Meeting maraton berjalan cukup panjang sekali Richard dan Bryan sepertinya tidak setuju dengan ada proyek di Matahan.
Bryan dan Richard tentu punya alasan tertentu membuat seluruh staff terasa sangat pening.
Mereka seperti dijejali banyak hal di dalam kepalanya, Gustav dan Kalea hanya bisa melirik satu sama lain pinggangnya sudah pegal sekali karena sudah tiga jam duduk sementara tanda-tanda meeting belum terlihat ada ujungnya.
Bryan mengetuk-ngetukan jarinya ke atas meja sambil menatap Richard pun sebaliknya dengan Richard sendiri.
Tak ada yang mau mengalah, yang satu ingin mengajukan yang satu ingin menolaknya.
"Kita harus liat dulu hasil dari labanya," kata Bryan kemudian.
"Ini sudah jelas Bry dan kita tinggal siapin konsultannya," sahut Richard.
Bryan menggelengkan kepalanya sementara semua staff hanya bisa terdiam. "Kita harus lakukan voting besok."
Bryan kemudian bangun disusul oleh Kalea. "Ini menyangkut dana yang tidak sedikit Rich dan kerugian yang dialami pun akan sangat besar jadi lebih baik kita adakan meeting lagi besok siang."
Bryan tak mau dibantah lantas ia segera meninggalkan ruangan meeting tersebut, para staff menghela napasnya mereka harus mulai berhitung kembali jika seperti ini.
Sebenarnya staff yang hadir untuk meeting maraton itu setuju dengan pendapat Bryan akan tetapi Richard selalu ngotot.
Kini di ruangan meeting tersebut tersisa Gustav dan Richard. "Sepertinya kita harus tinjau lokasi itu lagi buat ngeyakinin Bryan," kata Richard.
Sebagai PA Richard tentu saja Gustav menganggukan kepalanya padahal ia sudah bulak balik untuk mensurvei lokasi bahkan mencatatnya secara detail.
Hal seperti ini memang tak aneh lagi bagi Gustav, Richard dan Bryan akan selalu berbeda pendapat untuk suatu pekerjaan.
Wajar saja jika hal itu terjadi karena mereka ingin yang terbaik untuk Sunrise Corp.
***
Bryan langsung menuju ruangannya kemudian membuka laptop miliknya dan fokus bekerja, hari sudah menunjukan pukul delapan malam Kalea masih berkutat dengan beberapa email yang masuk.
"Masih ada meeting satu kali lagi Bry sama investor," kata Kalea.
Bryan mengangkat kepalanya kemudian membenarkan letak kacamatanya terlebih dahulu.
"Sekarang?"
"Iya."
Bryan kemudian segera menutup laptop miliknya Kalea yang melihat dasi Bryan sudah tak rapih pun langsung membuka suaranya.
"Bry, dasi kamu saya benerin dulu."
Bryan mengangguk Kalea kemudian menghampiri Bryan untuk merapihkan dasinya itu, tubuh Kalea dan Bryan berbeda jauh sehingga Kalea harus berjinjit untuk menyamakannya.
Padahal Kalea sudah memakai stilleto 7 cm tapi tetap saja tingginya tak sejajar, sekilas Bryan melihat wajah kalea yang begitu dekat dengannya jika dipikir-pikir Kalea sangat cantik juga hidungnya yang mancung bulu matanya yang lentik dan bibirnya yang tipis membuat Bryan ingin melumatnya.
Setelah dasinya rapih Kalea kemudian memundurkan tubuhnya tangannya mengusap dada Bryan dengan lembut agar kemejanya terlihat tak kusut.
Tentu saja Bryan sedikit terkejut selama ini tak ada yang berani menyentuhnya, Bryan selalu menjaga jarak dengan PA yang bekerja dengannya dan baru Kalea saja yang membetulkan dasinya itu.
"Sekarang udah rapih, ayo berangkat?" ajak Kalea.
"Hmm," sahut Bryan karena tadi ia sempat gugup.
Kalea cukup profesional dalam bekerja Bryan tak pernah melihat Kalea menatapnya atau memandangnya dengan tatapan menggoda.
Jika Bryan sedang sibuk maka Kalea juga akan sibuk, sudut bibir Bryan tertarik ke atas mendadak ia semakin menyukai Kalea.
Kepalanya menggeleng sebentar memikirkan apa yang barusan terlintas di kepalanya.
