Chereads / Lelaki Idaman. / Chapter 19 - Satu Kasur Bersama

Chapter 19 - Satu Kasur Bersama

Karena hari juga sudah malam dan Kalea serta Bryan sudah tak mempunyai tenaga satu sama lain untuk keluar mencari Hotel.

Keduanya memutuskan untuk tidur di kasur yang sama, ukuran kasur itu big size jadi cukup untuk dua orang bahkan lebih.

Ada dua guling yang bisa Kalea gunakan sebagai pembatas sementara Bryan menyerahkan semuanya kepada Kalea.

"Udah bisa tidur?" tanya Bryan.

"Hmm, kamu di sana aku di sini Bry," ujar Kalea.

Bryan langsung merebahkan tubuhnya tangannya segera mematikan lampu. "Good night Kalea," ucapnya.

"Night to," balas Kalea sambil tersenyum.

Keduanya memejamkan matanya dan tak lama kemudian suara dengkuran halus terdengar baik Kalea dan Bryan sudah menuju alam mimpinya masing-masing.

Berbeda dengan Kalea dan Bryan yang tertidur di kasur yang sama Richard tengah berada di apartemen miliknya lelaki itu tak bisa tidur sama sekali.

Bahkan kini Richard memanggil Gustav ke apartemennya hanya untuk menemani minum alkohol.

"Astaga, aku pikir ada apa," ucap Gustav.

"Aku kesepian Gustav, kamu harus menemaniku."

Sebagai seorang PA Gustav hanya bisa pasrah saja meskipun bukan jam kerja tapi ketika Richard memanggilnya berati ia harus datang.

Meskipun dalam hati Gustav ia merutuki permintaan Richard yang tak masuk akal itu, ini tengah malam bahkan sebentar lagi akan dini hari belum lagi esok hari senin.

Richard mungkin enak tinggal datang dan mengerjakan semua yang sudah disiapkan oleh Gustav sementara Gustav sendiri harus memprepare segala sesuatunya.

Lama-lama Gustav bisa menggundurkan dirinya jika begini. Gustav juga perlu mencari jodoh karena orangtua Gustav sudah menginginkan cucu.

Richard menuangkan minumannya ke dalam gelas. "Harusnya kamu mencari wanita," kata Gustav.

"Tolong carikan, aku kesulitan mencari pasangan."

Enteng sekali mulut Richard apakah atasan Gustav itu tak sadar jika PA nya saja kesepian dan malah sibuk bekerja.

"Aku sibuk mengurusi pekerjaanmu Rich, waktumu luang sekali jadi untuk urusan itu kamu cari sendiri, percuma kamu tampan tapi kamu nggak laku."

Richard hampir saja tersedak minumannya kedua mata Richard melotot tajam. "Wah," dengusnya.

Tapi Richrad sendiri pun tak bisa marah kepada Gustav karena itu faktanya. "Kira-kira aku cocok nggak buat pacaran sama Kalea."

Gustav yang tengah menikmati minuman miliknya pun mengerutkan keningnya sebentar kemudian mengangguk.

"Cocok, lagipula Kalea kelihatannya belum punya pasangan. Tapi, Kalea pasti akan sulit untuk berkencan sekarang kau tau sendiri 'kan jika Bryan tak suka PA-nya memiliki kekasih menurutnya itu akan menganggu kinerja."

Richard terkekeh kemudian, Bryan memang terkenal penggila kerja dan ia memang tak suka jika ada yang mencampurkan pekerjaan dengan urusan pribadinya.

"Aku berati harus menggoda Kalea, ya?"

"Goda saja, kamu tampan Kalea pasti jatuh hati," ucap Gustav.

Richard terus tertawa kedua matanya tiba-tiba langsung melihat ponselnya dan langsung mengetikan sebuah pesan kepada Kalea.

"Gerak cepat," ejek Gustav.

"Aku nggak boleh menyia-nyiakan kesempatan sedikit pun," bela Richard.

"Terserah kau saja."

"Eh tapi, kau kenapa tak mendekati Fay saja dia juga cantik."

Gustav langsung mendengus sebal mana mungkin ia akan mendekati wanita gendut dan galak itu.

"Kau tau, dia seperti anjing galak bagiku."

Richard tertawa kencang mendengar Gustav yang mengatakan Fay adalah anjing galak.

"Dia cantik dan lucu body juga aduhai, lantas kau menyebutnya anjing galak," kata Richard sambil tertawa.

Gustav memang selalu lunch bersama Fay dan Kalea karena ia tau seperti apa sifat dua wanita itu Gustav paling anti untuk menggoda Fay.

