Chereads / The Title: Nevtor Arc - Second Phrase / Chapter 20 - Chapter 37 Illusion Witch?

Chapter 20 - Chapter 37 Illusion Witch?

Hembusan angin bertiup amat sejuk. Mentari pagi pun menyinari dunia dengan kehangatan.

Diriku tengah duduk termenung di kereta kuda sembari memandangi awan-awan yang bergerak acak. Juga tengah menunggu seseorang yang sedari tadi kunjungan datang. Lama sekali. Bahkan batang hidungnya tidak nampak sedikit pun.

Beberapa saat dirundung kebosanan, dari arah samping kanan seseorang berjalan mendekatiku. Yah dia yang kutunggu sejak tadi. Sapaan pagi pun lantas ia lontarkan dan langkah pemuda berambut biru dongkar itu terhenti tepat di tempatku. Dia kemudian memintaku untuk mengikutinya. Tanpa pikir lagi, akupun menyetujuinya.

Kami berjalan menuju belakang rumah. Di sana terlihat sebuah bangunan mirip gubuk kecil yang sudah agak usang. Beberapa sisinya pun sudah ditumbuhi tanaman liar yang menjalar sampai ke atap. Terdapat pula bekas bebatuan logam yang berserakan di lantai depan bangunan tersebut. Lalu pada bagian dalamnya, ada sebuah alat tempa dan pembakaran yang mungkin sudah rusak. Juga sebuah peti besar yang entah apa isinya.

Clain berjalan ke depan dan berbalik. Lalu melebarkan kedua tangan ke atas sambil berkata, "Selamat datang di toko pandai besiku!"

Kemudian, pemuda itu pun menuturkan kalau tokonya tidak beroperasi semenjak dirinya menjadi seorang Titlelist. Meski ayahnya sempat melanjutkan namun hanya beberapa hari saja. Di sebab oleh sepinya permintaan para konsumen dan minimnya bahan logam yang dikarenakan semakin langka dan jauh untuk di dapat.

"Hm... itu alasan kenapa kau ahli dapat menilai senjata," kataku seraya memperhatikan sekitaran toko. Mengingatkanku pada suatu tempat.

"Begitulah!" Balasnya. "Oh, iya. Ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu." Setelah mengucap itu, pemuda tersebut beranjak menuju sebuah peti besar yang tadi berada di dekat alat penempa. Ia kemudian membukanya dan mengambil sesuatu dari dalamnya. Setelahnya, dia pun mendekatiku seraya menyerahkan pedang yang masih terbungkus sarung hitam.

"Ini terimalah! Yah meski sudah lama sekali, namun tenang saja pedang ini masih kokoh dan kuat!"

Aku mengambil pedang itu lalu mengeluarkan dari sarungnya. Pedang perak yang bilahnya masihlah mengkilap seperti baru saja dipoles. Di gagangnya pula terukir corak berlogo daun. Logo yang sama persis pada baju yang dikenakan oleh Clain.

"Terima kasih!" Ungkapku. "Tetapi, apa kau yakin memberikanku ini?"

"Tentu saja!" Jawabnya mantap. "Itulah alasan kenapa aku mengajakmu ke desa ini. Bukan hanya sekedar memperkenalkan dirimu pada keluargaku, namun aku juga memang berniat memberikan pedang itu."

Kembali, aku memperhatikan pedang perak di genggamanku itu. Strukturnya ringan. Sama persis dengan pedangku sebelumnya.

"Kuharap kau menyukainya! Dan semoga itu bisa mengantikan pedangmu yang telah hancur waktu itu."

Aku menyarungkan pedang itu kembali. "Ya, ini memang pedang yang bagus!"

"Lalu, kau akan namakan apa?"

"Nama? Aku tidak memikiran jauh tentang hal itu."

"Kalau kau memberikannya nama mungkin pedang itu bisa membuatnya lebih akrab denganmu." Clain terkekeh.

"Kau pikir ini makhluk hidup?"

Sekali lagi, pemuda itu terkekeh. "Yah, setidaknya dia punya nama."

