Tinggal satu rumah dengan Bryan Scot membuat Kalea harus menahan rasa keingintauanya, Kalea yang baru saja tertidur beberapa jam yang lalu kini harus sudah bangun lagi.
Pukul enam pagi Kalea masuk ke dalam kamar Bryan untuk menyiapkan bajunya, sebagai seorang personal asissten Kalea harus profesional selama bekerja dan ia tau tentang batasan yang diterapkan oleh Bryan Scot.
Kalea pikir Bryan adalah lelaki yang suka berganti-gati wanita tapi ternyata Kalea salah, atau Kalea memang belum tau saja karena ia masih baru menjadi asissten Bryan.
Kadang-kadang pikiran Kalea terlempar jauh, seperti saat ini contohnya Kalea tersenyum sendiri sambil membayangkan ia seperti istrinya Bryan saat ini.
Menurut Kalea ia tak ada bedanya dengan seorang istri yang harus menyiapkan segala kebutuhan suaminya itu.
Kalea keluar dari kamar setelah kesadarannya kembali pulih, ia tak boleh berkhayal seperti itu.
Kini Kalea langsung turun untuk melihat Maria yang memasak. "Obat Bryan ada di laci, biasanya Bryan minum obat di pagi hari," beritau Maria ketika Kalea menata makanan.
Tentu saja kening Kalea berkerut, terasa ada yang aneh melihat Bryan yang sehat seperti itu harus mengkomsumsi vitamin.
"Bryan sakit?" tanya Kalea.
Maria tersenyum kecil. "Itu bukan ranah saya Kalea, kalau memang mau bertanya silahkan bertanya kepada Bryan," sahutnya.
Kalea menganggukan kepalanya paham, ia kemudian menuju ke arah laci yang Maria tunjukan melihat obat untuk Bryan.
Bukan hanya satu atau dua saja, Bryan meminum lima pil di setiap pagi kedua bola mata Kalea langsung membulat sempurna.
Kalea memijit pelipisnya banyak hal perlu Kalea ketahui tentang lelaki idamannya itu, Bryan seperti sulit sekali di tebak.
Lelaki itu bersikap dingin sekali tapi kadang-kadang Bryan seperti orang kesakitan yang butuh seseorang untuk menolongnya.
Bryan turun dari lantai dua, lelaki itu langsung menuju meja makan Kalea langsung menyiapkan obat untuk Bryan.
Tak banyak bicara Bryan langsung meminum obat tersebut kemudian ia memejamkan matanya sejenak.
"Obatnya sudah habis," kata Kalea.
Bryan menoleh sejenak, ia hanya menganggukan kepalanya kemudian segera menyantap makanan yang Maria hidangkan.
"Kenapa masih duduk?" tanya Bryan.
Kalea menggaruk tengkuknya yang tak gatal ia kemudian bergabung makan bersama Bryan, jantung Kalea berdegup kencang sekali.
Makan dengan lelaki yang Kalea kagumi itu membuat kedua kakinya tak bisa diam,Kalea bahkan harus menahan diri untuk tak terus menerus menyunggingkan senyumannya.
Tiba di kantor Kalea langsung saja menuju ruangan Bryan sesekali ia melempar senyumannya dengan beberapa staff yang lain.
Banyak yang terkejut melihat Bryan dan Kalea bersama, di kantor ini bukan rahasia umum lagi jika Bryan bergonta-ganti PA.
Banyak yang mengatakan jika Bryan juga sering sekali melakukan hubungan gelap dan gosip-gosip lainnya.
Namun tak sedikit yang mengasihani Kalea juga, paling kinerja Kalea hanya akan bertahan beberapa bulan lagi dan setelah itu Bryan akan memecatnya atau Kalea yang akan mengundurkan diri.
Setelah Kalea menyebutkan beberapa jadwal untuk Bryan hari ini, Kalea keluar dan menuju pantry untuk membuatkan kopi.
Di pantry sudah ada Fay yang sedang membuat segelas kopi juga. "Seneng banget ya," cibir Fay.
Kalea hanya bisa terkekeh pelan, wajahnya terlihat senang sekali bahkan Kalea ingin sekali berbicara banyak hal.
Namun karena saat ini Kalea dan Fay beda pekerjaan mau tak mau Kalea harus melihat jadwal Fay atau dirinya yang longgar.
" Sebenarnya banyak ini gue ceritain sama lo, tapi nanti deh tunggu gue selesai kerja dulu." Kalea mengibaskan rambutnya kemudian melenggang meninggalkan Fay seorang diri.
