Satu minggu bekerja dengan Bryan seperti berada di neraka, Tya pulang dengan wajah yang pucat serta wajahnya yang menghitam.
Nicko dan Kalea yang menjemputnya di Bandara pun terkejut melihat wajah Cyntia yang seperti itu.
Sementara Bryan terlihat biasa saja, laki-laki itu malah semakin tampan karena janggutnya terlihat tebal.
Kalea tersenyum manis menjemput kepulangan Bryan, melihat kembali Bryan seperti kehidupan Kalea berwarna kembali.
"Hai," sapa Bryan.
"Hai Bryan," balas Kalea.
Nicko melambaikan tangannya lebih dulu sambil menarik koper milik Tya, tak ada satu patah kata pun yang keluar dari mulut Tya.
Maka Nicko berinisiatif untuk berpamitan meskipun hanya melalui bahasa tubuh. "Kamu ada masalah sama Tya, Bryan?" Kalea penasaran sekali.
Pasalnya yang Kalea tau Tya tak seperti itu sementara Bryan hanya mengedikan bahunya acuh.
"Aku tak tau Kalea," sahut Bryan.
Kalea hanya bisa menghela napasnya, Bryan lebih dulu melangkah kan kakinya dan menarik koper.
Sementara Kalea langsung menyusul lelaki itu. "Mobilnya ada di pojok Bryan."
Langkah kaki Bryan kemudian berbelok Kalea yang menggunakan heels pun harus tertinggal beberapa langkah.
Mendengar suara langkah kaki Kalea yang agak jauh Bryan langsung memelan kan langkahnya agar tak membuat Kalea kesusahan.
"Aku kayak ngejar maling," gerutu Kalea.
Bryan terkekeh kemudian membalikan tubuhnya. "Aku ingin mandi Kalea," balasnya.
"Kamu nggak mandi emang?"
"Mandi, perjalanan di pesawat cukup lama dan ada transit juga wajar aja kalau aku gerah."
Kalea menarik napas panjang, hanya dirinya dan tuhan yang tau seperti apa sifat Bryan.
Awalnya Kalea juga kaget dengan Bryan yang manja tetapi lama kelamaan Kalea terbiasa, hanya saja jika Bryan sudah mengatakan dan berjanji jika dirinya akan teguh pada satu pendirian lelaki itu tak akan pernah mengingkarinya.
Seperti sebuah hubungan yang memang tak akan pernah ada. "Ayo pulang?" ajak Bryan.
Kalea langsung mengambil alih kemudi tetapi Bryan lebih dulu menahannya. "Aku aja," ucapnya.
Kunci mobil pun Kalea berikan kepada Bryan, Kalea tak bertanya apakah Bryan tak merasa lelah karena baru saja melakukan penerbangan yang lama.
Karena semua itu akan percuma, Bryan tak akan mempunyai rasa lelah cara bekerjanya pun sangat tak normal.
"Kamu udah makan siang?" Kalea langsung menggelengkan kepalanya ketika Bryan menanyakan soal isi perut.
Tadi setelah meeting marathon Kalea langsung bergegas menjemput Bryan yang sudah landing.
Jadi jam makan siang pun ia lewatkan begitu saja, padahal Gustav dan Fay mengajak Kalea untuk makan sushi siang ini.
Membayangkan sushi dan segelas ocha yang dingin membuat Kalea jadi lapar. Bryan langsung membelokan mobilnya ke salah satu restoran Jepang.
"Lho, kok malah ke sini bukannya kamu udah gerah ya mau mandi?"
Bryan melirik ke arah Kalea sejenak kemudian menghentikan mobilnya. "Kamu lapar Kalea, aku nggak bakalan mungkin biarin kamu kelaparan," ucapnya.
"Aku nggak laper-laper banget kok Bryan," sahut Kalea.
Bryan hanya menarik senyum tipisnya saja, merelakan tubuhnya yang sudah lengket demi makan siang Kalea tak masalah bagi Bryan.
Mungkin jika ada orang lain yang meminta hal ini Bryan tak akan sudi melakukannya. Kalea dan Bryan masuk ke restoran Jepang, sushi yang Kalea tadi bayangkan pun Kalea ganti dengan shabu-shabu dan beberapa makanan lainnya.
