Salah satunya email yang berisikan data diri tentang Jane. Engin membaca setiap detail tulisan yang ia baca. Sebelum ia menutup kembali aplikasi itu dan kembali ke desktop awal. Setelah itu Engin berdiri mengetuk pintu Presdir.

Tok tok tok

"Masuk." suara bariton yang mengeBass memerintahkan dirinya untuk memasuki ruangan itu.

"Bagaimana?" tanya Densel begitu Engin tiba dihadapannya.

"Gadis itu karyawan baru tuan,ia baru masuk untuk bekerja hari ini." Engin memberikan informasi berdasarkan data yang ia dapatkan tadi mengenai Jane.

"Pecat dia." suara Denzel menggema diruangan itu.

"Tapi tuan." belum sempat Engin selesai bicara bosnya sudah memberikan tatapan yang begitu tajam pada dirinya membuat Engin tertunduk dan mau tidak mau ia harus melaksanakan perintah sang Presdir. Denzel mengibas tangan kanannya sekali sebagi isyarat agar Engin segera keluar dan menjalankan perintahnya.

"Kalo begitu saya permisi tuan." ucap Engin undur diri dari hadapan bosnya itu.

Sementara Jane masih berada diruang tunggu HRD menunggu penempatan posisi yang akan ia tempati. Terdengar bunyi telepon kantor yang berdering.

"Hallo." sapa kepala HRD pada orang yang menelepon.

"Pecat gadis yang bernama Jane." perintah Engin dengan tegas.

"Tapi pak ia baru masuk hari ini dan alasan apa yang harus saya katakan untuk dasar pemecatan dirinya."

"Katakan saja ia terlambat datang lima menit. Dan perusahaan tidak mentolerir hal itu. Ini perintah langsung dari Presdir." ucap Engin dengan menekankan kalimat terakhirnya.

"Baiklah."

Kepala HRD menemui Kane yang masih terduduk di kursi tunggu. Wajahnya berbinar saat melihat orang yang kemarin menginterview dirinya.

"Jane."

"Iya pak." jawab Jane kala namanya disebut.

"Maaf."

"Maaf." ulang Jane yang merasa bingung dengan ucapan pria paruh baya yang usianya mungkin sudah lebih dari setengah abad dengan rambut yang sudah dipenuhi dengan uban putih dikepalanya.

"Kamu saya pecat." sebuah kalimat yang sungguh terpaksa ia ucapkan pada gadis yang sudah sejak tadi menunggu dirinya.

"Apa!!!"