Chereads / Skills Master - The Original Skills / Chapter 22 - Awal Petualangan

Chapter 22 - Awal Petualangan

Emily Pov

"Emily, sepulang sekolah nanti, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."

Elliot mengatakannya dengan raut wajah serius saat jam istirahat siang. Aku jadi penasaran kira-kira ke mana dia akan mengajakku pergi.

Begitu sekolah selesai, sesuai janji dia benar-benar mengajakku ke suatu tempat.

"Wuuuuaaaaah ... indah sekali. Aku baru mengetahuinya, ternyata di kota ini ada tempat seindah ini. Sejak kapan kau mengetahui tempat ini, Elliot?" tanyaku heboh karena sungguh tempat kami berada ini sangat indah.

"Sudah cukup lama. Kalau sedang bosan, aku sering datang ke tempat ini."

Aku tidak berbohong saat mengatakan tempat ini sangat indah. Hanya dengan berdiri di sini, aku bisa melihat pemandangan seluruh kota. Selain itu, di sekeliling tempat ini dipenuhi banyak bunga yang bermekaran dan beraneka ragam jenisnya. Di tengah-tengah ketakjubanku akan tempat ini, suara Elliot mengembalikan kesadaranku.

"Emily, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu."

"Apa itu?"

Setelah itu, Elliot berbicara panjang lebar. Dia bercerita tentang kemampuan aneh yang dia miliki. Sebuah kemampuan yang disebut original skills. Dia juga menceritakan tentang teman masa lalunya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Aku bingung bagaimana harus menanggapi ceritanya yang aku pikir tidak masuk akal. Dia bercerita bahwa dia memiliki kemampuan yang bernama original skills dan berkat kemampuan itu, dia bisa kembali ke masa lalu ataupun berpindah tempat dalam waktu sekejap. Dia juga mengatakan dia dan pemilik original skills lainnya, bisa saling merasakan keberadaan satu sama lain. Aku tidak tahu apakah harus percaya atau tidak pada ceritanya ini, yang menurutku terdengar mustahil.

"Jadi, aku harus pergi dari sini. Aku harus pergi ke tempat Fredert berada, untuk menanyakan beberapa hal padanya. Selain itu, aku juga ingin memperdalam pengetahuanku tentang original skills ini dan ingin mempelajarinya. Karena itu, Emily, tolong izinkan aku pergi."

Aku sungguh tidak tahu jawaban apa yang harus aku berikan pada Elliot, karena akal sehatku belum bisa mempercayai cerita-ceritanya ini.

"Emily, apa kau baik-baik saja? Kenapa kau diam saja?" Perkataannya mengembalikan kesadaranku yang sempat tertegun karena memang ceritanya ini rasanya sangat mustahil.

"Mungkin kau masih bingung dan tidak percaya pada ceritaku ini. Aku mengerti itu. Pada awalnya aku juga tidak mempercayai hal ini sama sepertimu, tapi setelah aku mengalaminya sendiri akhirnya aku bisa mempercayainya. Kau mungkin tidak akan pernah bisa mengalami hal seperti ini, tapi aku mohon padamu, Emily, percayalah padaku."

Elliot terlihat sangat serius dan tanpa sedikit pun terlihat keraguan di wajahnya. Selama ini dia mempercayaiku, jadi aku pun harus mempercayainya.

"Sejujurnya aku masih bingung dengan ceritamu itu, tapi aku mempercayaimu. Aku tahu kau tidak mungkin membohongiku. Jadi, berapa lama kau akan pergi?"

"Entahlah, aku belum tahu, tapi sepertinya aku akan pergi cukup lama kali ini."

Aku tersentak mendengar ucapannya. Berpisah dengannya dalam waktu yang lama, jujur aku tak sanggup. "Aku mohon jangan pergi terlalu lama, aku pasti tidak sanggup terlalu lama jauh darimu."

Rasanya aku ingin menangis saat ini. Aku tidak bisa membayangkan akan menjalani hidup tanpa Elliot untuk waktu yang lama. Aku pasti akan sangat kesepian, terlebih aku sudah terbiasa ada dia di sampingku.

"Aku pasti kembali padamu, Emily. Karena itu ... karena itu ... aku ingin kau menunggu. Tolong tunggu aku, Emily."

Tatapannya yang serius dan tanpa keraguan itu sangat menyentuh hatiku. Aku pun memberikan seulas senyum untuk menenangkannya karena dia terlihat panik dan gugup aku akan melarangnya untuk pergi.