Setelah obrolan itu, kami pun beranjak keluar dari bangunan itu. Namun, baru saja melangkah sontak kami dikagetkan oleh kedatangan Creslia. Dia begitu panik dan ketakutan. Nafasnya pun tak beraturan. Dirinya mengatakan jikalau ada kelompok orang yang datang ke ladang jagung dan merebut paksa hasil panen. Bahkan mereka juga menyerang para penduduk.

Spontan saja hal itu membuat mata pemuda di dekatku terbelalak. Dia lalu berlari kencang bak kijang meninggalkan kami berdua. Dengan langkah yang sama, aku dan Creslia pun mengikuti pemuda itu dari belakang.

Tatkala tiba di ladang jagung, kami mendapati tiga orang yang sibuk mengangkut bakul penuh jagung menuju kereta kuda yang disiapkan. Lalu dikejauhan pula tampak ada sosok berjubah hitam yang kemungkinan itu adalah pemimpin mereka. Terlihat juga satu orang yang sedang menendang dua pria yang terkapar tidak berdaya. Salah satunya adalah Calid.

Dengan cepat, Clain melesat mendekati pria yang tengah asyik melakukan kekejaman terhadap dua korbannya itu. Dia lalu melayangkan pukulan dan tepat mengenai pipi orang tersebut hingga membuatnya terpental jauh dan menabrak salah satu dari temannya yang sibuk mengangkut barang hingga bakul penuh jagung itu pun berserakan. Kontan hal itu membuat tatapan orang-orang disekitar berpaling padanya.

Pemuda berambut biru dongkar itu pun membantu bangun dua pria yang terkapar lemas.

"Sialan! Beraninya kau menyerangku!!" Cibiran itu terlontar dari mulut orang yang tadi pipinya terkena pukulan. Dia kemudian bangkit dan beranjak mendekati Clain yang masih pada posisinya.

Selepas Clain menyuruh dua pria itu menepi, dia pun membalikkan pandangannya. Sontak hal itu membuat terperanjat mimik orang yang tengah mendekat. Di susul tiga orang lainnya yang masih membereskan barang curian.

"T-Title Physical?!"

"Beraninya kalian membuat kekacauan di desaku!" Mata Clain mendadak nanar seraya mengepalkan kedua tangannya.

"Oh, ternyata ada seorang Title Physical di sini. Apa ini sebuah kebetulan atau kalian memang mendapatkan tugas di sini?" Sosok berjubah yang sedari tadi diam dikejauhan sana mulai mengambil perannya dan berjalan santai mendekati Clain.

"Siapa kau?" Tanya Walru spontan.

"Aku? Aku bukan siapa-siapa. Hanya orang yang ingin mencari udara segar saja, sekaligus mencari pundi-pundi uang."

"Pundi-Pundi uang?" Pemuda itu terdiam sesaat. "Apa kau salah satu anggota kelompok kriminal yang melakukan hal keji di desa Naws waktu itu?"

Atas ucapan itu, langkah sosok berjubah itu terhenti.

"... Oh, jadi kau salah satu Titlelist yang berhasil menangkap Yeter dan juga Baff ya. Tidak kusangka aku dapat menemuimu di sini. Benar-benar kejutan yang tak terduga."

"Jadi benar kau salah satu kelompok tersebut," timpal Clain. "Baiklah, sekarang akan kukalahkan kau dan memasukanmu ke dalam penjara yang sama dengan teman-temanmu itu!"

"Apa kau bisa mengalahkanku?" Sosok itu menaikkan dagunya. Terukir senyum licik dari mulutnya. "Kalian

berempat, cepat bunuh orang itu!"

"Tapi, Tuan …."

"Ada apa? Apa kalian takut?"

Sontak saja perkataan itu membuat keempat anggotanya tampak amat ketakutan. Layaknya seorang pawang, sosok itu berhasil menjinakkan kembali hewan peliharaannya yang sempat tertelan keputusasaan. Lalu mereka pun mulai maju secara bersamaan menyerang Clain yang masih diam di tempat.

