Banyak yang mengira jika Bryan Scoot itu adalah seorang playboy dan sering memiliki affair dengan para asisten pribadinya, tapi semua itu adalah gosip belaka karena dari mereka semua mencoba untuk menggoda Bryan tentu saja mendapatkan godaan dari asistennya bukan membuat Bryan suka, lelaki itu malah jijik kemudian memecat asistennya itu tanpa pesangon bahkan memberikan cv yang sangat buruk agar tak mudah mencari pekerjaan yang lain.
Bryan memang tak mau terlibat apa pun di perusahaannya ia hanya bekerja dan bekerja bukan untuk mencari kepuasan batin.
Kalea masuk ke ruangan Bryan memberitua jika sebentar lagi sudah waktunya untuk makan siang.
"Bisa temui Richard sebentar?" tanya Bryan.
"Bisa," sahut Kalea.
Bryan langsung memberikan dokumen kepada Kalea untuk diberikan kepada Richard, tentu saja Kalea langsung beranjak pergi dari ruangan Bryan itu.
Ruangan milik Bryan dan Richard memang tak begitu jauh, Kalea mengetuk pintunya lantas suara Richard terdengar.
Kalea akan membuka suara tapi Ricahard sedang berbincang di telepon membuat Kalea harus duduk dulu di sofa sebelum memberikan dokumen tersebut.
Richard terkekeh kemudian berkata. "Okay mom," sahutnya.
Setelah benar-benar selesai Richard langsung menatap ke arah Kalea. "Dokumen ya?" tanyanya.
Kalea menganggukan kepalanya. "Iya, tadi Bryan minta tolong untuk ditanda tangani."
Richard mengambil dokumen yang Kalea bawa kemudian ia membacanya sekilas setelah itu baru lah Richcard membubuhkan tanda tangan miliknya.
"Thank you," ucap Kalea.
"Okay," sahut Richard.
Kalea kemudian pamit untuk meninggalkan ruangan Richard tapi lelaki itu menahan langkah Kalea.
"Kamu makan siang sama siapa?" tanyanya.
Kalea mengerutkan keningnya. "Belum tau, kenapa memang?"
"Saya sendirian soalnya, bisa makan siang bareng?" ajaknya.
Kalea bingung untuk menolak ajakan Richard. "Saya tanya Bryan dulu, kalau beliau nggak mau makan siang nanti saya hubungi." Richard kemudian menganggukan kepalanya.
Sementara Bryan masih duduk di ruangannya menunggu Kalea datang, setelah ini rencana Bryan akan mengajak Kalea untuk makan siang bersama.
"Sudah selesai?"
Kalea sedikit terkejut karena Bryan masih berada di ruangannya, ia kira Bryan sudah lebih dulu makan siang.
"Iya," sahut Kalea setengah terkejut.
"Lho kenapa?" tanya Bryan yang hari ini mendadak banyak bicara tak seperti Bryan yang Kalea kenal sebelumnya.
"Nggak ada."
Bryan meletakan dokumennya tanpa membuka terlebih dahulu. "Kita makan siang dulu, yuk?" ajaknya.
"Berdua?" tanya Kalea senang.
"Iya," sahut Bryan.
Kalea yang terlalu senang dengan ajakan Bryan pun sampai lupa menghubungi Richard yang sedang menunggunya di ruangan miliknya.
Kalea pergi menuju caffetaria bersama dengan Bryan sambil membahas pekerjaan, beberapa hal memang ada yang perlu Bryan bahas dengan Kalea.
***
Richard tak sempat makan siang kali ini, waktu berlalu begitu saja dan Kalea tak memberikannya kabar.
Karena perutnya terasa lapar Richard kemudian meminta OB untuk memesankan makanan dari kantin, Kalea yang kebetulan berpapasan dengan Siti pun langsung menyapanya karena Siti terlihat buru-buru.
"Lho kenapalari-lari gitu ada kebakaran?" tanya Kalea setengah bercanda.
Siti menggelengkan kepalanya. "Duh Bu Kalea permisi dulu saya mau pesenin mie buat Pak Richard."
Kalea mengerutkan keningnya kenapa dengan Richard. "Ada apa emangnya?" penasaran juga Kalea dengan topik tersebut.
"Pak Richard kelaparan Bu belum makan siang jadi dia minta tolong saya pesenin semangkuk mie," tukas Siti.
