Chereads / Lelaki Idaman. / Chapter 4 - Penasaran Kalea.

Chapter 4 - Penasaran Kalea.

Kalea duduk di samping Bryan, klien yang datang lebih dulu itu langsung tersenyum menatap Kalea.

Mungkin karena Kalea cantik dan juga ini pertama kalinya Bryan membawa seorang personal asisstant.

Biasanya Bryan akan datang sendiri, Bryan juga meminta jika klien yang ingin membahas pekerjaan dengannya harus perempuan. Tetapi akhir-akhir ini Bryan tak harus mematok laki-laki atau perempuan lagi.

Banyak yang salah mengartikan keinginan Bryan itu, banyak dari mereka juga yang terang-terangan menggoda Bryan dengan penampilan yang membuat Bryan jijik.

Kalea hanya mencatat beberapa point untuk nanti Bryan pertimbangkan kembali, Kalea fokus menulisnya membuat Bryan sesekali melirik ke arah Kalea.

Mungkin memiliki personal asisstant seperti Kalea bukan hal yang buruk, Kalea tak seperti wanita yang lain yang terang-terangan menggodanya.

Bryan mungkin tak tau jika Kalea sendiri adalah fans garis keras Bryan nomor satu, hanya saja Kalea mampu menutupinya serapat mungkin.

Meeting dengan klien hanya dua jam, Bryan mengakhiri semuanya tanpa makan sekalipun Kalea hanya bisa mengekori Bryan dari belakang meskipun perutnya sudah keroncongan sekali.

"Kita makan disana?" tunjuk Bryan ke salah satu resto di mall tersebut.

Kalea menganggukan kepalanya, ia kemudian masuk bersama Bryan untuk sekedar mengisi perutnya terlebih dahulu sebelum kembali ke kantor.

Selama makan Bryan tak bersuara sama sekali, lelaki itu makan smabil fokus ke layar ponselnya pun dengan Kalea sendiri.

Suasana seperti ini sangat canggung luar biasa, Kalea tak tau harus berbicara apa atau mengajak ngobrol apa. Maka lebih baik Kalea menutu mulutnya rapat-rapat.

Kalea telah selesai makan, pun dengan Bryan maka dengan cepat Kalea segera menuju kasir untuk membayar bill.

Pukul tiga sore Kalea dan Bryan tiba di kantor, Bryan langsung masuk ke ruangan dan meminta Kalea untuk jangan dulu masuk ke ruangannya.

Tentu saja Kalea sangat penasaran luar biasa, ada apa dengan Bryan sampai-sampai ia harus sendirian di dalam ruangan.

Mau semedi atau bertapa? Yang jelas Kalea hanya bisa menebak-nebak saja, "Yang jadi fans Bryan garis keras," ledek Fay.

Kalea hanya mendelikan matanya, kini ia duduk di kubikel Fay sengaja ingin bergosip sebentar sambil menunggu Bryan memanggilnya.

"Fay.."

"Hmmm.."

"Gue penasaran banget sama Bryan,"

"Nggak aneh, lo emang penasaran terus sama doi,"

Kalea berdecak kesal, ucapan Fay memang sangat sarkas tapi setidaknya ia harus mendengarkan penjelasan Kalea terlebih dulu.

"Dia kok nggak keliatan deket sama cewek mana pun gitu, di rumahnya juga nggak ada tanda-tanda ada cewek yang suka mampir," ujar Kalea.

Fay yang sedang mengetikan proposal untuk pengajuan dana pun langsung melirik ke arah Kalea sebentar, "Bukannya lomalah seneng ya, kan lo nggak punya tambahan saingan," lagi-lagi Fay berkata sarkas.

Kalea langsung mendelikan matanya kesal, "Lo tuh ya, ngomongnya baik-baik kek sama gue. Sewot mulu kalau gue curhat soal Bryan," protes Kalea kesal.

Fay melirik kembali, mungkin karena Fay sama sekali tak tertarik kepada Bryan jadi dia asal bicara.

Kini Fay merasa tak enak sendiri karena sudah berkata seperti itu, "Tadi lo makan siang sama doi, kan?" Fay memiringkan tubuhnya.

Wajah Kalea langsung berseri-seri, senyum wanita itu sampai merekah mengembang seperti adonan donat yang siap di goreng.