Orang yang pipi terkena pukulan tadi yang tiba pertama di medan Clain. Dia lalu melayangkan pukulan lurus. Namun Clain dapat menangkap tinju itu cukup mudah sekaligus membanting tubuh orang tersebut dengan cukup keras hingga memekik kesakitan. Kemudian, dilanjut dua orang lainnya yang meluncurkan pukulan sama. Di tambah dengan raut menyeringai.

Pemuda berambut biru dongkar itu secara sigap menunduk lalu mengayunkan pukulan uppercut ke salah seorang itu membuatnya tersungkur di tanah dengan keras. Di sambung dengan tendangan sabit yang mengarah pada orang satunya.

Buak!!

Pukulan tepat mengenai perut orang itu membuat tubuhnya terhempas ke ladang jagung hingga tumbuhan tersebut rusak seketika.

"Rasakan!!!"

Satu orang yang diyakini sudah tumbang oleh pukulan uppercut, kini bangkit kembali dan mengeluarkan pisau dari belakang. Dia kemudian mengayunkan tusukan lurus. Tetapi miris, serangannya kejutannya disadari oleh pemuda berambut biru dongkar itu. Dia secara cepat mengelak dan menangkap, lalu memelintir tangan orang itu hingga membuat jatuh pisau dari genggamannya, sekaligus membanting tubuhnya cukup keras ke tanah. Untuk sekali lagi, orang itu meringis kesakitan.

Cringg!!

Logam bergemerincing. Sesaat sebuah lemparan pisau beradu dengan pedang perak di genggamanku yang hendak melesat pada Clain. Membuat patah ujung dari senjata itu karena bertabrakan cukup keras.

"Terima kasih, Nevtor!"

Aku memasukan kembali pedang perak itu ke sarungnya. "Tidak masalah!"

"Apa d-dua Title Physical?!"

Orang yang tadi melempar pisau hanya mematung saat melihat kehadiranku. Bukan, mungkin lebih tepat melihat simbol 'Punch of Brave' di leherku.

"Apa yang kau lakukan! Cepat habisi mereka!"

Perintah datang dari sang sosok berjubah di belakangnya. Namun, hal itu sama sekali tidak digubris oleh orang yang terlanjur ketakutan tersebut. Dia malah lari kocar-kacir meninggalkan ladang, lalu disusul ketiga orang lainnya yang tadi sempat tumbang.

"Cih... dasar pengecut!" Cibir sosok berjubah itu yang masih melihat keempat anggotanya.

"Bukankah kau yang pengecut?" Pemuda di belakangku melontarkan balasan itu. Tetapi tidak mendapat respon sedikit pun dari sosok tersebut.

"Jika kau berani, kenapa sejak awal tidak kau saja yang menyerang!" Tambah Clain. Mungkin untuk memprovokasi.

"Hmph... sudah besar kepala juga kau ya." Sosok itu menaikan dagunya seraya tersenyum kecil. "Meski kau sudah mengalahkan mereka, jangan pikir kau sudah men--"

"Technique: Light Step!"

Sebelum sosok berjubah tersebut bisa menyelesaikan kalimatnya, Clain lebih dulu tiba di tempatnya dengan kecepatan yang luarbiasa. Selain itu, kaki pemuda itu pun terselimuti warna keemasan.

Tinju pun langsung dia ayunkan.

Namun ...

Pukulannya memanglah mendarat tepat, namun tidak mengenai apapun. Hanya mendapatkan asap abu-abu yang berhamburan ke udara. Kemudian, membentuk pusaran angin.

Ilusi?

Itulah yang bisa kusimpulkan.

"Kau orang yang menarik. Pertemuan kita selanjutnya, aku akan menghabisi dirimu. Jadi tunggulah itu!"

Kami memang dapat mendengar itu. Tetapi yang kami tidak dapat adalah sosok yang berbicara tersebut. Sosok jubah itu tidak terlihat dimana pun. Tampak dirinya tidak ada disekitar sini, atau lebih tepatnya, dia memang sejak awal tidak ada.

"Ilusi ya?" Kata Claid sambil mendongak.

"Persis yang dia kata tadi. Jikalau kita memang tidak bisa mengalahkannya."