Bryan mencium rambut Kalea, ia menghirup aroma shampo itu dengan sangat rakus.
Hal itu membuat tangan Kalea reflek meremas sprei. "Bryan," cicit Kalea.
"Hmm-mh," sahutnya.
Bryan melingkarkan kedua tangannya di perut Kalea yang ramping, kepalanya sengaja ia jatuhkan di ceruk leher Kalea.
Sementara itu sisir yang Bryan gunakan entah kemana, Bryan sudah tak memperdulikan lagi benda tersebut.
"Geli tau," protes Kalea.
Bryan terkekeh pelan lantas kembali mendusel seperti anak kucing, Kalea menarik napasnya dengan pelan kemudian satu tangganya mengusap tangan besar milik Bryan yang melingkar di pinggangnya.
"Aku baru tau kalau kamu manja kayak gini, aku pikir kamu bakalan dingin kayak es batu."
Suara napas Bryan yang sedang tertawa pun terdengar, lelaki itu benar-benar tertawa tanpa dibuat-buat.
Apa yang Kalea katakan terdengar sangat lucu dan membuat Bryan semakin mengeratkan pelukannya.
"Kita punya hubungan Kalea, semua akan terasa berbeda jika sebuah hubungan itu memiliki dasar cinta," sahut Bryan.
Kalea kemudian melepaskan kedua tangan Bryan yang melingkar, ia ingin melihat wajah tampan lelaki itu.
"Aku mau mengakui semuanya," kata Kalea tiba-tiba.
Bryan menatap kekasihnya menunggu semua ucapan yang akan keluar dari bibir cherry itu.
"Aku suka kamu sejak dulu Bryan, pertama kali aku melihat kamu. Aku udah jatuh cinta, tapi karena aku sadar bahwa kamu adalah laki-laki yang sangat sibuk dan sulit aku gapai aku hanya bisa mengagumi kamu dari jarak jauh," sambung Kalea kemudian.
Mendengar semua pengakuan Kalea, Bryan tak kaget karena ia tau jika kadang-kadang Kalea sering menatapnya.
"Aku tau Kalea."
"Hah!"
Tentu saja Kalea kaget mendengar semua ucapan Bryan itu. "Kamu tau kalau aku suka sama kamu?" Bryan menganggukan kepalanya.
"Kok bisa?" tanya Kalea lagi.
Selama ini Kalea sudah berusaha mati-matian untuk tak menampakan rasa sukanya kepada Bryan.
Agar laki-laki itu tak merasa curiga dan bisa saja menimbulkan hal yang membuat Bryan membencinya, tetapi. Siapa sangka jika Bryan malah mengetahui semuanya.
"Kalea," panggil Bryan.
"Ya," sahut Kalea dengan cepat.
Kalea masih sangat syok. "Aku tau seperti apa wanita yang menyukaiku, dari sekian banyak wanita yang pernah bekerja denganku hanya kamu yang aku hormati. Kamu tau? Kamu selalu profesional kamu ceria kamu nggak pernah ngeluh atau apapun, dan kamu adalah orang yang nggak pernah mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan, bukan hanya itu saja kamu juga paham akan situasiku kamu nggak pernah memaksa," ucap Bryan panjang lebar.
Mendengar kalimat panjang yang keluar dari mulut Bryan itu dan serentetan pujian yang terdengar sangat manis wajah Kalea kembali bersemu merah.
"Dan, aku bisa jatuh cinta sama kamu karena kamu bisa menarik semua atensiku Kalea. Kamu bisa mematahkan semua pertahanan yang selalu aku bangun, kamu juga adalah orang yang selalu membuat hidupku merasa lebih baik. Aku jatuh cinta sama kamu Kalea."
Bryan memang mengatakan itu jujur dari dalam hatinya, Bryan sedang tidak menggombal Bryan juga bukan perayu ulung.
Bryan hanya ingin meluapkan semua isi hatinya, Bryan tak mau memendam sendirian Bryan ingin Kalea tau bahwa hubungan ini tidak main-main.
"I love you Bryan," lirih Kalea.
Hanya itu yang bisa Kalea katakan dan Bryan mengusap lembut wajah Kalea membuat kedua mata Kalea langsung terpejam.
Bryan merundukan kepalanya mencium bibir Kalea dengan lembut, tangan Bryan bergerak lembut mengusap leher Kalea menciptakan desiran hangat di seluruh tubuhnya.
