---Aku dan Kebiasaanku
Seperti biasa aku melewati pagi dengan aktivitas yang selalu sama. Mungkin sudah jadi kebiasaan untuk nenek mengomel sesuka hatinya. Ada saja hal yang nenek bahas dan justru jadi bahan pertengkaran. Aku yang sudah terbiasa dengan keluargaku seperti ini saja masih berusaha sabar untuk mendengarkan ocehan nenek. Entah bagaimana jika ada orang luar yang berniat tinggal atau masuk kedalam keluargaku. Bahkan disela-sela makan pagi saja yang terdengar hanya ocehan nenek.
Ocehan yang selalu sama, apalagi kalau bukan soal masakan mama. Mataku beralih menatap sikembar. Adikku tumbuh dalam lingkaran keluargaku yang seperti ini. raut wajah mereka datar dan sama sekali seperti tidak bergairah setiap pagi. aku tau ini berat untuk mereka. Tapi untunglah mereka berdua terlahir sebagai seorang pria. Setidaknya mereka pria memang harus bertanggung jawab menghadapi dunia yang keras
"Ona pergi yah ma" ucapku dan berlalu pergi menuju kantor. Sepanjang perjalanan jantungku sebenarnya tidak berhenti berdebar 'ah sial. Hari ini Noah sudah mulai bekerja. Aku pasti akan rindu pada Pak Ling' gerutuku. Mungkin semesta punya cerita lain dibalik ini semua. 'awas saja kalau dia berani membuat drama memotong gajiku, atau mengurangi gajiku. Bersikap baiklah padaku Noah' ucapku. Aku sudah seperti orang gila berbicara dengan diri sendiri sepanjang jalan
Baru saja kakiku melangkah masuk kedalam kantor "Ona,onaaaa" teriak karin memekakkan gendang telingaku. Yeah, memang tidak akan ada tempat yang tenang untukku "aya ampun Karin. Kenapa sih?" protesku. Nafas karin sudah terengah-engah berdiri di depanku "itu, itu sitampan sudah datang. oh tuhan Ona, aku seperti bertemu mutiara semesta yang sudah lama terbenam dilautan dalam. Akhirnya kita bisa mencuci mata dikantor karena memiliki bos muda dan tampan"
Karin terlalu memuji Noah tinggi. Aku memalingkan wajahku muak mendengar hal itu "sudahlah. Kita sambut saja dia dengan baik" ucapku. Karin mengikuti langkahku menuju ruang kerjaku. Hari baruku sudah dimulai, aku akan menghadapi sensasi yang berbeda dari bos yang berbeda. Entah seperti apa cara Noah bekerja memimpin perusahaan.
Aku masih mencoba bersikap santai meskipun mataku melihat Noah membawa istrinya ke kantor. Kami semua berkumpul untuk menyambut CEO baru, karin yang berdiri disampingku sedari tadi tidak berhenti berbisik "tadi aku tidak melihat nenek sihir itu. darimana dia datang? kenapa dia tiba-tiba sudah berdiri disamping Noah?" bisik karin. Ia bahkan sudah memberi julukan nenek sihir kepada istri Noah
"karin? Jaga bicaramu. Kalau seseorang mendengar, nanti kamu dalam masalah. Kamu mau mendadak berhenti bekerja?" aku mengingatkan. Karin sejenak melihat keadaan sekitar dan kembali berbisik padaku "percayalah padaku Ona, nenek sihir itu akan jadi bencana untuk kita". aku menyikut Karin supaya berhenti berbicara, kalau saja aku punya lakban super lengket, sudah pasti aku pasang dimulut Karin selama sebulan.
"terimakasih untuk sambutan kalian. aku rasa kakek, oh maksudku Paka Ling sudah mengatakan pada kalian kalau akulah yang akan menggantikan beliau untuk memimpin perusahaan. Kalian bisa memanggilku Pak Noah. dan ini istriku Rosie, aku harap jika kalian bertemu dengannya kalian mau menyapanya dengan ramah" Noah mulai berpidato tentang dirinya.
