Kalea sesekali mencubit lengannya sendiri, ia takut jika semua ini hanya lah mimpi dan khayalannya saja.
Bryan menyatakan cinta kepadanya, lelaki yang sebelumnya mengatakan bahwa ia tak suka dengan sebuah hubungan dengan bawahannya sendiri pun kini berbeda.
"Bukan mimpi," guman Kalea.
Setelah makan siang di restoran Jepang tadi, Kalea dan Bryan pulang ke rumah tentunya rumah Bryan karena laki-laki itu kelelahan.
Kalea meminta Bryan tertidur meskipun lelaki itu sempat menolaknya, setelah Kalea mengatakan bahwa ia tak mau lagi datang Kalea mengancam baru Bryan menuruti semua perkataannya.
Kini Kalea sedang berada di taman, ternyata rumah Bryan memiliki taman dan kolam ikan pantas saja Maria sering sekali berada di belakang rupanya wanita itu terlihat sedang memberi makan ikan dan merapihkan tanaman.
"Mau saya buatkan teh?" tawar Maria kepada Kalea yang sedang duduk sambil memejamkan kedua matanya.
Kalea membuka matanya sejenak kemudian tersenyum. "Boleh," ucapnya.
Maria pun tersenyum dan segera menuju dapur untuk membuatkan secangkir teh untuk Kalea.
Tak lama kemudian Maria datang membawa secangkir teh yang masih mengepul, cuaca memang sedang mendung dan gerimis rintik-rintik mulai turun membasahi taman.
Kalea tersenyum sejenak kemudian ia melirik ke arah Maria yang akan kembali bekerja.
"Maria," panggil Kalea.
Wanita itu kemudian menatap Kalea dengan senyuman ramahnya. "Ada yang perlu saya bantu lagi, Kalea?" tanyanya.
Kalea menggelengkan kepalanya. "Saya boleh nanya sama kamu, kan?" Maria mengerutkan keningnya sejenak.
"Tentang?"
"Bryan," kata Kalea.
Maria langsung tersenyum, semula wajahnya tampak bingung karena pertanyaan Kalea.
"Kamu udah berapa lama kerja sama Bryan?" tanya Kalea setelah Maria duduk di hadapannya.
"Sudah lama Kalea, mungkin lebih dari sepuluh tahun," sahut Maria.
Kalea mengigit bibir bawahnya, banyak hal yang membuat Kalea penasaran tentang Bryan.
Maria selalu menghindar ketika Kalea bertanya, apalagi ketika Kalea awal-awal masuk ke kediaman Bryan.
Maria hanya berkata seperlunya bahkan ketika Kalea tanya, tetapi Maria yang dulu dan sekarang sangat berbeda.
Mungkin karena Maria melihat Kalea sebagai wanita baik yang tak pernah membuat Bryan pusing dan selalu fokus dalam pekerjaannya.
"Saya sama Bryan pacaran," kata Kalea tiba-tiba.
Mungkin ini sebuah kenyataan konyol yang Kalea katakan kepada Maria, tetapi wanita paruh baya itu terlihat tersenyum bahkan ia menatap Kalea dengan tatapan lembut.
"Selamat," ucap Maria.
Wajah Kalea bersemu merah, kemudian Kalea menatap ke arah Maria. "Saya belum tau seperti apa sifat Bryan, selama ini saya dan Bryan hanya bekerja sebagai atasan dan bawahan. Tetapi, sekarang ada sebuah hubungan diantara kami. Mungkin saya butuh bantuan kamu Maria."
Wanita paruh baya itu tersenyum dan menatap Kalea lebih dalam. "Bryan orang baik, kamu hanya perlu memahaminya saja. Lambat laun kamu juga akan tau seperti apa sifat Bryan, kamu hanya perlu percaya kepadanya," kata Maria.
Kalea menganggukan kepalanya, meskipun Kalea sendiri juga masih bingung, apa yang Maria katakan itu seperti sebuah misteri.
"Aku percaya bahwa kamu adalah wanita yang baik Kalea, kamu adalah wanita yang pantas bersanding dengan Bryan."
Kalea hanya bisa tersenyum saja, padahal di dalam hati Kalea ia ingin tau lebih detail lagi soal Bryan.
Ternyata selama ia bekerja dengan Bryan tak menjamin bahwa Kalea akan tau segala hal tentang lelaki itu.
