Pertemuan hari itu terasa sangat berharga bagi Hany. meskipun hubungan nya dengan Tama dengan berakhir. mereka tetap saling menjaga hubungan baik saat ini. Hany pun merasa bahwa Tama kini telah berubah menjadi lebih dewasa. walapun pertemuan pada malam itu begitu singkat namun semakin menumbuhkan perasaan mereka satu sama lain.
Sempat terlintas dalam benak Tama bahwa ia akan menyatakan kembali perasaan nya terhadap Hany, namun Tama menahan nya. Tama tidak ingin menyakiti kembali perasaan Hany seperti dahulu. begitu pula dengan Hany sebenarnya perasaan nya dengan Tama kini muncul kembali namun setelah mengetahui bahwa Tama akan pergi lagi Hany pun memendam perasaan itu dalam lubuk hati nya terdalam.
Hari yang di janjikan oleh Tama pun tiba. Hany begitu sangat senang karena akan menemui Tama. kebetulan hari itu hari libur bagi Hany. Hany menunggu Tama mengabari nya semenjak pagi. di lain sisi Tama mendengar kabar bahwa keberangkatan nya di majukan menjadi hari ini. Tama merasa kebingungan, karena ia sudah terlanjur membuat janji kepada Hany.
Tama kemudian di minta oleh pihak agensi nya untuk melengkapi dokumen terkait keberangkatan nya sore itu. karena ia sangat sibuk ia pun sampai lupa harus memberikan kabar kepada Hany. Hany yang saat itu tidak mengetahui apa pun masih menunggu kabar dari Tama.
Hari sudah mulai siang, namun Hany masih juga belum mendapatkan kabar dari Tama. Hany mulai merasa cemas, ia takut terjadi hal - hal buruk kepada Tama. tak lama kemudian telepon nya berdering ia sangat senang dan mengambil ponsel nya dengan cepat. ketika ia lihat ternyata bukan dari Tama melainkan Vino. Hany mengangkat nya dengan sedikit terpaksa.
" Halo! " jawab Hany dengan nada ketus.
" Aku harus bertemu dengan mu sekarang. " jawab Vino.
" Tidak bisa! aku ada janji hari ini. " tolak Hany.
" Tapi ini menyangkut kita berdua! " tutur Vino lagi.
" Aku bilang tidak bisa ya tidak bisa! " seru Hany.
" Jadi sekarang kau mengacuhkan ku lagi? " tanya Vino lagi dengan nada yang mulai meninggi.
" Bukan kah kau yang awal nya mengacuhkan ku terlebih dahulu?! " pungkas Hany.
" Baiklah kalau itu mau mu! sebaiknya ku katakan sekarang juga. " kata Vino dengan kesal.
" Katakan lah! " sahut Hany.
" Kita putus mulai hari ini! " ucap Vino berteriak di telepon.
" Apa? putus? baiklah kalau itu mau mu! jangan harap aku akan kembali pada mu lagi suatu saat nanti. " tegas Hany.
tuut....tuuut...tuuut. bunyi telepon di matikan.
Vino mematikan telepon nya terlebih dahulu setelah ia mendengarkan pernyataan Hany. Hany begitu sangat kesal dan rasa nya ingin memaki seseorang. di tambah lagi Tama yang tidak kunjung juga mengirim kabar kepada nya. hari itu Hany merasa hari yang sangat buruk bagi nya.
Hany kemudian memutuskan menghubungi Tama terlebih dahulu untuk menagih janji nya. namun Tama tidak mengangkat nya. Hany menjadi kesal sejadi - jadi nya. ia pun mulai mengumpat sendiri. kekesalan nya semakin tak terbendung. hari itu seperti hari terburuk dalam hidup nya. kini ia tak mau lagi percaya dengan siapapun dan memilih untuk menjalani hidup nya sendiri tanpa ada embel embel kekasih dalam hidup nya. bagi Hany saat ini cinta adalah penderitaan tiada akhir. sebisa mungkin ia selalu menghindari cinta dalam hidup nya.