Selang beberapa menit barulah kami bubar dan kembali dengan aktivitas masing-masing. begitupun aku yang menyalin hal penting sebagai laporan untuk pak Ling. Sesuai dengan permintaan pak Ling, segala hal yang berkaitan dengan kinerja Noah harus aku laporkan pada pak Ling tanpa sepengetahuan Noah.
Mendadak telfon diatas mejaku berbunyi, aku mengangkat telfon itu "Ona , keruangan saya sekarang" Noah memanggilku. Aku menghembuskan nafas panjang, sepertinya hari berat akan dimulai. Aku merapikan pakaianku dan mengetok pintu ruangan kerja Noah. aku rasa istri Noah sudah pulang sedari tadi "permisi pak, saya masuk" ucapku.
Noah memintaku untuk berdiri disampingnya "Ona, tolong bantu saya dengan berkas ini. saya sepertinya,,," ucapan Noah terhenti. Tiba-tiba Noah mengendus sesuatu, melihatnya melakukan itu akupun ikut mengendus dan mencari aroma yang sedang difikirkan Noah "kenapa pak?" tanyaku putus asa tidak mengerti apa yang tercium oleh hidung Noah
"Ona, dihari pertama saja kamu sudah melakukan kesalahan. Padahal saya fikir kamu bekerja dengan baik" ucap Noah tiba-tiba. aku mengernyitkan keningku bingung, apa kesalahanku. Padahal aku sudah mengurus beberapa file jauh hari untuk Noah. aku juga sudah menyusun laporan agar Noah tidak kesulitan beradaptasi dengan keuangan perusahaan. Lalu apa yang aku lakukan?
"maaf pak? Apa kesalahan saya?" tanyaku heran. Noah berdiri dan mendekatiku, itu membuatku harus berjalan surut karena Noah semakin dekat kearahku. Hampir saja aku berteriak saat Noah menunjuk kearahku "kenapa kamu tidak memakai parfum yang saya berikan kemaren? Saya tidak mencium aroma apapun dari tubuhmu" ucapan tegas yang kudengar dari Noah
Aku melongo tidak percaya, sungguh apa sekarang aku masih berhadapan dengan orang yang waras "maafkan saya pak. Saya lupa untuk memakainya. Lain kali akan saya pakai pak" aku berharap ada jalan keluar untuk ini. Dari raut wajah Noah sepertinya hatinya tidak mudah untuk diluluhkan "tidak bisa. Kamu pulang sekarang. dan pakai parfum itu. setelah itu kembali lagi kesini" perintah Noah padaku
"hah? tapi pak, saya kan,,," ucapanku terpotong karena Noah meletakkan telunjuknya tepat dimulutku "kamu kan tidak saya minta untuk membuat alasan. Lakukan saja apa yang saya katakan. Atau kamu memang suka melawan perintah kakek saya sebelumnya?" sindir Noah padaku. aku masih setengah sadar dengan situasi ini. tanpa berdaya kepalaku mengangguk sendiri patuh akan ucapan Noah "baik pak. Saya pulang dulu untuk memakai parfum itu"
Aku melangkah keluar dari ruangan Noah dan langsung menghampiri karin "Karin, Rinn. Sumpah parah banget sih, absurd banget tu orang" ucapku kesal. Karin memasang wajah bingungnya "kenapa? siapa?" tanya nya. aku mendesah berat "Pak Noah. siapa lagi. aku bau badan ya?" tanyaku memastikan. Karin mengendus tubuhku lalu menggelengkan kepalanya, entah kenapa untuk sejenak aku merasa lega "nggak bau kok, emang pak Noah bilang kamu bau badan?" tanya karin.
"udahlah, aku pergi sebentar" ucapku. Sialnya karin malah berteriak "Ona, aku tau obat tradional untuk ngilangin bau badan". Aku menepuk jidatku kesal, sudah jelas aku tidak bau badan. Aku memilih untuk tetap berlari meskipun staaf lain sudah melihat kearahku 'Noah, Noah, suatu saat pasti aku membalas rasa malu ini, dasar celengan gurita" gerutuku kesal.
