---13.20
Mataku hanya melihat pemandangan di luar jendela mobil. aku kehabisan kata-kata untuk sekedar berbicara dengan Noah. sebelumnya aku tidak pernah mengalami hal seperti ini. usai aku mengenakkan baju di ruang ganti, Noah sudah masuk ke dalam mobil. saat aku hendak membayar baju itu, kasir memberitahuku kalau Noah sudah membayar bajuku.
Hatiku berdesir, seperti ini hal asing yang aku alami. Ibaratkan aku baru tau kalau rasanya api itu panas. Aku khawatir ada dampak dari ini. selagi tidak ada yang memberitahu soal ini di kantor, mungkin hidupku akan aman-aman saja "setelah ini jalannya kemana ona?" tanya Noah tiba-tiba membuyarkan lamunanku "kesana pak" ucapku langsung menunjukkan belokan.
"aku fikir kamu akan pakai celana yang lebih panjang, ternyata hot pants. Kalau nanti pak tua itu menggodamu aku tidak akan tanggung jawab" Noah berdecak kesal. Aku menepuk jidatku sendiri "maaf pak, tadi saya bingung dan terdesak juga. Saya cuman mikir ganti baju kantor ke baju biasa, saya nggak fokus ke baju seperti apa nya" aku mencoba untuk membela diri.
"sudahlah, setiap ucapan setelah kesalahan itu adalah alasan" Sesingkat itu perkataan Noah yang membuat dadaku selalu sesak. Aku sadar kalau Noah sangat sulit untuk ditebak, diawal aku hanya mengira Noah marah padaku karena aku memakai baju kantor. Lalu dibalik kemarahan Noah ia justru memperhatikan diriku karena takut Pak Liam melecehkanku
Kebanyakan pengusaha mengenal Pak Liam. Seorang pria berusia 50 tahun yang masih suka bermain dengan wanita. Bahkan Pak Liam menyimpan wanita yang ia bayar di villanya hanya untuk memuaskan nafsunya. Sementara pak Liam memiliki seorang istri dan anak perempuan. Itulah mengapa Pak Liam Si tua Jalang, ia tidak bisa menghargai perempuan yang seharusnya berada di dekatnya.
"kita sudah sampai pak. disana" aku menunjuk gerbang menuju kantor Pak Liam. Noah membawa mobil masuk ke perkarangan kantor pak Liam. aku lebih dulu turun dari mobil dibandingkan Noah. saat aku ingin segera masuk kedalam kantor Noah menahan tanganku "pakai ini" ucap Noah mengikatkan jaketnya dibagian pinggulku. Sebenarnya saat itu hotpants yang aku pakai tidak terlalu pendek. Masih diatas lututku sedikit "ini lebih baik, ayo kita masuk" ucap Noah usai mengikat lengan jaket di pinggangku.
Aku mengatur nafasku untuk berfikir secara rasional, logika ataupun kewarasan mode on. Bahkan sesekali aku melihat ke berbagai arah, kalau kalau ada seseorang yang mengikuti aku dan Noah "Ona, ayo cepat" panggil Noah. aku berlarian kecil menyusul Noah.
Kami diarahkan oleh sekretaris Pak Liam ke ruangannya. ketika pintu terbuka pak Liam langsung menyambut hangat kedatangan Noah "oh Ling sudah cerita sama saya kamu akan datang" ucap pak Liam. mata Pak Liam melihat sekilas kearahku, tapi bukan ke wajahku. Justru ia seperti melihat ke arah pahaku.
"ini sekretaris pribadi saya. Dia yang akan mengatur soal harga dan sertifikat. Saya mau selesai dengan cepat, ada beberapa hal yang mau saya urus lagi" ucap Noah berdiri didepanku. Pak Liam sepertinya risih karena Noah menyadari tatapan mata Pak Liam padaku. sebelumnya aku pernah bertemu pak Liam, tapi mungkin karena segan dengan pak Ling, pak Liam tidak terlalu menunjukkan sisi jeleknya itu
"baiklah, saya akan suruh sekretaris saya menyiapkan sertifikat tanah. Dan silahkan pilih beberapa model material maupun furniture yang kamu butuhkan" Pak Liam membawa Noah menuju rak yang terletak dibelakang meja kerjanya. "Ona kamu ikut sekretaris itu saja, langsung saja urus surat-suratnya" ucap Noah padaku.