"Iya, tapi dia diem mulu gue jadi bingung mesti ngapain,"

Fay menganggukan kepalanya, "Tenang, jalan lo masih panjang lo juga punya kesempatan lebih dekat lagi, lo sama Bryan itu udah kayak kertas sama pulpen nggak bisa jauh," ujar Fay.

"Ya tuhan, coba kalo omongan lo gini tiap hari gue kan makin betah curhat sama lo,"

"Ck! Emang di kasih hati minta jantung,"

Kalea dan Fay tertawa geli kemudian, tak lama Bryan menghubungi Kalea menyuruhnya untuk masuk ke ruangan.

Dengan cepat Kalea langsung meninggalkan Fay di kubikelnya, Fay hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Kalea.

Kini ia kembali bekerja, sebelum nanti ia menemui Richard, sementara itu Kalea langsung mengetukan pintu dan masuk ke ruangan Bryan.

Wajah Bryan terlihat pucat pasi, Kalea langsung menghampiri Bryan seketika.

"Bry, are you oke?" tanya Kalea, panik bercampur khawatir menjadi satu.

"Hmmm," sahut Bryan.

"Tolong bawakan saya obat mual," sambungnya.

Kalea menganggukan kepalanya, lantas segera keluar ruangan Bryan dan menuju ruangan lain.

Di perusahaan memang ada klinik, dan ada dokter juga yang berjaga. Sejujurnya Kalea tadi ingin sekali menyarankan Bryan untuk ke dokter tetapi hal itu urung Kalea lakukan.

Maka Kalea dengan cepat meminta obat mual, tentu saja dokter bertanya untuk siapa. "Saya dok, tadi telat makan," kekeh Kalea.

Dokter hanya menggelengkan kepalanya, kemudian memberikan Kalea obat pereda mual dosis rendah.

Setelah itu Kalea kemudian berlari menuju ruangan Bryan, itu semua tak luput dari tatapan orang sekantor.

Peduli amat yang jelas Kalea harus segera memberikannya kepada Bryan, sesaat Kalea teringat dengan makanan yang Bryan santap tadi siang.

Apa jangan-jangan Bryan alergi dengan seafood karena menu lunch tadi siang memang menunya seafood.

Tanpa mendorong pintu terlebih dahulu Kalea langsung masuk, ia kemudian menyerahkan obat mual kepada Bryan dengan suara napas yang ngos-ngosan.

Bryan mengambil obat tersebut dan meminumnya, lelaki itu memejamkan matanya sejenak perlahan rasa mual di perutnya hilang.

"Thank you Kalea,"

"Okay, sekarang kamu baik-baik saja, Bry?"

Kalea hanya ingin memastikan saja, "Hmm," sahut Bryan.

Kalea menghembuskan napasnya lega, "Bry, sepertinya saya harus tau makanan apa yang membuat kamu alergi, saya takut kamu alergi seafood yang kamu makan tadi," terang Kaluna sambil membuka sebuah buku kecil.

"Nope, saya baik-baik saja Kalea, tadi saya hanya pusing dan mual saja," ucap Bryan.

Sebelumnya Bryan tak pernah menjelaskan seperti ini kepada orang lain, anehnya kepada Kalea yang baru dekat beberapa hari Bryan sudah membuka dirinya.

Meskipun hanya 0,5% dari 100% hidupnya.

"Oke, tapi lain kalau kamu sakit jangan sendirian, saya ada di samping kamu Bry,"

Bryan menatap Kalea sekilas, ada seulas senyuman yang terbit di wajah Bryan, jantung Kalea langsung berdegub kencang melihat senyuman Bryan yang seperti itu.

"Thank you," ujar Bryan singkat.

Kalea hanya menganggukan kepalanya, Bryan kembali bekerja pun dengan Kalea soal point point yang Kalea catat tadi ketika bertemu dengan Bryan pun telah Kalea serahkan.

Sekarang Bryan sedang membacanya, ia juga membaca projek yang diminta oleh klien tadi siang.

Bryan seperti sedang mempertimbangkannya, mungkin besok akan Bryan diskusikan dengan Richard bagaimana bagusnya dan seperti apa progres ke depannya, Kalea sendiri duduk sambil membuka semua email yang masuk ke dala ipadnya.

Jadwal Bryan padat sekali membuat Kalea bersemangat, mungkin di dunia ini hanya Kalea yang senang bekerja lama-lama tentu karena Kalea adalah fans garis keras Bryan.

***

Bersambung