Sambil berdecak Fay hanya menatap punggung Kalea yang pergi meninggalkannya meskipun Fay juga penasaran dengan cerita Kalea soal Bryan Scott yang Kalea gilai itu.
"Jangan sampai patah hati aja, gue nanti yang repot, " cibir Fay.
Melihat raut bahagia wajah Kalea, Fay yakin jika semuanya baik-baik saja dan sepertinya kalea semakin tergila-gila dengan lelaki yang ia sebut sebagai lelaki idamannya.
Sementara itu kalea membawa segelas kopi keruangan Bryan yang sedang fokus bekerja, sebelum masuk Kalea mengetuk pintu terlebih dahulu.
Bryan sama sekali tak menoleh lelaki itu hanya membuka suaranya.
" Letakkan saja di mejaku, dan tolong Kamu ambilkan berkas di bagian HRD, " ucapnya.
Kalea meletakkan dulu kopinya terlebih dahulu sebelum ia pergi ke ruangan HRD.
Mungkin di sini hanya Kalea saja yang tersenyum ketika Bryan menyuruhnya ini dan itu.
"Aduh kayak dapat lotre aja senyum-senyum kayak gitu, " sindir Fay.
Kalea yang kembali berpapasan dengan sahabatnya itu tak keberatan diledek seperti itu lagi pula Kalea benar-benar menikmati menjadi personal asisten Bryan. Apalagi Kalea bisa melihat dari dekat wajah Brian yang tampan.
" Sekali-sekali kamu harus membuka mata, untuk melihat laki-laki tampan di di perusahaan ini lumayan buat cuci mata biar sehat. " Kalea mencolek lengan Fay yang tebal karena lemaknya. Sementara itu Fay hanya bisa memutar kedua bola matanya malas, Fay sadar diri dengan dirinya yang tak secantik Kalea lagi pula Fay belum mau untuk menjalin hubungan dengan lelaki yang bekerja di perusahaan yang sama.
" Terserah deh, yang jelas pacaran dengan satu perusahaan itu itu nggak enak apa-apa pasti ketahuan. Dan kayaknya pacaran sama rekan kantor itu pasti cepet bosennya, percaya deh mungkin sekarang memang indah tapi aku yakin bahwa hubungan itu itu nggak bakalan bertahan lama, " ucap Fay.
" Tapi sayang, aku kok bahagia terus ya," kata Kalea.
" Ya namanya juga masih baru, apa-apa masih indah tapi lihat deh 2 bulan kedepan belum tentu semuanya sama seperti sekarang. " Fay masih tetap dengan asumsinya.
Keduanya kini telah berada di depan pintu ruangan HRD, Kalea lebih dulu masuk karena Bryan telah menghubunginya melalui pesan Whatsapp.
Sepertinya Bryan membutuhkan berkas itu secepat mungkin maka Kalea segera meminta berkas tersebut.
Pihak HRD pun segera menyiapkan berkas yang diminta oleh Kalea walaupun sedikit kuman kesal karena Kalea tak mengkonfirmasi terlebih dahulu seharusnya Kalea memberi tahu dulu melalui sambungan telepon agar ketika Kalea datang berkas tersebut telah siap.
Bryan kembali menghubungi kalea melalui pesan singkat, Kalea tentu memberitahukan Bryan bahwa semuanya sedang dipersiapkan. Bryan ingin sekali memberikan peringatan kepada Kalea akan tetapi Bryan sadar Jika ia terus memperlakukan personal asistennya dengan kasar maka tak akan ada yang bekerja di sampingnya melihat Kalea yang tak pernah mengeluh membuat Bryan harus mempertahankannya.
15 menit kemudian Kalea datang membawa berkas yang Bryan minta.
" Ini semua berkas yang anda minta Bryan," ucap Kalea.
Bryan menganggukan kepalanya ia kemudian menatap Kalea sejenak dan membuka suaranya. " Kalea lain kali tolong bekerja lebih cepat, saya tahu mungkin kamu masih baru bekerja dengan saya tapi saya butuh orang yang yang yang bisa bekerja dengan cepat. " Suara Bryan terdengar tegas.
Sambil menganggukan kepalanya Kalea menyahuti ucapan Bryan. " Akan saya usahakan bekerja lebih baik lagi, " sahut Kalea.
Bryan menyunggingkan senyumannya ia baru mendengar ucapan yang menurutnya terasa menggelikan.