"baik pak" sahutku dan mengikuti sekretaris pak Liam. keluar dari ruangan itu aku menghembuskan nafas lega, seperti baru keluar dari sauna yang sangat panas dan sesak. Akupun merasa tidak nyaman dengan tatapan pak Liam. "mbak baik-baik saja?" tanya sekretaris pak Liam. aku tertegun mendengar pertanyaannya "ah, yah. Maaf sepertinya kamu baru bekerja disini? aku baru ngeliat kamu disini" balasku berbabasa-basi
"iya mbak, saya Dara. Baru tiga bulan kerja disini. yang lama udah berhenti. Katanya mengundurkan diri Karena sedang hamil" jawab Dara langsung menjelaskan padahal aku tidak bertanya. Dara membawaku masuk kedalam ruangannya, disana seperti bisnis pada umumnya Dara menyiapkan segala surat yang diperlukan "mbak udah lama yang jadi sekretaris?" tanya dara kembali membuka obrolan
"sudah. Memangnya kenapa?" tanyaku sembari mengisi beberapa hal penting untuk surat-surat itu. Dara tersenyum tipis "CEO mbak masih muda. Sepertinya dia juga sering jail sama mbak yah?" Dara memelankan suaranya. Mendadak aku merasa tertarik dengan percakapan ini "tidak juga, Pak Noah sudah punya istri loh. nggak mungkin dia jail sama wanita lain kan?" jawabku memancing Dara untuk berbicara lebih
"hmmm punya istri nggak menjamin mbak laki-laki nggak nakal diluar. Pak Liam saja masih suka jailin saya, sebenernya saya risih. Capek juga kadang ngelayanin, tapi mau gimana ya. Kerja di singapur nggak gampang" keluh Dara. Namun di raut wajah Dara tidak tergambar penyesalan itu, ataupun merasa risih untuk pekerjaan yang ia jalani. Dara pastinya sudah menerima cukup banyak uang yang membuatnya merasa biasa saja "oh ya? Tapi kamu terlihat biasa aja, kayak nggak peduli gitu. Mungkin kamu juga menikmati" sindirku
Aku memperlihatkan gigiku saat tersenyum, membuat wajahku seramah mungkin agar Dara tidak merasa aku pojokkan "ah enggak kok mbak. Saya rasa kita sama-sama tau kan mbak. Aku tau kok mbak juga ngalamin apa yang aku alamin. Keliatan dari cara boss mbak menjaga mbak nya, sampai nutupin paha mbak gitu loh biar nggak diliat Pak Liam" balas Dara menyindirku
Sejenak aku melihat jaket yang diikatkan Noah untuk menutupi pantatku, aku baru sadar kalau itu jaket pria. Siapapun pasti sudah tau kalau itu model jaket pria "hahaha, ini nggak seperti yang kamu bayangkan kok" tawaku hambar. Dara pun ikut tertawa "hahaha iya deh, aku ngerti kok mbak" sahut dara. Aku menarik nafas dalam
"Dara, ini sudah. Bagian ini butuh ttd Pak Noah kan?" tanyaku. Dara menyusun beberapa surat dan membawaku kembali ke ruangan Pak Liam. saat aku masuk, sama halnya dengan tadi. Mata pak Liam langsung tertuju kebagian bawah tubuhku, Noah menghampiriku dan berdiri tepat didepanku "apa sudah siap? Saya sudah memilih modelnya. Kita bisa pulang sekarang" ucap Noah padaku
Sekretaris Pak Liam meminta Noah untuk menandatangani surat-surat, disaat yang sama Pak Liam menghampiriku dan berbisik padaku "sepertinya bossmu itu galak, mending kerja sama saya saja. dijamin bahagia deh" bujuk Pak Liam. aku senyum nyengir menganggap semua omongan Pak Liam masa bodo.
