Chapter 6 - Pria Gila

----Kantor Hangkook

Seperti biasa, aku berangkat ke kantor dan masih bertemu dengan Pak Ling. Ada beberap berkas yang memang harus aku selesaikan, dan lima diantaranya sudah selesai aku kerjakan. Aku memijit pelipis mataku, kepalaku terasa sakit. Semalam aku hampir tidak bisa tidur, belum lagi pagi ini nenek terang-terangan menyindirku, ucapan konyol dari nenek yang masih terngiang-ngiang dibenakku "kapan kamu nikah? Mau jadi perawan tua? kalau kamu semakin tua baru menikah, suamimu nanti pasti membuangmu, karna kamu sudah tidak muda lagi. dirumah ini anak perempuan sama saja, tidak bisa mengerti menjaga perasaan pria" sindir nenekku.

Sttt,,ssstttt,,pssss suara bisikkan

Aku menoleh kearah sumber suara, karin dari mejanya tersenyum nyengir kearahku, ia melihat keberbagai arah terlebih dulu baru berjalan menghampiriku "apa?" tanyaku kesal. Aku masih memijit pelipis kepalaku sembari mencari obat dilaci meja kerjaku. Karin sedikit mendekat kearahku "kapan pria tampan itu datang?" tanya karin padaku. aku melotot kaget kearah Karin "pria tampan mana?"

Aku mengambil botol minumku dan meminum obatku, "apa migrainmu kambuh lagi?" tanya karin padaku. aku menganggukkan kepalaku dan menelan kasar obatku, ahhh pahit sekali tenggorokanku, tapi jika tidak kuminum pekerjaanku bisa terganggung. Aku rasa, aku sudah ketergantungan dengan obat-obatan ini. aku tidak mau melakukan kesalahan apapun untuk pekerjaanku "pria siapa maksudmu?" tanyaku lagi

Karin tersenyum semringah, ia mengedipkan matanya dengan ekspresi genitnya "Noah, maksudku Boss Noah. aku tidak sabar ingin melihat wajah tampan dan tubuhnya yang sexy" karin menyatukan tangannya sembari memejamkan matanya, seolah-olah membayangkan angan-angan indah yang hanya bergelantung diawang-awang

"besok. Dia mulai bekerja besok dan, dia sudah punya istri. hati-hati kamu ngomongnya. seseorang bisa salah paham mendengarmu" saranku pada karin. Mata karin kemudian terlihat sayu "hmmm, apa salahnya mengagumi pria yang sudah ber istri" ucap karin. Sontak aku tertawa, aku bahkan kelepasan dengan tawaku. sadar akan tawaku yang bisa saja didengar, aku langsung menutup mulutku "ya Lord Karin? bulu kudukku sampai berdiri dengar kamu ngomong" ucapku

Karin memanyunkan mulutnya kesal, tiba-tiba ada panggilan dari Pak Ling melalui telfon yang terletak diatas mejaku "Ona, keruangan saya sebentar" ucap Pak Ling. Aku memberi kode kepada karin untuk kembali bekerja dan langsung menemui Pak Ling. Aku mengetok pintu pak Ling terlebih dulu dan baru masuk kedalam ruangannya "iya pak?" ucapku

Pak Ling beralih menatapku dan memberikan beberapa file padaku "Ona, suruh karin menyalin ulang file ini, dan bentuk kedalam format file baru. Satu lagi, aku ingin meskipun nanti Noah sudah bekerja disini kau tetap memberikan laporan padaku tanpa sepengetahuan Noah" ucap Pak Ling tegas.

Aku mengernyitkan dahiku "Baik pak. Akan saya kerjakan" ucapku patuh. Pak Ling menarik nafas dalam "Kalau bukan karena tuntutan keluarga, aku belum siap membuat Noah menggantikanku. Aku tau dia anak yang berbakat Ona, aku hanya ragu" ucap Pak Ling. Aku tersenyum hangat "Jika bapak mengakui pak Noah berbakat, maka aku percaya semuanya baik-baik saja" ucapku, berusaha membalas obrolan ini.