Bryan menyerahkan semuanya kepada Kalea lelaki itu hanya menerima beres. Mungkin semua orang akan mengira jika Kalea dan Bryan itu adalah pasangan pengantin baru tetapi sayangnya semua asumsi orang-orang itu salah.
"Gimana kerjaan di sana?" tanya Kalea.
Rasanya tak nyaman jika tak ada pembicaraan. "Not bad," sahut Bryan.
"Kamu nggak kesulitan selama di sana, kan?"
Bryan menggelengkan kepalanya. "Kamu udah nyiapin vitamin, ada beberapa makanan instan juga yang kamu siapkan aku mana mungkin kesulitan Kalea."
Mendengar Bryan berkata seperti itu Kalea sangat lega sekali, setidaknya apa yang sudah Kalea siapkan itu tak sia-sia.
"Vitaminnya kamu habiskan selama seminggu, kan?"
"Iya," sahut Bryan.
"Baju yang kotor kamu letakan di tote bag yang aku siapkan?"
Bryan menganggukan kepalanya lagi. "Good job," puji Kalea.
Bryan tersenyum sambil mengunyah makanan miliknya, Kalea seperti seorang kekasih yang sangat perhatian kepadanya.
"Kalea," panggil Bryan tiba-tiba.
"Hmm-mh," sahut Kalea.
"Kalau aku jatuh cinta sam akamu gimana?" tanya Bryan kepada Kalea.
Kedua sorot mata Bryan menatap Kalea dengan sungguh-sungguh sementara mata Kalea yang bening itu terlihat bergerak menatap kedua mata Bryan mencari-cari apakah lelaki itu tengah berbohong kepadanya atau tidak.
"Aku serius Kalea, aku mungkin pernah mengatakan bahwa aku tak ingin ada hubungan dengan bawahanku sendiri. Tapi, aku rasa aku jatuh cinta saat pertama kali kamu datang. Mungkin aku lelaki yang konyol yang gila bekerja."
Bryan terdiam, lantas ia menyentuh tangan Kalea dan mengenggamnya. Ada getaran yang tak biasa yang Kalea rasakan ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Bryan yang besar dan hangat itu.
"Kamu mau, kan? Jadi pacar aku?" tanya Bryan.
Sesaat dunia terasa sangat berhenti jantung Kalea berdegub lebih kencang dari biasanya.
Mungkin ini adalah moment yang paling aneh dalam hidup Kalea ketika ia menyukai lelaki pujaannya dan lelaki itu mengatakan cinta di restoran Jepang.
Bahkan keduanya pun belum selesai menghabiskan makanan mereka, tetapi Bryan seperti tak memiliki waktu lagi jika harus menahan rasa cintanya.
Selama seminggu tanpa Kalea, Bryan baru sadar jika ada sebagian hidupnya yang terasa sunyi.
Maka Bryan ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan bertemu dengan Kalea. "Ah, maaf aku mungkin nggak romantis. Tapi aku nggak bisa menahannya lebih lama lagi."
Kalea tertawa geli. "Sejak kapan kamu suka sama aku?"
"Sejak pertama kali," sahut Bryan dengan cepat.
Kalea terdiam dan kembali menatap Bryan, kata lelaki itu sejak pertama kali melihatnya tetapi Kalea tak melihat tanda-tanda Bryan selalu menatapnya apakah karena Kalea terlalu sibuk bekerja?
"Kamu nggak usah mikirin bagaimana prosesnya, aku mau jawaban kamu. Apakah aku di terima atau di tolak?" tanya Bryan.
Kalea tersenyum, jantungnya kembali berdebar-debar moment ini memang selalu ia tunggu dan Kalea rasa itu adalah sebuah mimpi.
Namun, ternyata mimpi itu bisa jadi kenyatana seperti saat ini. Bryan mengatakan bahwa ia jatuh cinta kepadanya.
"Bryan, I love you to," cicit Kalea.
Suaranya sangat pelan sekali Bryan langsung menarik tubuh Kalea dan memeluknya dengan erat.
Untungnya ruangan ini vip dan tak ada yang bisa melihatnya satu orang pun, Kalea bisa mendengarkan detak jantung Bryan yang terdengar sangat lantang.
Laki-laki itu terlihat lega luar biasa karena Kalea tak menolaknya. "Bryan, jangan lama-lama ini di restoran loh," bisik Kalea.
Bryan tak peduli karena rasa rindunya sudah sangat membuncah sekali dan ia tak bisa menahannya lebih lama lagi.