Jika menggoda Kalea, Gustav masih mau dan tak menolak bahkan jika Kalea membutuhkan bantuannya lelaki itu akan langsung bergegas.

Sementara Fay, meskipun begitu tapi wanita itu sangat perfect sekali.

"Tapi menurutku kenapa bukan Fay saja yang dimutasi menjadi PA Bryan, mereka mungkin cocok karena sama-sama perfect, siapa tau saja bisa jadi couple goals di Sunrise Corp," ujar Gustav lelaki itu benar-benar terlihat serius sekali.

Tawa Richard kembali pecah mendengarnya, Gustav memang cocok untuk menemani malamnya yang tengah kesepian ini.

Leluconnya sangat menghibur Richard dan bahkan sekarang waktu tak terasa cepat berlalu.

Karena Gustav dan Richarad meminum banyak alkohol keduanya pun berbicara tak karuan.

Mereka sudah mabuk rupanya, Richard bangun dan berjalan langkahnya terlihat sempoyongan.

Gustav kemudian terkekeh dan bangun dari duduknya kemudian memapah Richard dan membawa lelaki itu ke tempat tidur.

Karena mabuk Richard memeluk Gustav dan merengek untuk tak pulang. "Kau harus menemaniku tidur," kata Richard.

"Aku besok harus bekerja," sahut Gustav.

"Kau bisa berangkat dari apartemenku, kan?" Richard terlihat seperti anak kecil yang tak mau ditinggal oleh ibunya.

"Baiklah kalau begitu, kita tidur bersama-sama," ucap Gustav.

Richard bahkan memeluk Gustav dengan erat ia benar-benar tak mau jika Gustav pergi.

Entah apa yang akan terjadi besok pagi ketika keduanya sadar dan bangun dari tidurnya.

Keesokan paginya, alarm sudah berbunyi berkali-kali Richard malah terus menyembunyikan wajahnya di ketiak Gustav.

Sementara Gustav mencoba untuk terbangun meskipun kepalanya terasa sangat sakit sekali.

Setelah beberapa saat kemudian Gustav mulai terbangun dan ia merasakan ketiaknya terasa geli karena ada hembusan.

Mata Gustav langsung membelalak sempurna melihat Richard yang mendusel-dusel seperti itu.

"Oh god!" pekiknya.

Reflek Gustav langsung mendorong kepala Richard dengan kencang membuat lelaki itu langsung mengerang kesal.

"Semalam kau tidur di ketiakku!" teriak Gustav mimik wajahnya seperti perawan yang dinodai oleh Richard.

Karena belum sadar sepenuhnya Richard mengusap kepalanya terlebih dahulu lantas ia menatap Gustav yang tengah menyilangkan tangannya di dada.

Seperti tengah melindungi asetnya yang berharga. "Kau menjijikan sekali Gustav, kau laki-laki bukan perempuan," dengus Richard.

Melihat Richard yang santai seperti itu membuat mata Gustav membulat sempurna. "Hey, semalam kau tidur sekasur denganku bahkan kau memelukku!" teriak Gustav.

Richard tak peduli ia langsung bangun dan masuk ke kamar mandi. "Kamu jangan kaget begitu karena aku suka laki-laki yang menemani tidurku."

Gustav langsung bergidik ngeri. "Sialan, jadi kau selama ini suka dengan laki-laki?"

Richard tak menjawab di dalam kamar mandi lelaki itu langsung mengguyur tubuhnya dengan air.

Sebenarnya Richard pun merasa sangat jijik karena sudah memeluk Gustav semalaman, karena pengaruh alkohol membuatnya seperti itu.

Richard menggosokan tubuhnya dengan sabun hingga kulit putihnya lecet, membayangkan bagaimana dirinya yang memeluk Gustav membuat kepalanya berdenyut sakit.

"Sialan!" umpatnya dalam hati.

Dalam hatinya Richard berjanji ia tak akan mau lagi minum ditemani Gustav mungkin jika Richard mengajak Gustav minum bersama lagi akan ada hal yang lebih parah dari ini.

Bisa saja mereka berciuman saling menyentuh satu sama lain atau kemungkinan besarnya mereka akan melakukan kiss.

"Oh god!" Richard langsung frustasi.

Lelaki itu langsung memukul tembok membayangkan hal seperti itu, kenapa pula bayangan negatif jadi bermunculan.

Apakah efek alkohol yang ia minum itu memang sangat parah sekali, bisa-bisa Richard gila seketika.

Buru-buru Richard membersihkan tubuhnya ia harus mengomeli Gustav karena semalam ia yang membantunya masuk ke dalam kamar.

Tbc