Tubuh Kalea terasa sangat panas kala lidah Bryan menerobos masuk ke dalam mulutnya mengajak lidahnya untuk bergulat.
Belum lagi tangan Bryan yang terus mengusap leher Kalea tersu-menerus menciptakan rasa panas yang menjadi-jadi.
Desahan samar keluar dari mulut Kalea, Bryan semakin menggila karena bibir Kalea terasa sangat manis menciptakan rasa candu untuknya.
Bryan tak bisa berhenti lebih dari ini Bryan ingin Kalea, tetapi Bryan harus sadar bahwa Kalea seperti kehabisan napas karena sejak tadi dirinya tak memberikan jeda sedikit pun untuk kekasihnya.
Maka ketika Bryan melepaskan tautan bibirnya Kalea langsung menarik panasnya dengan panjang.
"Aku nggak bisa napas," kata Kalea.
Bryan langsung tertawa kencang, Kalea benar-benar sangat lucu sekali, jempol Bryan kemudian langsung mengusap bibir bawah Kalea.
Bibir tipis itu sedikit membengkak karena ulah Bryan. "Manis, aku suka." Kalea harus terbiasa dengan pujian dari mulut Bryan itu.
Berkali-kali Bryan membuatnya terpesona, Kalea malah takut karena Bryan terus membuatnya terjatuh semakin dalam.
"Jangan pernah pergi Kalea, apapun yang terjadi."
Kalea menganggukan kepalanya, Bryan memeluk Kalea dengan erat mengusap rambut Kalea yang kini sudah mengering.
Kalea tiba-tiba saja teringat sesuatu. "Bryan, kamu mau hubungan kita bagaimana? Semua kantor pasti akan tau bukan kalau kita pacaran?"
"Jangan khawatir Kalea, kita ikuti saja alurnya kamu nggak perlu menyembunyikan semuanya. Toh selama ini kita memang di gosipkan pacarakan, 'kan? Kenapa kamu harus khawatir."
Kalea menatap sekilas ke arah Bryan. "Apa kamu yakin? Aku cuman takut kita nggak bisa profesional aja."
Bryan paham, tetapi sebisa mungkin Bryan akan melakukannya lebih baik. Ia akan memisahkan urusan pribadi dengan pekerjaan.
"Malam ini kita ngedate, kamu mau pergi kemana?" tanya Bryan.
Ngedate? Kata-kata yang Kalea dengar untuk pertama kalinya dari mulut Bryan. Sejak kapan laki-laki itu meluangkan waktu liburnya untuk pergi berkencan biasanya Bryan akan terus bekerja dan bekerja.
"Bryan? Are you sure?" tanya Kalea.
Bryan tentu saja menganggukan kepalanya. "Sekarang aku punya pacar Kalea, aku juga harus punya waktu untuk berkencan," sahutnya.
Kalea hanya bisa melongo tak percaya dengan semua ini, Bryan yang biasanya selalu kerja setiap hari bahkan di hidup Bryan tak ada tanggal merah semua tanggal sama saja.
Namun semenjak Bryan mengatakan menyukainya Bryan bahkan memilih untuk berkecan di akhir pekan.
Sesuatu yang benar-benar langka. "Why?" Bryan menatap ke arah Kalea yang masih menatapnya.
Lantas Kalea menggelengkan kepalanya. "Aku pake lipstik dulu Bryan, wajahku kelihatan pucat."
Bryan tertawa, ia lupa kalau perempuan akan dandan terlebih dahulu sebelum berkencan maka Bryan akan menunggu di luar kamar.
Kemungkinan besar Bryan akan khilaf jika berlama-lama tinggal di dalam kamar yang Kalea tempati.
Karena ini kencan pertama Kalea terlihat kebingungan, ia tak mempunyai dress atau semacamnya karena yang berada di kamar ini adalah pakaian formal.
Maka Kalea harus memutar otaknya, kaus yang ia kenakan ia masukan ke dalam pantas Kalea juga mengambil blazzer agar terlihat casual.
Kalea menatap ke arah cermin dan memakai liptint ia memakai sedikit bedak setelah itu ia menyemprotlan parfum sebanyak mungkin.
Kalea menarik napasnya lebih dulu ia berharap tak gugup saat kencan pertamanya dengan Bryan.