Bryan meminta Kalea untuk mengosongkan jadwalnya satu hari Bryan juga bahkan tak masuk ke dalam kantor.
Kalea membawa setumpuk pekerjaan Bryan ke rumahnya ada Maria yang sedang membersihkan rumah.
"Bryan di kamarnya Lea," kata Maria.
Kalea menganggukan kepalanya ia lantas menuju kamar Bryan untuk segera memberikan pekerjaannya itu.
Dalam hati Kalea tak ada rasa jengkel sama sekali kepada Bryan meskipun laki-laki itu sangat merepotkan sekali.
Namun karena rasa suka Kalea kepada Bryan itu sangatlah besar jadi mau direpotkan seperti apa pun Kalea senang-senang saja.
Kalea mengetuk pintu kamar Bryan terlebih dahulu sebagai seorang PA ia memang bebas keluar masuk kamar Bryan, tentu saja itu adalah sebuah bonus yang harus Kalea syukuri.
Kalau bisa Kalea ingin sekali melihat tubuh shirtless Kalea kemudian menggelengkan kepalanya bisa-bisanya ia berpikir seperti itu.
Kamar Bryan sangat gelap sekali Kalea hanya bisa melihat selimut yang menutupi tubuh Bryan sampai ke kepala.
Karena penasaran yang tinggi Kalea langsung meletakan setumpuk dokumen itu di atas meja kemudian menghampiri Bryan yang sedang tertidur.
Anehnya jika memang Bryan sedang tertidur selimut yang ia kenakan tak seharusnya bergetar.
Kalea lantas menyibakan selimut Bryan ternyata Bryan sedang mengigil keningnya sangat panas sekali membuat Kalea nyaris berteriak.
"Bry, are you okey?" tanya Kalea panik.
Bryan hanya bisa menjawabnya dengan gumana saja, Kalea langsung saja mengambil ponselnya tapi di tahan oleh Bryan.
"Nggak perlu panggil Dokter," lirih Bryan.
Kalea mengerutkan keningnya tubuh Bryan sepanas ini tapi lelaki itu memilih untuk tak mau berobat.
Kalea tak habis pikir ia ingin marah akan tetapi Kalea tak bisa karena Bryan sedang sakit.
Kalea langsung saja keluar dari kamar sementara Bryan memilih untuk memejamkan kedua matanya kembali.
Rasa mual yang tak henti-hentinya menyerang Bryan membuatnya tak berdaya sayup-sayup Bryan mendengar suara langkah Kalea masuk dan menempelkan kain basah di keningnya.
Kalea langsung menemui Maria bertanya kepada wanita paruh baya itu. "Bryan sedang sakit tapi nggak mau berobat," tukasnya.
Maria hanya bisa tersenyum simpul. "Bryan memang sering seperti itu setiap bulannya, jadi jangan terlalu heran Kalea dia memang pasti menolak untuk di bawa ke dokter." Maria memberitau Kalea.
Tentu saja Kalea langsung terkejut mendengarnya pantas setiap satu bulan sekali Bryan sering tak masuk satu sampai dua hari.
Kalea pikir Bryan memiliki teman kencan tetapi pikirannya salah Bryan ternyata sering sakit seperti ini.
"Bryan terkena syndrome atau gimana Maria?" tanya Kalea penasaran.
Maria menggelengkan kepalanya, ia tak tau banyak tentang hal itu karena Bryan memang tak mau memanggil dokter.
Kalea hanya menganggukan kepalanya pelan paham bahwa ternyata banyak rahasia yang terjadi dalam hidup Bryan.
Kalea jadi ingin tau secara detail maka ia kembali memutuskan untuk ke kamar Bryan dan merawatnya.
"Saya boleh merawatnya, kan?"
"Silakan." Maria malah bersyukur jika ada orang yang merawat Bryan dengan tulus.
Sepertinya Kalea adalah wanita yang tulus dan bisa berada di sisi Bryan dengan waktu yang lama.
Kalea berkali-kali mengompres kening Bryan, tubuh yang panas itu perlahan membaik Kalea juga mengganti selimut Bryan yang tebal dengan selimut yang tipis.
Bibir Bryan tampak merah sekali mungkin karena panas di tubuhnya. "Bryan, bangun makan dulu," kata Kalea lembut.