"ini sudah selesai, salinannya sudah saya berikan sama sekretaris anda. Terimakasih untuk kerja samanya. Saya pamit" ucap Noah tegas dan menarik tanganku untuk keluar dari kantor Pak Liam. aku dan Noah masuk kedalam mobil, tapi Noah membanting pintu mobil dengan kasar "lain kali, kalau saya suruh kamu ganti pakaian untuk menemui beberapa orang tertentu, percaya saja. kamu lihatkan bagaimana pak tua itu menatapmu. Kedepannya tolong fokus bekerja" bentak Noah padaku
*********
Noah menurunkanku didepan kantor dan setelah itu mobilnya melaju begitu saja, tanpa sadar aku bahkan melihat mobil Noah sampai menghilang di ujung jalan. Tidak ada tanda-tanda Noah akan kembali. Aku hanya merasa sedikit berterimakasih karena Noah menjaga harga diriku. sepanjang jalan Noah mengumpat dan sesekali menyumpahi Pak Liam. kalau bukan karena kepercayaan Pak Ling tentang pekerjaan Pak Liam yang sempurna, Noah pasti akan mencari tempat lain. Hanya saja semuanya sudah terlanjur.
Lamunanku buyar mendengar nada dering ponselku, aku gelagapan dan langsung mengangkat telfonku "yah, hallo" ucapku tanpa melihat layar telfonku dulu. terdengar suara pria dari seberang sana "hallo Ona, hari ini kamu libur kan?" tanya pria itu. aku mengernyitkan keningku dan melihat sejenak layar telfon. Mulutku langsung menganga karena nama Andri tertera di layar telfon "Hai, maksudku yah aku libur hari ini" jawabku gelagapan
"hmmm kamu punya waktu nggak? Sebenarnya aku mau minta tolong, cuman kalau kamu nggak bisa juga nggak apa-apa" tanya Andri. Aku menarik nafas dalam, dan menghembuskan nafas itu dengan tenang "tentu, kamu mau minta tolong apa? kalau aku bisa pasti aku bantuin kok" jawabku ramah. Sejenak Andri diam, aku menggoyang-goyangkan kakiku menunggu Andri kembali berbicara. "Hmmm aku terbiasa menstock makanan, kamu tau supermarket yang harganya lumayan di kantong nggak sekitar sini? Kalau boleh temenin aku kesana. Di apartemenku udah nggak ada makanan soalnya" ucap Andri
Aku membeku sejenak, fikiranku sedang bekerja keras dan setelah memilah perjalanan yang cukup panjang di otakku akupupn menjawab "yah boleh, kita ketemuan dimana? aku kesana deh. Soalnya aku juga lagi diluar nih" saranku. Akhirnya kami sepakat saling bertemu didepan toko buku yang pernah dikunjungi Andri. Aku mengambil motorku di basement, aura gelap seketika menjalar ditubuhku "oh tuhan, baju kantorku kan di mobil Noah" ucapku cemas. nyawaku setengah melayang, aku bimbang antara ingin menelfon Noah atau tidak.
"sudahlah, aku lebih baik ketempat Andri dulu. kasian kalau dia sudah menungguku disana" gerutuku. Motorku melaju dengan kecepatan sedang, mulutku tidak berhenti mengumpat. Kenapa aku selengah ini sekarang? bajuku ada didalam mobil Noah, hah bagaimana kalau istri Noah memikirkan yang tidak-tidak tentangku, nenek sihir itu pasti menuduhku menggoda suaminya.
Andri menyambutku dengan senyumannya, lihatlah betapa tampannya dia. Namun sayang aku masih belum merasakan gejolak asmara sama sekali "hai" sapaku menutupi rasa cemas di fikiranku saat ini. Andri menyarankan agar aku pergi dengan mobilnya saja, dan menitpkan motor ditoko buku itu. ternyata pemilik toko buku itu juga salah satu teman Andri semasa kuliah.
Daripada ribet akupun setuju saja, aku menunjukkan jalan pada Andri, seharian ini pekerjaanku hanya menjadi penunjuk jalan. Tapi yang menunjukkan jalan perasaan untukku malah tidak ada. "kamu biasa beli stok makanan disana yah?" Andri memulai obrolan denganku. Sepertinya aku tidak secanggung pertama kali bertemu saat itu "enggak sih, tapi sering kesana buat beli beberapa hal yang diperluin kantor" jawabku.