Ingatan Kalea seperti di bawa terbang melayang, Richard menunggunya makan siang bersama dan ia lupa tak mengabari lelaki itu.
Kalea yang di ajak makan siang bersama oleh Bryan pun melupakan ajakan Richard yang jelas-jelas mengajak makan siang bahkan Kalea akan mengabari lelaki itu.
"Astaga!" Kalea merutuki dirinya sendiri.
Lantas ia menatap Siti kemudian. "Saya aja yang pesenin makan buat Pak Richard kamu balik lagi aja kerja," titah Kalea.
"Tapi Bu," kata Siti.
"Nggak apa-apa Siti, saya nganggur," ujar Kalea.
Karena Siti hanya seorang OG mau tak mau ia mengikuti semua ucapan Kalea, perasaan bersalah kini menyeruak di hati Kalea.
Kenapa Kalea bisa lupa seperti itu padahal tak biasanya seperti ini, di kantin yang sudah mulai sepi Kalea memesan semangkuk ramen dengan toping komplit.
Kalea juga memesan jus jeruk untuk Richard sebagai permintaan maafnya, Fay yang kebetulan akan membeli sesuatu di kantin pun menatap Kalea heran.
"Loh, tadi bukannya udah makan ya?" tanya Fay.
Kalea langsung membalikan badannya, Fay pasti sedang membeli permen karet kesukaannya.
"Iya, ini buat Richard."
"Richard bukannya punya asisten sendiri?"
"Ceritanya panjang lebar deh, udah aku pergi dulu ya?"
Kalea langsung meluncur membawa nampan berisi ramen dengan segelas jus jeruk menuju ruangan Richard.
Sebelum masuk Kalea mengetuk pintu terlebih dahulu. "Masuk," ucap Richard.
Kalea langsung menyembulkan kepalanya sambil tersenyum, meskipun rasa bersalah di wajahnya masih terlihat.
Sementara itu Richard hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum karena Kalea membawa nampan berisi semangkuk ramen.
"Kok jadi kamu Kal bukan Siti? Apa Siti udah berubah ya wajahnya," kekeh Richard.
Entah harus tertawa atau tidak, Kalea hanya bisa meringis dan meletakan nampan itu di atas meja.
"Maaf, tadi saya makan siang sambil bahas kerjaan jadi lupa nggak ngabarin." Kalea mencoba untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi padahal Richard juga sudah tak mempermasalahkannya.
Kalea pasti banyak pekerjaan apalagi di bawah tekanan Bryan sudah banyak yang tau jika Bryan adalah sosok yang gila kerja.
"It's okay Kalea, kenapa juga kamu harus beliin saya ramen?"
"Sebagai permintaan maaf," sahut Kalea.
Richard tertawa mendengar jawaban dari Kalea itu Richard baru tau jika Kalea ternyata sangat menggemaskan sekali, selain cekatan dan mudah mengerti Kalea bisa di percaya.
"Kayaknya Bryan nggak bakalan mecat kamu," tukasnya.
"Amin," seru Kalea.
Keduanya lantas tertawa, Kalea harus pamit karena masih banyak pekerjaan Richard hanya bisa berterima kasih banyak kepada Kalea.
Gustav masuk ke dalam ruangan Richard, ia hanya menyapa Kalea dengan sopan.
"Loh, baru makan Pak?" tanya Gustav.
Richard menganggukan kepalanya sementara Kalea memilih keluar ia sudah tak mau lagi mendengar apa pun mengingat Richard telat makan karena ulahnya.
Senyuman Richard sambil menyantap semangkuk ramen itu tampak bahagia, Gustav merasa aneh melihat Richard yang sebahagia itu.
"Nggak ada yang lucu, kan. Pak?" tanya Gustav.
"Memangnya ada yang lucu?" tanya balik Richard.
"Nggak ada juga sih, tapi lihat bapak yang senyum-senyum sendiri saya jadi takut," ujar Gustav.
Richard langsung tertawa kencang bahkan ia hampir tersedak oleh ramen yang sedang di makan olehnya.
Apakah terlihat jelas sekali? Richard memang sedang memikirkan Kalea yang datang dengan permintaan maafnya.
Sebetulnya jarang sekali ada orang yang melakukan hal seperti itu kepada Richard.
***
Bersambung