"Tentu saja aku akan menunggumu, Elliot. Jadi, kapan kau akan berangkat?"

Wajah Elliot seketika berbinar, tampak lega dan senang. "Besok pagi. Aku akan pergi bersama seorang teman, namanya Erriol."

"Itu artinya hari ini pertemuan terakhir kita? Aku pasti akan merindukanmu, Elliot."

"Aku juga Emily. Aku akan sering menghubungimu."

"Kalau begitu berjanjilah satu hal padaku."

"Apa?" tanyanya disertai satu alis yang terangkat.

"Berjanjilah kau tidak akan melibatkan dirimu dalam bahaya, Elliot."

Elliot mendengus sebelum memberikan anggukannya. "Tentu saja. Kau tidak perlu khawatir, Emily."

Aku lantas berlari ke pelukannya dan tidak kuasa lagi menahan air mata yang mulai mengalir membasahi wajahku.

***

Elliot Pov

Kemarin, aku sudah menceritakan semuanya pada Emily dan sepertinya dia masih belum mempercayai sepenuhnya ceritaku. Namun, dia telah memberiku izin dan seperti yang telah aku janjikan padanya, aku pasti akan segera kembali ke sisinya. Sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan Emily, tapi keingintahuanku akan original skills dan keinginanku untuk bertemu lagi dengan sahabat kecilku Fredert, membuatku menetapkan keputusan ini. Setelah mengantarkan Emily ke rumahnya, aku menghubungi Erriol dan memberitahunya bahwa kami akan berangkat besok.

Di sinilah aku sekarang, di dalam mobil Erriol yang sangat mewah dan terlihat sangat mahal. Aku jadi semakin ingin tahu apa pekerjaan Erriol sehingga dia bisa membeli mobil semewah dan semahal ini. Erriol tampak sangat serius mengendarai mobilnya. Suasana pun sangat hening. Lalu aku memulai pembicaraan untuk mencairkan suasana.

"Apa tidak apa-apa kau mengendarai mobil semewah ini? Jika dilihat dari usiamu, aku yakin kau belum memiliki surat izin untuk mengemudi, kan, Erriol? Aku harap kita tidak akan dikejar-kejar polisi."

"Kalau kau merasa takut akan dikejar-kejar polisi, kau boleh turun dari mobilku kapan pun kau mau, Elliot."

"Aaaaaah ... a ... aku hanya bercanda tadi. Maafkan aku," sahutku, tak menyangka dia akan menjawab seserius itu.

"Jangan jadi pria pengecut dan cerewet seperti itu, kau terlihat seperti wanita. Kalau kau banyak bicara lagi aku tidak akan segan-segan menurunkanmu. Aku jadi menyesal mengantarmu."

"O-Oke. Aku janji tidak akan mengatakan hal seperti itu lagi." Lalu Erriol mengendarai mobilnya dengan sangat kencang, sepertinya dia sengaja untuk menakutiku.

"Wuuuuuaaaaaaa! Jangan terlalu ngebut, Erriol! Aku masih belum mau mati. Tolong pelankan mobilnya!"

Namun, Erriol justru semakin mempercepat laju mobil sambil tertawa terbahak-bahak, sepertinya dia menikmati ketakutanku.

"Haah ... Haah ... Haah."

"Kenapa kau, Elliot, seperti orang yang kelelahan seperti itu?" tanyanya sambil terkekeh jahil.

"Tentu sajaaaaaa! Dasaaaar kau bodoooooh! Kau pikir apa yang kau bawa di mobilmu? Aku ini makhluk hidup bukan barang. Aku merasa nyaris mati barusan. Aku masih belum mau mati, masih ada banyak hal yang ingin aku rasakan dan aku lakukan di hidupku. Jangan sampai kau mengulanginya lagi, kalau tidaak ... aku tidak akan segan-segan menghajarmu. Dasaaaar ... Erriooool bodoooooh!"

"Hahahaha ... Iya. Maaf, maaf. Aku tidak akan mengulanginya lagi. Tadi itu sedikit pelajaran karena kau banyak bicara. Ngomong-ngomong sepertinya kita harus mencari penginapan untuk tidur malam ini. Sebentar lagi akan mulai gelap."

Untuk kali ini, aku menyetujui sarannya. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju tempat Fridert berada, kami memang harus mencari penginapan untuk beristirahat. Padahal aku sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan Fredert dan menanyakan banyak hal tentang original skills padanya.