Percayalah, aku membawa motorku dengan kecepatan yang tidak biasa aku bawa sebelumnya. Rasa kesalku justru membuatku merasa tidak takut meskipun aku ngebut dijalan. Memang jarak dari rumah ke kantorku tidak terlalu jauh, tapi tetap saja aneh menyuruh aku pulang hanya untuk memakai parfum itu. ini tidak wajar menurutku
**********
Tidak puas dengan penilaian Karin aku sempat berpapasan dengan mama "ma, aku bau ya?" tanyaku dengan nafas yang terengah-engah. "loh? Kamu kok udah pulang kerja ona?" aku tidak butuh mama bertanya balik saat ini. yang kubutuhkan hanyalah pendapat mama soal badanku "mah, jawab dulu. ona bau badan yah?" aku mendesak. Seperti karin mama juga menggelengkan kepalanya "enggak. Mana ada anak mama yang bau badan." Ucap mama meyakinkanku.
Puas dengan jawaban mama aku beralih menuju kamarku, parfum yang diberikan Noah aku biarkan tergeletak begitu saja dilantai. Aku memungut parfum itu dan melihat mereknya, masih ada label dan merek yang jelas. Tidak ada yang aneh dengan parfum ini "celengan gurita itu menyuruhku pakai parfum ini buat apaan coba? Bau badan juga enggak. Aneh banget tu orang. Sumpah yah, kalau sampai kedepannya dia makin aneh-aneh. Aku aduin sikap dia sama Pak Ling" ucapku mantap
Padahal aku sendiri tidak yakin dengan gertakkanku itu. tidak mungkin aku menjelekkan cucu kesayangan Pak Ling. Dengan kesal dan amarah yang membara, aku menyemprot seluruh tubuhku dari ujung rambut hingga kaki dengan parfum itu "nih, kalau sampe dia bilang aku masih nggak pake. Emang perlu di bor tuh lobang hidung si Noah" gerutuku lagi
Usai memakai parfum aku berlari kembali ke motorku, aku hanya melambaikan tanganku karena mama memanggilku tapi aku tidak punya waktu untuk menjelaskan apapun. nafasku masih terengah-engah meskipun aku sudah sampai dikantor, aku sampai berjongkok didepan meja karin untuk melepaskan pegal di kakiku "duh, Ona kamu pake parfum? Kuat banget bau nya" ejek karin
Aku sudah tidak bertenaga lagi meskipun hanya berdebat dengan karin. Kakiku bergetar saat aku melangkah kembali menuju mejaku. Aku bahkan meneguk kasar air dari botol minumku."okay ona, tenangkan dirimu dan hapus keringatmu" batinku dalam hati. mimpi buruk pasti sudah menyapa hidupku. Selang beberapa menit telfon dimejaku kembali berbunyi, aku mengeluh karena sudah tau siapa yang menelfonku
"ya pak?" jawabku mengangkat panggilan itu. "Ona? Kamu sudah kembali ke kantor?" tanya Noah. aku menyipitkan mataku "sudah pak" jawabku. "ke ruangan saya sekarang" ucap Noah tegas. aku mengepal tanganku geram "baik pak" jawabku. Ya tuhan, kakiku sudah mati rasa. tidak, perjalananku ke depannya sudah jelas tidak akan mulus seperti dulu lagi "permisi pak, saya masuk. Ada apa pak?" tanyaku. Aku harus memakai topeng palsu didepan Noah. padahal emosiku sudah membara dari dalam. Kalau saja ada bom di hatiku, pasti sudah meledak sekarang
"kamu kenapa nggak lapor sama saya?" Noah menatapku lekat "maaf pak? Laporan apa ya? Semua laporan yang perlu untuk bapak sudah saya berikan. semuanya ada di dalam map warna kuning itu pak" ucapku menunjuk map yang ada di atas meja "saya tau map itu. maksud saya kenapa kamu nggak lapor kalau kamu sudah kembali ke kantor dan sudah memakai parfum itu"
Hah, tenanglah Leona. Dosamu pasti akan terampuni jika memilih sabar menghadapi orang seperti Noah "maaf pak. Saya kira tidak perlu lapor bapak soal itu. lain kali saya akan berhati-hati pak" ucapku. Noah menganggukkan kepalanya, ia mengambil beberapa map "saya sudah memeriksa ini semua. adakan rapat penting sekarang juga" perintah Noah
Lagi-lagi Noah memberikan perintah dadakan, baiklah. Disini sudah jelas kalau Noah tipe boss yang memiliki sikap sesuka hatinya "baik pak" jawabku. Aku keluar dari ruangan Noah dan memberi pengumuman kepada staff bagianku tentang rapat yang mendadak itu.
