Chereads / The Title: Nevtor Arc - Second Phrase / Chapter 19 - Chapter 36 They harmony and my disharmony

Chapter 19 - Chapter 36 They harmony and my disharmony

Malam hari ini di meja makan. Terlengkap satu keluarga. Clain, Myna, Creslia, ayah beserta ibunya. Satu orang tambahan ialah diriku. Hm... cukup malu berada di antara orang-orang baru. Bukan, lebih tepatnya canggung. Tak terbiasa menghadapi situasi seperti ini. Sama hal dengan berada dikeramaian bagiku. Melelahkan. Apalagi jika kau jadi pusat perhatian.

Pada momen itu, bahan obrolan terus saja ada di antara keluarga Clain tersebut. Dan untuk sekali lagi, akupun turut terseret dalam percakapan mereka. Meski ingin sekali menjadi pendengar saja, namun nyatanya itu sulit. Jika sudah menyangkut sosialiasi, kau harus ikut walau tidak menginginkannya.

Usai makan malam bersama itu berakhir, diriku beranjak ke kamar yang diberikan oleh Clain untuk segera istirahat. Yah kamar tidur yang sama saja dengan yang ada di asrama. Setelah di dalam, aku langsung menjatuhkan tubuh di atas kasur. Cukup letih sekali. Menjadi kepribadian individualis memang merepotkan. Lebih lagi, jika kau memiliki stamina yang sedikit.

Mataku lekas memejam, namun tidak bisa. Meski terus mencoba tapi tetap nihil. Diriku tampaknya telah menjadi makhluk nokturnal. Lantaran tidak bisa tidur aku pun bangkit dari kasur. Tak lama terdengar suara riuh-riuh dari arah luar. Suara siapa itu?

Aku pun berjalan ke pintu kamar lalu membuka perlahan. Di penglihatanku kini hanya mendapati kekosongan. Ruang tamu maupun ruangan lain tidak ada seorang pun. Tatkala suara itu terdengar lagi, diriku lekas berjalan kembali pada pintu keluar. Dari luar rumah, tampak Clain dan dua saudarinya tengah asyik bermain kembang di lataran depan sana. Penuh suara dan raut kegembiraan. Di kejauhan belakang juga terlihat ayah dan ibunya yang menonton.

"Apa kami membangunkanmu?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja terdengar. Pria tua yang sedari tadi menonton kini beranjak menuju tempatku, teras depan rumah.

"Tidak, saya belum tidur!" jawabku.

"Begitu ya!" Dia sampai pada tempat bernaungku.

Dalam suasana meriah itu, kami pun berbincang-bincang. Calid bercerita tentang Myna yang teramat sedih ketika kepergian Clain ke kota. Dia sampai termenung beberapa hari akan hal tersebut. Di samping itu, Creslia pun sama. Meski dirinya tegar, namun sebenarnya ia sangat mengkhawatirkan. Maka dari itu, saat ini mereka berdua begitu gembira atas kepulangan Clain. Karena sudah enam bulan tidak bertemu.

Nampak, sosok Clain begitu di cintai mereka. Wajah keceriaan itulah bukti atas kasih sayang keduanya. Bahkan pada waktu tiba di desa pun ia begitu di kagumi masyarakat desa. Terutama dikalangan anak-anak. Popularitasnya cukup mengagumkan. Berbeda jauh sekali dengan diriku.

"Lalu, bagaimana dengan keluarga?" Tanya Calid.

Itu sebuah pertanyaan yang sulit bahkan mustahil kujabarkan.

"... Keluarga tidak seharmonis dengan keluarga anda," jawabku.

Sontak saja suasana membeku. Nampaknya kata itu meleceng dari jawaban yang diharapkannya. Ingin sekali aku memperbaiki, namun melihat pria di sampingku itu hanya diam, mungkin sudah terlambat.

"Sepertinya ... aku menanyakan hal yang kurang tepat. Maaf ya!" Pria tua itu berbicara dengan nada pelan. Rasa bersalah mungkin ia rasakan. Seharusnya aku memang tidak memberikan jawaban itu.

"Tidak, anda tidak perlu minta maaf!" Pintaku. "Kalau begitu saya ke dalam dulu. Permisi!"

Aku beranjak masuk. Namun baru beberapa langkah, suara dari Clain di belakang membuat kakiku terhenti. Diriku pun kembali membalikman pandangan.

"Kupikir kau sudah tidur," kata pemuda itu saat ia tiba di dekatku.

"Karena suara bisingmu tadi, aku jadi tidak dapat tidur," timpalku.

"Benarkah?! Aku membangunkanmu?"

"Tidak juga! Aku hanya tidak dapat tidur saja."

"Woah, kau ini," gerutunya. "Kalau kau tidak dapat tidur, sebaiknya ikut bersama kami saja bermain kembang api." Clain menyodorkan tiga buah kembang api padaku.

"Tidak usah! Lagipula jika aku ikut kalian mungkin akan merusak momen kebersamaan kau dengan saudarimu. Selain itu, bukankah sekarang hal yang bagus untuk membuat keceriaan pada Myna."

"Kau ini bicara apa. Mana mungkin dirimu merusak momen kami. Justru kami malah sangat senang jika kau ikut bermain. Dan Myna pun pasti sangat senang jika kau mau ikut," jelasnya.

"Ya, itu benar! Akan semakin menyenangkan kalau kau ikut bermain juga bersama kami," sahut Creslia di kejauhan depan sana.

"Ayo main kembang api, Kak Nevtor!" Tambah Myna dengan raut ceria sembari memegang kembang api yang masih menyala di kedua tangannya.

Memang. Hal yang sulit di dunia ini adalah menolak ajakan seseorang. Begitu menurutku.

Taktala aku ingin menolak ajakan itu lagi, Calid berjalan mendatangiku dan memegang pundakku. Dia menatapku dengan senyuman. "Meski dirimu tidak memiliki keharmonisan yang kau katakan, tapi ...," dia melirik sesaat ketiga orang yang tengah di pandanganku, "bukankah kau masih punya keharmonisan lainnya, Nevtor?" Ujarnya.

Pria berkumis tipis itu kembali berjalan dan masuk ke dalam rumah. Apa yang dikatakanya membuatku terdiam. Hingga sebuah tarikan tangan seseorang menyadarkanku dari lamunan. Clain terus membawaku sampai latar tempat mereka bermain. Dengan penuh antusias, ia pun menyala kembang api dan memberikannya padaku.

Setiap bulir-bulir percikan dari benda tersebut memanglah memberikan keseruan tersendiri. Di tambah dengan kegembiraan, semangat dan senyuman dari mereka bertiga, memberikan suasana lainnya. Dalam momen itu, aku terasa seperti turut menyatu dengan mereka.

Semarak malam penuh percikan kembang api pun berlangsung hingga larut malam. Ini juga hari terakhirku dalam kunjungan di desa ini.