Cyntia mencoba untuk menahan kepergian Bryan tak menyangka jika Bryan akan berlaku seperti itu.
"Bry, aku tau ini mungkin mengejutkan untukmu," kata Cyntia.
Bryan menghela napasnya kemudian menatap Cyntia lekat-lekat. "Kalau menyukai saja lupakan, karena hidup saya bukan untuk berpacaran dengan siapapun masih banyak lelaki yang bisa menyukai kamu karena sampai kapan pun saya tidak bisa membuat sebuah hubungan."
Cyntia tersenyum sambil menatap ke arah Bryan meskipun ucapan lelaki itu terkesan sangat menyakitkan tapi Cyntia mencoba untuk tak memasukannya ke dalam hati.
"Kita bisa mulai tanpa hubungan Bry, anggap saja kamu membutuhkanku."
Bryan terdiam hal seperti itu memang sama sekali tak pernah terlintas dalam kepalanya selama ini Bryan hanya fokus dengan pekerjaan dan traumanya.
"Maaf, tapi saya tak bisa jadi jangan membuang waktu saya lagi untuk hal-hal yang tak penting," ucap Bryan kemudian bangun dari duduknya.
Cyntia langsung menahan tangan Bryan kemudian menatap Bryan dengan lembut.
"Kamu bisa mencobanya sekali saja Bry."
Bryan kira di dunia ini semua wanita bisa paham dengan penolakannya tapi dari sekian banyak yang wanita hanya Kalea yang mengerti akan dirinya.
Kalea seolah paham jika dengan hati Bryan sementara yang lainnya hanya bisa memaksa dan Bryan tak suka akan hal itu.
"Sekali saya bilang tidak tetap tidak Cyn, jaga batasan kamu sebagai rekan bisnis saya." Bryan menekan setiap katanya agar Cyntia paham.
Lantas sedetik kemudian Bryan pergi meninggalkan Cyntia seorang diri yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Setelah kepergian Bryan, Cyntia menghubungi Nicko memintanya untuk datang ke sebuah caffe.
Hanya butuh 20 menit bagi Nicko untuk datang ke caffe tersebut. "Why?" tanya Nicko sambil menarik salah satu kursi.
Nicko bahkan meminum kopi yang Cyntia pesankan untuk Bryan. "Di tolak," ujar Cyntia lirih.
Nicko terdiam kemudian menghela napasnya cukup kasar, Bryan memang bukan laki-laki yang mudah untuk di dekati kecuali Bryan yang menginginkannya.
"Bryan?" meskipun telah tau tapi Nicko hanya bisa menyebutkan nama itu.
"Iya, dia nolak penyataan cintaku bahkan belum sampe selesai dia udah nolak duluan," tukas Cyntia.
Nicko terkekeh mendengarnya melihat Cyntia yang seperti patah hati namun wajahnya terlihat biasa saja membuat Nicko tak perlu khawatir.
"Masih banyak laki-laki di luar sana Cyn," ujar Nicko.
"Memang, tapi aku mau Bryan. Dia lelaki yang mahal bahkan ketika melihat wanita sexy saja dia tak menoleh susah buat dapetin laki-laki mahal kayak gitu," seru Cyntia.
Nicko langsung mendengus sebal. "Dengar, aku juga termasuk laki-laki yang mahal. Mataku tak pernah jelalatan melihat wanita cantik."
Cyntia langsung tertawa mendengar penuturan Nicko apakah asistennya itu lupa jika ia sering keluar masuk club hanya untuk menyalurkan libidonya.
"Kamu perlu kaca sebesar apa, Nick?"
"Aku memang laki-laki baik."
"Begitu, jadi siapa yang setiap hari keluar masuk club buat menyalurkan kebutuhan biologisnya?"
Nicko langsung tertawa kencang mendengar ucapan Cyntia yang sangat tepat sekali itu.
"Itu cuman sekedar main-main kali," ujar Nicko beralasan.
Cyntia kembali terdiam ia masih memikirkan Bryan yang menolaknya, lelaki seperti Bryan memang sulit sekali di dapatkan.
***
Bryan pulang ketika jam makan siang telah usai Kalea sepertinya baru makan siang bersama Fay dan Gustav.
Raut wajah Bryan terlihat sangat dingin ketika berpapasan dengan Kalea membuat Fay dan Gustav penasaran dengan apa yang terjadi.
"Kenapa Bryan?" bisik Fay.
Kalea menggelengkan kepalanya. "Aku juga nggak tau."