"Menyukai," guman Bryan dalam hati.
Sejak kapan ia mulai menyukai lawan jenisnya? Bryan memang normal sangat normal tetapi karena traumanya di masa lalu ia merasa selalu ketakutan sampai harus ditangani oleh Dokter Rizal.
"Kalea, nnati setelah meeting bisa ke rumah saya sebentar?"
"Bisa," sahut Kalea tanpa berpikir panjang.
Mungkin Bryan tak tau jika Kalea adalah fans beratnya Kalea memang bisa menyembunyikan rasa sukanya karena masalah pekerjaan.
Bryan tersenyum. "Thanks Kalea," ucapnya tulus.
"Sama-sama Bry," sahut Kalea membalas senyuman Bryan dengan senyuman termanisnya.
Melihat Bryan dan Kalea yang sangat dekat seperti itu membuat para staff merasa aneh bahkan gosip mulai bermunculan jika Bryan dan Kalea memiliki hubungan khusus.
Nama Bryan kembali masuk ke dalam gosip hangat yang selalu dibicarakan seluruh departemen.
Bryan adalah lelaki playboy yang akan bergonta-ganti PA kemudian mencampakannya seperti tissue yang sudah ia buang di tong sampah.
"Kayaknya saya bakalan di gosipin lagi," ujar Bryan tiba-tiba.
"Hah! Gosip apaan tuh?" tanya Kalea balik.
Bryan mengedikan kedua bahunya. "Nanti juga kamu dengar sendiri," tukasnya.
Kalea hanya menganggukan kepalanya saat ini ia sedang berada di dalam mobil dan Bryan serta Kalea duduk di belakang.
Bryan memakai jasa sopir kali ini sementara Kalea sibuk membuka ipadnya untuk melihat apakah meeting dengan investornya kali ini akan memakan waktu yang lama atau tidak.
Bryan melirik Kalea dengan sudut matanya, kenapa Bryan sering membandingkan Kalea dengan PA sebelumnya yang lebih banyak berbicara ketika sedang berdua dengannya.
Sementara Kalea malah sibuk dengan pekerjaan harus Bryan akui ia menyukai Kalea dan tak akan melepaskannya begitu saja.
Tangan Bryan kemudian menyentuh dasi yang dirapihkan oleh Kalea tadi seketika sudut bibir Bryan kembali tertarik.
Hari ini ia lebih banyak tersenyum sampai-sampai Bryan lupa dengan rasa lelah dan trauma yang selalu merongrongnya.
Tiba di salah satu restaurant Bryan dan Kalea turun, mereka sengaja bertemu di restaurant Italia.
Menu makanan di tempat itu cukup enak dan cocok di lidah Bryan sementara Kalea menyukai apapun karena kebetulan Kalea bukan tipe yang suka pilih-pilih makanan.
Cyntia dan Nicko sudah datang lebih dulu Kalea cukup kaget dengan investor yang meeting dengannya kali ini.
Cyntia sangat cantik sekali dari atas hingga bawah ia memakai pakaian branded tentu saja karena ia seorang investor.
Bryan langsung menghampiri Cyntia dan melakukan pelukan sejenak dada Kalea bergemuruh hebat.
"Sial, kenapa harus cemburu," guman Kalea dalam hati.
Dan kenapa pula Bryan dan Cyntia harus saling berpelukan seperti itu, membuat Kalea ingin menendang kursi di hadapannya.
Nicko kemudian mengulurkan tangannya kepada Kalea sambil tersenyum Kalea langsung menjabat uluran tangan Nicko tersebut.
"Kita mulai saja meetingnya," kata Bryan.
"Nggak pesen makanan dulu gitu, biar makin santai," tawar Cyntia.
Bryan kemudian menggelengkan kepalanya. "Saya nggak bisa berlama-lama."
Dalam hati Kalea merasa senang ternyata Bryan menolak tawaran Cyntia.
Sambil tersenyum Cyntia menganggukan kepalanya baik Kalea dan Nicko langsung saja mengeluarkan ipadnya masing-masing dan menujukan kepada Bryan serta Cyntia.
Kalea mulai mencatat beberapa point yang Cyntia sampaikan Bryan hanya terdiam sorot matanya terlihat dingin.
Namun semua hal yang Bryan tunjukan itu sangat mempesona membuat siapapun pasti menyukai lelaki itu dan termasuk Cyntia yang menganggumi wajah tampan Bryan Scott.
***
Bersambung