Bryan mencoba untuk membuka matanya dan menatap Kalea yang sudah memegangi nampan berisi bubur.
"Saya bisa sendiri," ucap Bryan parau.
"Kamu lagi sakit Bryan, biar saya saja yang menyuapi kamu." Kalea tak mau di bantah.
Bryan tak punya tenaga untuk marah atau pun kesal maka setiap suapan yang Kalea berikan hanya mampu Bryan telan.
Rasa mualnya telah hilang kini Bryan meminum obat dan kembali tertidur, sementara Kalea lebih memilih untuk membuka dokumen dan menelitinya satu persatu memermudah Bryan untuk bekerja nanti.
Sesekali Kalea melirik ke arah Bryan yang sedang tertidur pulas, Kalea tersenyum senang karena bisa berdekatan dengan orang yang Kalea kagumi selama ini.
Ternyata Bryan sangat manis sekali jika sedang sakit biasanya Bryan akan berwajah garang dan menatap dengan tatapan elang yang sangat tajam tapi melihat Bryan yang lemah tak berdaya seperti tadi Kalea menjadi iba.
Pukul sebelas malam Bryan bangun dengan tubuh yang segar biasanya ia akan demam dua hari tapi karena Kalea merawatnya tubuh Bryan sehat lebih cepat.
Bryan memijit pelipisnya, ia harus merasakan bayangan menakutkan itu setiap bulannya setiap melihat tanggal pasti kejadian itu yang mengerikan itu selalu membayanginya.
Bryan kemudian menatap sekeliling kamarnya yang tampak kosong pikir Bryan, Kalea sudah pulang padahal Bryan sudah meminta Kalea untuk tinggal bersama.
Bryan menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya setelah itu ia akan tenggelam dengan pekerjaannya.
Setelah mandi dan memakai baju Bryan lelaki itu keluar dari kamarnya, kedua mata Bryan sedikit terkejut karena Kalea sedang memisahkan beberapa dokumen yang akan di periksanya.
"Saya pikir kamu pulang," tukas Bryan.
Suaranya terdengar sedikit dingin tetapi tak sedingin di kantor kemarin, Kalea hanya tersenyum kecil saja.
"Pekerjaan kamu banya Bryan saya nggak mungkin pulang, lagi pula selama kontrak saya belum habis saya akan tetap tinggal di sini," sahut Kalea.
Bryan menganggukan kepalanya kemudian keluar untuk membuat kopi, Bryan membuat dua gelas kopi karena ia harus bergadang malam ini dan sepertinya Bryan besok akan kembali ke kantor untuk bekerja.
Kalea kembali berkutat dengan pekerjaannya tak lama kemudian Bryan datang membawa dua gelas kopi.
"Ini untuk saya?"
"Minum saja."
Di dalam hati Kalea ada ribuan kembang api yang meletup-letup ketika Bryan membuatkannya secangkir kopi.
Ini bukan mimpi, kan? Kalea ingin sekali berjingkrak jingkrak tapi Kalea tahan sebisa mungkin.
"Jangan norak Kalea," gumannya dalam hati.
Bryan mulai bekerja dan fokus sesekali Bryan meminta Kalea untuk mengoreksi ulang beberapa dokumen yang harus ia tanda tangani.
Bekerja di bawah Bryan harus cekatan untungnya Kalea tak kesusahan melakukan hal seperti itu.
Tapi Kalea bukan robot seperti Bryan bahkan lelaki itu sempat tertidur pulas sementara Kalea.
Beberapa kali Kalea harus menahan ngantuknya bahkan untuk menguapkan pun Kalea harus memalingkan wajahnya.
"Kamu bisa istirahat Kalea," titah Bryan.
Kalea menganggukan kepalanya lantas membereskan dulu satu dokumen agar besok Kalea tak kesulitan setelah itu Kalea pamit untuk beristirahat dan Bryan mengijinkannya.
Bryan melakukan hal seperti itu karena Kalea juga mau membantunya, Bryan sedikit takut jika Kalea mengetahui sebuah rahasinya apakah Kalea akan tetap berada di sampingnya dan mau bekerja dengannya? Tiba-tiba saja hal seperti itu terlintas di kepalanya.
Bryan kemudian menggelengkan kepalanya sejenak dan kembali berkutat dengan pekerjaannya.
***
Bersambung