"Jangan-jangan Bryan sedang ada masalah, kamu hati-hati Kalea menurut gosip Bryan suka--," ucapan Gustav terhenti karena Fay menyikutnya.
"Kenapa kamu jadi nakut-nakutin Kalea!" sentak Fay kepada Gustav lelaki itu hanya meringis sementara Kalea langsung berpamitan kepada dua temannya itu.
"Fay, Tav. Aku duluan ya," ujarnya sambil pergi berlalu.
Fay hanya menganggukan kepalanya sementara Gustav masih meringis karena tadi Fay menyikutnya di bagian perut membuatnya sedikit sakit.
Kalea masuk ke dalam ruangan Bryan laki-laki itu terlihat memijit pelipisnya. "Bry? Are you oke?"
Bryan langsung menatap Kalea kemudian terkekeh. "Kamu udah makan?" tanyanya balik.
Kalea mengerutkan keningnya melihat Bryan yang bersikap aneh hari ini melihat wajah dinginnya yang tadi masuk dan sekarang tersenyum membuat bulu kuduk Kalea meremang.
"Udah, aku baru selesai kamu udah makan?"
Bryan menggelengkan kepalanya. "Barusan kamu dari luar, kan? Kenapa nggak makan sekalian?"
Tak jawaban laki-laki itu hanya menghela napasnya berkali-kali. "Kalea, saya mau tanya?" ujarnya lirih.
"Mau tanya apa?" Kalea kini duduk di kursi yang berada di hadapan Bryan.
Keduanya saling menatap satu sama lain tangan Bryan langsung bertumpu di atas meja dan menatap Kalea dengan dalam.
"Apa saya memang laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan? Apa saya terlihat seperti lelaki yang suka mempermainkan wanita?" tanyanya.
Kalea mengerutkan keningnya terlebih dulu kemudian menggelengkan kepalanya. "Nggak tuh yang saya lihat kamu biasa saja."
Bryan langsung menatap Kalea lagi. "Cyntia menyukai saya dan saya menolaknya mentah-mentah, tapi Cyntia menawarkan hal lain untuk sebuah hubungan meskipun tanpa status," papar Bryan.
Mata Kalea membulat sempurna mendengarnya, Cyntia menghubungi Bryan karena hal itu.
"Jadi Cyntia ngehubungi kamu buat itu?"
Bryan menganggukan kepalanya. "Kepala saya sampai pusing," tukasnya.
Kalea masih terdiam cukup syok mendengar cerita Bryan soal Cyntia selama ini Kalea hanya bisa memandang Bryan dan menganguminya tapi seorang Cyntia tiba-tiba mengutarakan rasa sukanya kepada laki-laki idaman Kalea itu.
"Kamu jawab apa, Bry?" tanpa sadar Kalea mengatakan hal itu.
"Saya menolaknya," sahut Bryan.
Dalam hatinya Kalea merasa lega luar biasa ternyata Bryan menolak Cyntia jika saja Bryan menerima Cyntia mungkin Kalea adalah orang yang akan patah hati dari siapapun.
Melihat lelaki idamannya bersama dengan Cyntia tapi Kalea juga semakin sadar diri, jika Cyntia saja di tolak oleh Bryan bagaimana dengannya? Kalea hanya wanita biasa saja bahkan tampilannya tak pernah memakai barang-barang branded seperti Cyntia.
"Loh, kok diam?"
"Nggak, kamu kenapa menolak Cyntia padahal dia cantik Bry?"
"Saya nggak mau pacaran dengan siapapun Kalea hidup saya sudah pusing dengan pekerjaan dan saya juga ada sesuatu yang harus saya urus," ucap Bryan.
Kata-kata terakhir Bryan cukup membuat Kalea penasaran ada hal yang di urus oleh Bryan katanya.
Apakah itu? Apakah soal wanita atau soal masa depannya Bryan sepertinya mempunya tipe wanita idamannya sendiri sekelas Cyntia saja bukan tipenya bagaimana dengan Kalea yang hanya butiran debu.
"Kalea, kenapa kamu malah bengong?"
"Astaga! Maaf," sahut Kalea.
Bryan hanya menggelengkan kepalanya tanpa sadar kekesalan Bryan tadi sudah pergi menguap begitu saja padahal hanya sekedar berbincang dengan Kalea seperti itu.
Bryan kembali bekerja pun dengan Kalea yang kembali melihat ipadnya memeriksa jadwal Bryan selanjutnya.
***
Bersambung