*
Bryan membuka kedua matanya ia melihat jam dinding ternyata ia telah menghabiskan tiga jam lamanya untuk tertidur.
Dengan cepat Bryan menyibakan selimutnya, laki-laki itu segera menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya setelah itu ia turun ke lantai satu.
Kedua mata Bryan mengedar ia mencari keberadaan Kalea saat ini. "Kalea ada di kamarnya Bryan," beritau Maria yang kebetulan melewatinya.
Bryan langsung bergegas menuju lantai dua kembali tanpa mengatakan apapun kepada Maria, sebagai orang yang sudah lama bekerja di kediaman Bryan. Maria hanya tersenyum kecil kemudian segera kembali ke dapur.
Bryan langsung mengetuk pintu kamar Kalea, tak ada yang menyahutinya tentu saja Bryan langsung panik dan mendorong pintu kamar Kalea hingga terbuka.
"Bryan!" Kalea langsung melotot kaget.
Bagaimana tidak, Kalea hanya memakai handuk yang melilit ditubuhnya ia baru saja selesai mandi.
Kalea tak mendengar ada ketukan pintu karena ia menyalakan musik, sementara itu Bryan langsung menatap Kalea.
Lelaki itu mematung melihat tubuh Kalea yang putih bersih, hanya ada handuk yang melilit tubuhnya.
Bryan menelan ludahnya kemudian langsung membuang mukanya dengan cepat. "Oh, sorry," kata Bryan.
Kalea yang kini sadar pun lansung saja mengambil bajunya dan kembali masuk ke dalam kamar mandi.
Sambil meringis Kalea hanya bisa menahan malunya, kenapa bisa ia lupa membawa pakaian ganti ke kamar mandi.
Kalea pikir Bryan masih tertidur pulas dan ia bisa santai, dan biasanya juga Bryan tak pernah masuk ke dalam kamarnya.
Sekarang berbeda semenjak Kalea dan Bryan resmi berpacaran lelaki itu keluar masuk kamar milik Kalea seenaknya.
"Kamu bisa ganti baju di kamar Kalea, aku yang akan keluar dari kamar," teriak Bryan.
Namun Kalea pura-pura tuli saja lantas ia segera memakai baju, Kalea yakin bahwa malunya itu tak akan pernah hilang.
Setelah tubuhnya terbalut celana dan kaus, Kalea langsung keluar dari kamar mandi dan sialnya Bryan malah duduk di pinggiran ranjang.
"Lho, kok malah di sini kenapa nggak keluar? Katanya tadi mau keluar?" tanya Kalea.
Bryan terkekeh, kemudian menepuk-nepuk pinggiran ranjang meminta Kalea untuk duduk di sebelahnya.
"Sekarang aku pacar kamu Kalea, ada hal yang bebas aku lakukan," ucap Bryan.
Kalea langsung menatap Bryan dengan kening yang berkerut. "Maksudnya?"
Bryan tersenyum lebih dulu. "Aku pikir tadi kamu kenapa-kenapa, makanya aku langsung masuk ke kamar, sorry," bisiknya lembut.
Sudut bibir Kalea tertarik, jantungnya berdegub kencang mendengar Bryan yang mengkhawatirnya.
Banyak hal yang berubah, Kalea bisa merasakan jika Bryan sangat berubah seratus delapan puluh derajat.
Dari cara Bryan berbicara cara Bryan menatapnya, Kalea dan Bryan hanya bisa menatap satu sama lain.
Kemudian keduanya tertawa pelan, rambut Kalea yang belum sempat disisir pun menarik perhatian Bryan.
Di mata lelaki itu Kalea sangat sexy sekali jika rambutnya sedang berantakan. "Mau aku bantu sisir rambut?" tawar Bryan.
Kalea terdiam sejenak, ini pertama kalinya ia mendengar ada laki-laki yang menawarkan diri untuk membantunya merapihkan rambut.
Tanpa pikir panjang Kalea langsung menganggukan kepalanya, lantas Bryan pun segera mengambil sisir dari meja.
Kalea langsung membalikan badannya membiarkan Bryan menyentuh rambutnya yang panjang.
Wangi dari aroma shampo tercium, Bryan menyukai wangi dari rambut Kalea itu.
"Wangi," bisik Bryan tepat di telinga Kalea membuat sekujur tubuh Kalea merinding.