"apa kau tidak kesal padaku? hahah aku sudah menyembunyikan berita besar ini darimu" ucap Pak Ling tertawa dengan sangat beribawa. Aku menggelengkan kepalaku "Tidak pak, saya tau bapak sudah memikirkan yang terbaik. Apapun itu keputusan bapak, saya sangat menghargai" ucapku menyembunyikan rasa kesalku

"baiklah, Ona siang ini bisakah kau menemani Noah?" tanya Pak Ling tiba-tiba. aku cukup tertegun mendengar pertanyaan itu "maaf pak? Menemani pak Noah kemana ya pak?" jawabku se sopan mungkin. Pak Ling tersenyum padaku "kau harus menjelaskan pada Noah beberapa anak perusahaan kita, juga tempat-tempat yang harus Noah kunjungi. Kau juga harus membawa Noah menemui kolega terpercaya kita" jawab Pak Ling. Dengan berat hati aku mengangguk saja menuruti perintah Pak Ling

"Oh ya, ini ada hadiah untukmu" Pak Ling menyodorkan kantong Tas bermerek padaku, mataku terbelalak sempurna "ini? ini untukku pak?" tanyaku tidak percaya. Pak Ling menganggukkan kepalanya mantap "ya. Anggap saja ini ucapan terimakasihku padamu, aku tidak pernah memberimu hadiah untuk pekerjaanmu. Kau sudah melakukan semuanya dengan baik dan bekerja keras untuk itu. jadi terimalah ini, jika kau menolak hati pria tua ini pasti bersedih" senyum Pak ling teduh padaku

"baiklah, terimakasih pak. Aku sangat mengharagi ini, terimakasih pak" ucapku tersenyum girang. Aku keluar dari ruangan Pak Ling kembali kemejaku, melihat model dari tas bermerek itu. sungguh aku tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata bahagia yang kurasakan.

********

Sesuai permintaan Pak Ling, aku menunggu Noah datang ke kantor. Sudah beberapa menit berlalu Noah masih belum datang, aku tetap melanjutkan pekerjaanku tanpa menghiraukan itu. Lagipula bukan aku yang salah kan, lalu tiba-tiba handphoneku berbunyi. tanpa melihat layar aku langsung mengangkat panggilan yang masuk itu "hallo?" ucapku. Suara seroang pria terdengar serak bariton dari seberang telfon "hallo, kamu dimana?" tanya suara itu

Sontak aku langsung melihat layar telfon, itu no baru yang bahkan belum ada nama kontaknya di handphoneku, tapi pria itu berbicara seoral-olah mengenal diriku "kamu siapa?" tanyaku penasaran. Pria itu tertawa pelan "ini aku, Noah." ucapnya. Aku langsung gelagapan tidak menentu, aku bahkan berdiri dan membungkukkan badanku memberi hormat "oh ya Pak Noah. maafkan saya, saya tidak tau kalau ini no bapak" ucapku memelas. Kembali aku mendengar Noah tertawa santai

"Aku sudah didepan kantor, aku pasti akan kesluitan mencarimu kedalam sana, jadi tolong bisakah kau menyusulku kesini?" ucapnya ramah. Aku menganggukkan kepalaku dan bergegas menyiapkan segala keperluanku "baik pak" ucapku, aku memastikan tidak ada barang-barangku yang tertinggal "Karin, selesaikan semuanya hari ini juga" perintahku pada karin. Karin melotot menatapku kesal dan berteriak "oh Shiit, kamu ingin membunuhku? Aku tidak mau lembur hari ini" teriak karin. Aku tidak menghiraukan itu dan hanya terus berlari menyusul Noah

"maafkan saya pak?" ucapku menghampiri Noah yang sudah berdiri didepan mobilnya. Aku menundukkan kepalaku tidak berani menatap Noah, bukan karena aku takut. Tapi lebih merasa canggung. Ini berbeda dengan menghadapi Pak Ling "masuklah" ucap Noah padaku. aku pun beralih ke sisi lain mobil itu, kemudian duduk didepan bersama Noah

"aku tidak terlalu tau banyak jalanan disekitar sini, jadi kau yang menunjukkan jalan untukku" pinta Noah, aku pun menawarkan diri untuk membantu Noah "saya bisa menyetir mobil pak, bagaimana kalau saya yang menyetir pak?" tanyaku. Noah tersenyum ramah padaku "tidak perlu, aku juga ingin menghafal jalan disini, lebih baik jika aku menyetir sendiri. kau ini sekretarisku, bukan supirku" ucap Noah padaku.

