Chereads / Hasrat Cinta: Menemukan Suami Pendamping / Chapter 14 - Perhatian dari Steve

Chapter 14 - Perhatian dari Steve

(Arabella)

Aku mengerjapkan mata beberapa kali, saat aku melihat Cahaya terang yang menyilaukan mata. entah apa yang aku lihat saat ini, tapi aku dapat merasakan kehangatan dari pelukan seseorang. ketika mataku terbuka dengan baik dan dapat melihat ke sekeliling, saat itulah aku baru sadar bahwa tubuhku di peluk oleh Steve.

dia baru melepaskan pelukan dariku saat dia melihatku yang baik-baik saja. "kau sudah sadar? astaga! kau membuatku hampir kehilangan nyawa! bagaimana bisa kau tidur tanpa busana begini? kau hampir mati karena kedinginan!." Steve berkata cukup marah, aku yang melihat amarah di wajahnya hanya bisa terdiam.

Kenapa? Kenapa wajah Steve sangat sama persis dengan wajah yang ada di dalam mimpiku? kenapa juga aku tidak ingat siapa Steve? aku bahkan melupakan siapa dia, aku hanya ingat suamiku saja. Muticus.. Pavo Muticus.

Salah satu Pangeran yang telah mengambil Nama belakang keluargaku, yang akan menjadi suamiku dan melamar diriku di sebuah Goa yang sangat indah. kenapa? aku tidak ingat tentang Steve sama sekali.

"Ara? kau melamun, ada apa? apakah kau merasa sakit?." Steve mengguncang tubuhku, aku hanya bisa tersenyum kecil saat melihat raut wajah khawatir di matanya. aku menggelengkan kepala perlahan.

"Aku hanya bingung saja, kenapa aku bisa telanjang begini. aku hanya bingung saja." kataku, mencoba untuk menjawab seadanya. Aku Menelan ludah susah payah, saat kau melihat tubuh Steve yang sudah bertelanjang dada.

Dia memeluk diriku? kami sama-sama telanjang dan saling berpelukan? aku langsung memerah malu, aku tau saat ini tubuhku dan Tubuhnya sudah sama-sama panas Karena sentuhan yang cukup intim. Steve lebih dulu memberikan Selimut padaku dan melilitkan selimut itu ke tubuhku. lalu dia bangun dan Memakai pakainya sendiri, aku belum dalam mencerna dengan baik semua yang dia lakukan. karena pikiranku saat ini masih memikirkan hal yang tidak penting..

Tentang mimpi itu, kenapa di dalam mimpi Tersebut. Steve ada? Siapa Steve sebenarnya?.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud melakukan hal buruk padamu. Tubuhmu benar-benar dingin dan aku tidak dapat mendengar detak jantungmu sama sekali. aku takut kau mati karena kedinginan, itu kenapa aku melakukan hal tadi. tapi aku BERSUMPAH Bahwa aku hanya memeluk dirimu dan aku tidak melakukan hal bodoh lainnya." Steve seperti ingin menjelaskan semuanya padaku, aku yang mendengar hal itu hanya tertawa kecil dan mengangguk. aku tau Steve tidak bermaksud melakukan hal buruk, tapi jika dia lakukan juga. aku tidak masalah..

"Aku paham, maafkan aku karena membuat Dirimu jadi kesusahan. aku banyak pikiran akhir-akhir ini, jadi tanpa sadar aku mungkin membuka baju dan Langsung kedinginan." Kataku sedikit berbohong, Steve menuang segelas air putih, lalu memberikan padaku.

"Kau benar-benar banyak pikiran, bahkan tadi kau memanggil nama seseorang. kalau Tidak salah kau memanggil nama Muticus. siapa dia? apakah kekasihmu? kau sedang patah hati ya? jadi sampai terbawa mimpi." Kata Steve lagi, aku hanya meminum air putih darinya dan tersenyum kecil.

Siapa Muticus? dia adalah suamiku, Seharusnya.

Nama aslinya adalah Pavo Cristatus. tapi aku memberikannya nama Muticus agar mudah di ingat dan bisa menjadi bagian dari Diriku. Ya.. dulu aku sangat mencintai lelaki itu, tapi kenapa aku bisa kembali mengingat masa lalu yang tidak pernah hadir?

Kejadian yang aku mimpikan tadi adalah kejadian yang tidak aku ketahui, lebih tepatnya. aku memang tidak mengingat sama sekali bagaimana pertemuan pertamaku dengan Calon suamiku itu. kemarin-kemarin aku hanya mengingat dan bermimpi tentang masa dimana aku dan Muticus sudah saling mencintai.

Entah mimpi tadi adalah kenyataan yang memang pernah terjadi, atau hanya sebuah mimpi abstrak yang tidak Bisa di percayai. karena dalam mimpi itu aku tidak mau di jodohkan oleh Muticus, jadi aku belum benar-benar jatuh cinta dengannya kan? tapi kenapa saat dia aku panggil Muticus, dia mengakui bahwa itu namanya. Padahal aku sangat yakin sekali, nama Muticus itu aku berikan padanya saat kami sudah benar-benar saling mencintai satu sama lain.

Semua masa lalu ini seperti film rusak yang di putar tidak jelas dalam otakku. aku harus menyusun semua potongan film, agar film itu bisa tersusun dengan baik.

aku butuh pertolongan, tentang bagaimana aku bisa menemukan masa laluku itu. Tapi siapa yang akan menolong diriku? aku punya kewajiban untuk menemukan Muticus lebih dulu di dunia modern ini.

"Ara? kau baik-baik saja? sepertinya kau lelah sekali, tidurlah lagi. nanti pagi aku akan membatalkan semua jadwal rapat dan membiarkan aku beristirahat lebih lama. apa perlu aku panggilkan dokter? kau banyak melamun." Steve sekali lagi membuatku sadar, aku langsung mengembalikan gelas Yang sudah kosong padanya dan hanya bisa tersenyum kecil.

"Aku butuh banyak istirahat, mungkin nanti aku tidak punya banyak tenaga untuk mengurus perusahaan. Aku ingin meluangkan waktu untuk berpikir banyak hal, kesehatan mental dalam diriku tidak baik. kau bisa bawakan dokter spesialis untukku. aku yakin hal itu akan sangat membantu." Aku berkata tanpa mau mengatakan hal lain padanya, aku menatap langit malam. Ini sudah hampir pagi kan? tapi langit masih gelap.

"Baiklah, aku akan membawakan dokter spesialis padamu. sekarang kau ganti pakaian ya? lalu kau bisa tidur lagi. aku akan menjaga dirimu disini, jangan khawatirkan apapun." Steve terlihat lebih lembut sekarang, mungkin dia merasa kasihan padaku. atau dia memang merasa tidak enak hati karena sudah sering kasar dengan diriku. apapun itu, aku tidak mau tau. aku sedang tidak dalam mood yang baik untuk mengobrol banyak hal padanya.

"Terimakasih Steve, kau cukup baik dalam menjaga diriku. tapi aku tidak berniat memakai baju, ambilkan saja selimut satu lagi untuk diriku." Aku langsung merebahkan tubuh ke atas tempat tidur lagi. selimut di tubuhku Sudah cukup nyaman untuk membuatku baik-baik saja.

Namun Steve masih mengambilkan selimut lain dan menyelimuti aku semakin lebih hangat, aku memejamkan mata. Memang benar-benar lelah dengan mimpi yang baru terjadi, aku berharap tidak Bermimpi buruk lagi. Karena aku mau tidur nyenyak saat ini.

"Semoga kau mimpi indah." Kata Steve sedikit berbisik pelan.