Diruang rapat Noah mempersentasikan masalah yang ingin ia bahas. Aku terkejut karena dari cara Noah berbicara terlihat sangat bijak, pengetahuan Noah luas intinya Noah terlihat gagah dan pandai. Ada beberapa hal sulit yang baru aku pelajari dari Noah. dan ada hal yang tidak bisa aku terima juga ketika Noah memutuskan untuk merubah langkah-langkah yang sudah diterapkan Pak Ling sebelumnya
"maaf pak?apa tidak masalah jika table itu kita rubah, saya rasa selama ini kita sudah mencapai keuntungan dengan berpatokan pada langkah-langkah itu. Pak Ling sendiri yang merancangnya" ucapku ditengah-tengah rapat yang masih berlangsung. Noah tersenyum padaku, entah mengapa aku merasa senyuman Noah justru seperti cambuk yang sudah bersiap untuk menghajarku
"anda semua lihat angka keuntungan ini. memang kita menerima keuntungan, namun besar keuntungan ini selalu sama. Hanya selisih sedikit sekali dalam kenaikannya. Jadi, setelah ini kita lihat berapa keuntungan yang akan kita dapatkan dengan metode terbaru dari saya. Lalu kita bandingkan dengan keuntungan yang sebelumnya. Hari ini dan untuk seterusnya saya yang memimpin perusahaan, bukan Pak Ling. Jadi saya harap anda menghormati keputusan saya" ucapan yang cukup telak mengenai hatiku dari Noah
Aku berdehem ketika staff lain melihat ke arahku, baiklah ini untuk yang pertama dan terakhir kalinya aku mempermalukan diriku. aku tidak sebodoh itu kan. Usai rapat berakhir aku menyalin catatan yang diperlukan dan kembali mempelajari hal-hal penting. Aku bahkan melewatkan makan siang "ya ampun, semangat nih kerjanya. Jam makan siang udah habis ona" karin mengingatkanku
"tidak apa-apa. lagipula aku tidak lapar" jawabku. "hmm kamu pasti merasa terpukul ya untuk ucapan pak Noah tadi. Dia emang beda ya dari pak Ling. Lebih cekatan aja gitu, tegas pula. Aku jadi ngeri deh buat natap mata Pak Noah aja mungkin udah luluh duluan" oceh karin. Aku memijit pelipis mataku, migrainku rasanya kambuh lagi "Karin, setiap pemimpin pasti punya caranya sendiri untuk memimpin. Bagiku apa yang dikatakan Pak Noah tadi bukanlah pukulan. Aku belajar untuk hal baru. Setidaknya sekarang aku tau apa yang harus aku lakukan atau tidak. sudahlah, kepalaku sudah sakit lagi" keluhku. Bukan karin namanya jika tidak membalas ucapanku "tapi kan kamu belum makan. gimana mau minum obat dong" ocehan karin hanya membuat kepalaku tambah sakit
"kamu belum makan siang Ona?" tanya Noah yang datang tiba-tiba. sontak aku dan Karin langsung menghadap Noah, pertanda kami menghormati Noah "ah iya pak, saya memang tidak niat untuk makan siang hari ini" jawabku asal-asalan
"tapi wajah kamu pucat kayak gitu. Mau mati hari ini ya?" tanya Noah. aku terperangah menerima pertanyaan yang tidak berperikeibaan itu. sementara karin menundukkan kepalanya menahan tawa "bukan begitu pak" jawabku. "sudahlah, kamu ikut saya makan siang. Saya juga belum makan siang" perintah Noah. aku dan karin saling berhadapan "ah tidak usah pak. Saya memang tidak lapar" jawabku mengelak
Noah menatap tajam ke arahku "kamu sekretaris saya, tapi kenapa suka melawan saya ya?" sindir Noah. dengan berat hati aku kembali mengalah "baik pak"
Oh tuhan, celengan gurita ini memang berasal dari laut terdalam yang seharusnya tidak pernah muncul kepermukaan.