Jika wanita lain yang mendengar Noah berbicara seperti ini, sudah pasti mereka kegirangan, menari-nari tidak beraturan. Aku ini wanita normal, dan ketika mendengar Noah berbicara begitu dalam hati aku muntah semuntah-muntahnya. Percayalah pria yang terlalu manis dalam berbicara terkadang bisa menjadi racun. Ini hanya pemikiranku, entahlah wanita diluar sana. Meskipun suasana kurasakan tegang dan canggung, apa yang bisa kulakukan ketika Noah sudah menjadi boss ku

Sudah beberapa tempat dan anak perusahan yang aku dan Noah kunjungi. Aku menjelaskan pada Noah secara detail mengenai hal yang memang perlu aku sampaikan. Selebihnya hal yang agak sensitive, aku katakan pada Noah dengan tegas agar dia lebih baik tau dari Pak Ling langsung. Untungnya Noah menghormati ucapanku itu dan setuju padaku.

"ini yang terakhir pak, silahkan" ucapku menunjukkan jalan untuk masuk kedalam kantor yang terletak di bagian utara kepada Noah. tiba-tiba saja Noah menggelengkan kepalanya "sudah. Aku rasa apa yang akan kulakukan didalam sana akan sama saja. lain kali saja untuk yang satu ini." ucap Noah. aku mengernyitkan keningku "baik pak, kita pulang saja" ucapku. Aku berjalan membukakan pintu mobil untuk Noah, noah menyipitkan matanya menatapku "Ona? Saya sudah sangat lelah dan lapar. Apa kita bisa makan malam dulu?" tanya Noah.

Darahku berdesir mendengar pertanyaan itu, Jika Pak Ling yang mengajakku untuk makan malam sudah biasa, karena bagiku Pak Ling sudah seperti orang tua sendiri. Tapi Noah? aku tau tidak akan terjadi apa-apa hanya saja aku pasti merasa canggung dan bingung nanti 'kenapa harus ada drama makan malam sih. Makan malam saja sana sama istrimu' gerutuku dalam hati.

Namun yang bisa kulakukan hanyalah membentuk garis senyuman diwajahku "baik pak" jawabku. Mobil melaju dengan kecepatan sedang "dimana kamu dan Kakekku biasa makan?" tanya Noah. aku berfikir untuk sejenak, mungkin lebih baik aku membawa Noah ke tempat yang lumayan ramai. Siapa tau ia risih disana dan memutuskan untuk pulang dengan cepat. Biasanya pria dari keluarga kaya lebih suka makan di restorant mewah dan elegan.

"ada satu restorant yang sangat disukai Pak Ling, saya sering kesana bersama beliau karena sup udang disana cukup enak. tapi biasanya tempat itu selalu ramai. Bapak mau kesana?" tanyaku memastikan. Aku berdoa agar Noah menjawab ia tidak suka keramaian, sialnya saat itu Noah menganggukkan kepalanya.

Dengan berat hati aku menunjukkan jalan menuju restaurant pada Noah. seperti biasa, sesampainya di restaurant Noah memesan makanan yang ia inginkan, begitupun dengan diriku. pengunjung sangat ramai tapi Noah bersikap santai saja 'Dia tidak seperti bayanganku. Padahal istrinya saat itu terlihat manja akan harta' bathinku dalam hati

"Oh ya Ona, aku ingin kau memakai ini" Noah mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya dan menyodorkan sebotol parfum padaku. dari merek nya parfum itu terbilang parfum yang mahal "maaf pak?" ucapku bingung. Lagi-lagi Noah memamerkan senyuman gagahnya padaku "bisakah kamu memakai parfum ini setiap hari jika bekerja. Sebentar lagi saya menggantikan kakek kan? Jadi kamu harus terbiasa dengan kebiasaan yang saya berikan" ucap Noah tegas

Aku menghirup sejenak aroma parfum itu, seperti aroma bunga mawar putih yang sangat kuat. dan sejujurnya ini tidak cocok dengan seleraku "pak?apa saya bau?" tanyaku blak-blakkan. Noah tertawa mendengar pertanyaanku "tidak, aku hanya biasa seperti ini. karena kau yang akan berada di dekatku setiap saat nanti. Pakai saja, jika habis kau beli merek yang sama. Untuk pertama ini hadiah dariku." jawab Noah tegas.

'Pria gila' bathinku dalam hati