"ohh, aku nggak ganggu waktu libur kamu kan?" Andri memasang raut wajah merasa bersalah. Aku menggelengkan kepalaku "ah enggak kok, dari tadi aku tidur-tiduran aja. Bosan dirumah makanya jalan-jalan, eh kamu nelfon yaudah sekalian aja kan" jawabku. Heh tidur-tiduran? Yang ada Noah memompa jantungku dari pagi. duhh kenapa aku bertingkah seperti orang yang menyembunyikan selingkuhan sih.
Selang beberapa menit aku dan Andri sampai disupermarket tempat biasa aku berbelanja. Aku membawa Andri langusng menuju bagian food. Semakin cepat urusan Andri selesai, semakin cepat aku pulang dan menelfon Noah kan "Andri disini nih, kamu cari dulu aja apa yang mau kamu beli yah. Aku tunggu disini deh" ucapku. Andri menggelengkan kepalanya dan menarik tanganku "jangan, nanti kalau aku hilang gimana. siapa yang mau aku mintai tolong" keluh Andri mendadak manja
Andri menggengam pergelangan tanganku sembari ia berjalan mencari perlengkapan, ia bahkan mendorong troli belanjaan dengan satu tangan, berulang kali aku melihat bergantin ke arah tangaku yang dipegang Andri dan wajah Andri. Jika ditanya apa dadaku berdebar? Tidak. "Andri, nggak susah dorong troli pake satu tangan?" tanyaku.
Andri melihat troli dan tangannya yang menggengam tangaku, sontak Andri melepaskan tanganku, ia melihat telapak tangannya "wah, mulai nakal kamu ya" andri mengomeli telapak tangannya sendiri. bulu kudukku sampai berdiri melihat tingkat andri, andri menatapku lalu tersenyum nyengir "maaf ya ona, aku lupa punya dua tangan" ucap Andri.
Raut wajah andri berhasil bikin aku ketawa, aku tertawa lepas begitu saja. entahlah, hanya bagiku tingkah Andri menggelitik perutku "hahahah, kok bisa lupa sih?hahaha" tawaku. Andri kembali mendorong trolinya, ia cuek merasa tidak bersalah "dari dulu kamu kalau ketawa nggak berubah ya ona. Ngakakknya gitu banget" ejek Andri.
Aku menutup mulutku dan melihat keadaan sekitar, aku mengejar sedikit langkahku yang tertinggal oleh andri "emang kamu masih ingat gimana aku ketawa?" tanyaku penasaran. Andri tersenyum percaya diri "tentu saja. ingatanku kuat loh. aku juga tau kamu suka ini kan?" Andri mengambil sesuatu dari rak, ada coklat dengan campuran kacang almond yang diberikan Andri padaku. aku terpana karena memang aku sangat menyukai coklat almond "kok kamu?" tanyaku tertegun.
"kita beli ini yah" ucap Andri memasukkan kedalam troli belanja. Aku yang masih syok dengan prilaku Andri padaku hanya bisa diam tanpa komentar. Aku merasa kembali ke masa lalu, masa kecilku. Tanpa sadar waktu yang berlalu justru membuatku menjadi Ona yang bahkan tidak memikirkan masa-masa indah lagi. banyak hal yang aku lewatkan. Aku tidak merasakan kebebasan yang memang aku inginkan
Aku tidak memiliki moment yang bisa kubagi dengan orang lain, seperti seberapa nakal dan kocaknya aku zaman dulu. yang aku punya hanyalah kenangan pahit dari rasa kecewaku pada papa, menuntutku menjadi tulang punggung keluarga. Beruntung mama masih mau bekerja keras dan bukan cuman aku yang bertanggung jawab dirumah. Intinya aku tidak seperti mereka. Mereka yang mungkin diluar sana menghabiskan masa remaja, seperti kebahagiaan pada umumnya
"kenapa? tiba-tiba ingat masa lalu ya? Kalau udah banyak yang kamu lupain, aku bisa ingetin lagi kok" bisik Andri padaku. yah, memangnya sebahagia apa aku di masa lalu?