"Lebamnya nggak hilang-hilang juga nggak apa-apa."
"Raka! Bisa mingkem nggak sih?"
"Emm!" Raka betulan mingkem. Namun, gaya mingkemnya yang sengaja dibuat - buat justru terlihat lucu. Apalagi dua mata bulatnya yang kedip - kedip seperti lampu rusak berhasil menbuat Kiya tergelak.
"Apaan sih? Katanya disuruh mingkem?"
Saking lucunya muka Raka, Kiya sampai terduduk di lantai. "Ya nggak gitu juga mingkemnya!"
Suara tawa Kiya yang indah masih memenuhi ruang tamu. Di mata Raka, Kiya memang cantik. Tapi baginya, akan lebih cantik lagi kalau Kiya tertawa seperti ini. Kalau saja Raka bisa menghentikan waktu, dia ingin berhenti di sini. Di saat - saat dia mampu melihat tawa Kiya dengan gerak lambat dan merekamnya dengan jelas pada ingatan.
Raka berharap, dia bisa hidup lebih lama bersama Kiya dan menikmati waktu - waktu indah mereka berdua. Raka berharap, dia bisa jadi satu - satunya orang yang membuat Kiya merasa bahagia setiap saat.