Tama sudah mulai berangkat dan tidak bisa menghubungi Hany sama sekali. lagi dan lagi ia merasa meninggalkan Hany dengan penuh kekecewaan. keberangkatan nya yang mendadak menjadikan nya jahat di mata Hany namun Tama pun tidak bisa berbuat apapun yang ia inginkan. Tama begitu sangat menyesal meninggal kan Hany begitu saja tanpa mengucapkan perpisahan terlebih dahulu.
****
Satu tahun kemudian.
Tak ada kabar dari Tama selama setahun belakangan ini. saat ini Hany tidak mempermasalahkan nya lagi. bagi Hany Tama merupakan masa lalu yang menyakitkan bagi nya dan tak akan pernah sekalipun ada keinginan untuk bertemu dengan nya. hari - hari Hany di sibuk kan dengan segudang pekerjaan yang membuat ia selalu berpikiran untuk mengundurkan diri dan melakukan perjalanan keliling kota. Hany tidak terlalu muluk - muluk ingin ke luar negeri karena ia tidak terlalu tahan dengan cuaca dingin.
Suatu hari ada pembukaan toko kosmetik di daerah sekitar rumah nya. kebetulan Hany sedang bejalan - jalan di sekitar dan melihat nya. Hany hendak mampir hanya sekedar untuk membeli pelembab bibir untuk nya yang kebetulan sudah habis. toko itu nampak sepi pengunjung padahal biasa nya apabila ada toko sekitar yang baru buka pasti ramai di kunjungi.
Hany memasuki toko tersebut, hanya ada dua pegawai perempuan dan satu menajer laki - laki di toko tersebut. Hany mulai melihat - lihat sekeliling nya. saat Hany sedang melihat - lihat, seorang pegawai perempuan mengampiri nya dan memberikan kepada nya sebuah kupon untuk mengikuti undian yang sedang di adakan di toko tersebut. Hany terlihat kebingungan. Hany pun menolak nya secara halus karena Hany tidak tertarik dengan hadiah yang di tawarkan yaitu tiket pulang pergi ke korea selama satu minggu.
Namun pegawai itu memaksa dan sedikit merengek pada Hany, karena melihat hal tersebut terpaksa Hany mengikuti nya dengan harapan ia tidak mau menang undian tersebut. akhirnya Hany mengisi biodata nya di kupon yang telah di beikan oleh pegawai tadi dan memasukkan nya ke kotak undian. pegawai itu sangat berterimakasih kepada Hany karena mau ikut serta.
Pada kotak tersebut sudah banyak kupon di dalam nya. Hany cukup merasa lega karena kemungkinan ia menang sangat langka. Hany telah mendapatkan apa yang ia butuhkan dan segera pergi keluar dari toko tersebut. Hany merasa sedikit aneh karena awal pertama ia mengujungi toko tersebut sangat sepi bahkan bisa di bilang hanya ada Hany pelanggan satu - satu nya di sana. namun setelah melihat kotak undian yang terisi cukup banyak, Hany berusaha bepikir positif. barangkali saat Hany datang memang saat toko nya sedang sepi pengunjung.
Setelah satu minggu berlalu, Hany mendapatkan telepon dari nomor yang tidak di kenal bahwa ia mendapatkan hadiah dari undian yang sebelum nya pernah ia ikuti. Hany sangat terkejut dan juga tidak percaya awal nya. namun ia mendapat tiket pesawat yang dikirim melalui surel nya. Hany kaget bukan main. ia pun merasa kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi kepada nya. entah ini keberuntungan bagi nya atau awal dari kesialan akan menimpa diri nya. Hany tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat itu.
Apakah ini mimpi atau kenyataan? Hany pun mencoba mencubit pipi nya. " Aw,,, sakit! ternyata bukan mimpi. " tutur Hany setelah mencubit pipi kanan nya.