"Kau yakin mau kembali ke istana? Kau tidak akan menyesal jika harus di jodohkan?." Steve bertanya sekali lagi, dia terlihat menatap mataku dengan pandangan kecewa. Namun kepalaku langsung mengangguk sangat pelan ketika dia bertanya seperti itu.
"baiklah jika begitu, ayo kita kembali. Aku Menerima apapun yang akan terjadi. selama kau senang maka akan aku turuti semuanya." Tanpa aba-aba Steve memeluk diriku dengan erat, aku yang merasakan pelukan itu langsung membeku di tempat tersebut. Aku sepertinya menahan nafas karena perilaku Steve di dalam mimpi ini benar-benar terasa berbeda.
namun entah kenapa, aku merasa ini bukan sekedar mimpi. Ini seperti kilasan masa lalu yang pernah aku rasakan. Apakah ini Dejavu? Tapi kenapa ada Steve di dalamnya? Aku ingat masa laluku, ingat wajah Pangeran tampan yang menjadi suamiku itu. lalu kenapa aku tidak pernah mengingat Steve sebagai bagian dari masa lalu? Apakah karena ingatan di otakku belum sepenuhnya kembali? Mungkin saja.
"ya, aku mau kembali. bisakah kau lepaskan pelukan ini? Aku merasa sedikit sesak." Ucapku jujur, dan Steve benar-benar melepaskan Pelukannya dariku.
dia menatap mataku sekali lagi lalu tersenyum, dia sepertinya sangat sedih karena aku memutuskan untuk kembali ke istana. aku tentu mau kembali, mau melihat bagaimana istana di mimpiku ini. Atau bisa kita sebut ini adalah mimpi dari bagian masa laluku? sebut saja seperti itu.
walaupun belum ada penjelasan yang jelas dari semua kenangan ini.
"ayo kembali." Dia bangun lebih dulu, memegang tanganku dengan sangat erat. lalu kami keluar dari gubuk tersebut.
namun langkah kakiku dan Steve langsung terhenti, saat aku melihat ada banyak lelaki berpakaian seperti prajurit. lalu dari bagian tengah-tengah perkumpulan besar itu, terlihat seorang lelaki lain yang memakai pakaian perang lebih mewah dari yang lainnya.
Wajahnya tertutupi sinar mentari, aku belum bisa melihat dengan jelas wajah lelaki itu. dia Semakin berjalan mendekati aku dan Steve, semakin lelaki itu mendekat. Semakin Steve memegang tanganku dengan erat.
"Tenang saja Puteri, aku akan menjaga dirimu dengan nyawaku." bisik Steve sangat pelan.
semakin lelaki itu mendekat, aku semakin penasaran dengan wajahnya. di balik rasa penasaran yang tercetak jelas di otakku, ketika mentari tidak lagi menghalangi pandangan mataku.
aku melihatnya, aku melihatnya..
Dia..
Dia..
Dia adalah calon suamiku, dia lelaki yang membuatku meminta hidup kembali ke dunia ini. Kami mati bersama di altar pernikahan.
"Muticus?." Suaraku begitu pelan, namun mampu di dengar oleh Lelaki yang merupakan suamiku itu dan juga Steve
"Puteri Arabella, senang mengetahui bahwa kau mengenal diriku." jadi benar namanya muticus? Astaga.. aku bisa melihatnya dengan sangat jelas, Pavu Muticus..
"kau kemari? Untuk apa?." aku mencoba untuk melepaskan tangan Steve, lalu berjalan mendekati Lelaki yang selalu aku inginkan untuk bisa aku lihat dengan jelas itu
"Puteri.. Jangan mendekatinya, dia lelaki yang akan di jodohkan padamu. Kau bilang, kau membencinya." Steve berkata cukup lantang, sepertinya dia tidak cukup suka saat aku mendekati Muticus.
"jadi kau yang akan di jodohkan dengan diriku? Jadi kita kenal karena perjodohan? Astaga, aku tidak pernah tau hal ini. Maksudku, aku tidak mengingat sama sekali awal pertemuan kita ini." aku berbicara sangat jujur, bahkan aku tersenyum senang saat membicarakan hal tersebut. Tanpa melihat ke arah Steve sama sekali.
"aku kemari untuk menjemput calon istriku, Ayah anda memintaku untuk membawa anda dan kembali ke istana. apakah anda mau kembali?." tanya Muticus dengan sangat sopan dan ramah.
"Tentu, sebenarnya aku dan Steve memang berniat untuk kembali. dan kebetulan kau kemari, jadi kita bisa langsung pulang kan?." Aku menengok ke arah Steve, ternyata saat ini dia sudah di tahan oleh beberapa prajurit. Pedangnya di ambil dan tangannya di ikat oleh tali.
"loh? Kenapa Steve di ikat?." tanyaku panik, aku mencoba untuk mendekati Steve untuk membantunya melepaskan ikatan itu. Tapi Tangan Muticus lebih dulu memegang lenganku dan memeluk diriku dari samping.
Aku yang mendapatkan perlakuan Seperti itu tentu saja tidak terima, walaupun aku mudah di dekati oleh banyak lelaki. Tapi aku tidak mau di perlakukan sebagai wanita murahan seperti ini.
"Lepaskan aku! Tidak bisakah kau membiarkan saja Steve dan kita berjalan bersama? jangan ikat dia Seperti bintang! aku mau ikut dengan dirimu, tapi bukan begini caranya!!." aku langsung melepaskan rangkulan pinggang dari tangan Muticus, aku akui Bahwa dia begitu erat sekali saat merangkul diriku. Namun Karena aku cukup sering belajar bela diri, aku dapat keluar dari jeratannya dan sekarang sudah menendang beberapa pengawal yang ada di sekitar Steve.
"Aku tidak suka di paksa! dan aku tidak suka, keadaan dimana seseorang harus menjadi tawanan! jika kalian mau membawaku kembali. maka Bawa aku dan panglima Steve dengan cara baik-baik, kami ini manusia bukan binatang!." aku menatap mata Muticus dengan begitu tegas dan lekat, dia hanya tersenyum saja dan mengangguk paham.
"Baiklah, sesuai permintaan darimu. Puteri Arabella." Muticus berbalik badan, dia kembali naik ke atas kudanya dan menunggu aku serta Steve naik ke atas kuda kami masing-masing. Kuda-kuda itu ternyata sudah di sediakan oleh Muticus, untuk membawa kami ke istana dengan cepat.