Happy Reading ^°^
Didalam sebuah ruangan bernuasan putih biru itu terlihat seorang gadis cantik berambut hitam terbaring lemah dengan banyak orang di sekitarnya.
Ada yang menatapnya dengan sendu, tatapan sedih dan tatapan yang sulit di artikan. Semua tatapan orang yang ada di dalam ruangan itu hanya tertera pada gadis itu saja.
Sepasang suami istri yang berdiri tak jauh dari kasur gadis itu menatap gadis itu dengan sendu. Mereka adalah Abraham Margaret dan Kiona Margaret, sang Beta Darkmoon pack dan istrinya.
"Kapan ia bangun, Dokter?" Tanya wanita paruh baya yang masih menawan di usianya yang berusia sekitar 40 tahun itu. Ia menatap sendu pada putrinya.
Abraham yang berdiri di samping Kiona, menenangkan istrinya saat ia melihat istrinya ingin kembali menangis.
Sungguh mereka tak bisa melihat Anak perempuan satu-satu mereka tertidur dalam jangka waktu yang lama atau mungkin bisa di katakan koma dalam kurun waktu 12 bulan 29 hari. Satu hari lagi Putrinya akan genap setahun koma.
Mereka sudah melalukan segalanya. Dari berbagai macam obat telah mereka berikan, tapi tak ada yang dapat menyembuhkannya atau bisa di bilang tidak ada yang bisa membuatnya TERBANGUN dari tidur panjangnya. Bahkan mereka membawa Witch dan berbagai mahluk Immortal lainnya yang memiliki sihir penyembuh.
Pria muda berjas putih yang baru saja memeriksa gadis itu hanya dapat menghela nafas. "Seperti kabar yang biasa saya sampaikan Nyonya, Entah baik dan tidak. Tidak ada tanda-tanda nona akan bangun" Jawabnya dengan tatapan sendu.
Sepasang suami-istri itu menatap kecewa. Mereka sebenarnya tidak lelah menunggu hanya saja mereka tak tega melihat putrinya itu. Bagaimanakah masa depannya nanti bila ia masih belum bangun? Yang mereka lakukan selain menyembuhkan putri mereka dengan berbagai macam perobatan mereka hanya bisa berdoa, berdoa pada moon goddes agar apapun yang moon goddes takdirkan pada putri mereka adalah kebaikan untuk putri mereka.
~~
Di saat sudah menjelang malam pasangan suami-istri itu pun kembali ke ruangan putri mereka untuk melihat ke adaannya walaupun mereka tau kalau keadaan putrinya itu tetap akan sama. Tapi mereka tetap ingin mengunjunginya meskipun hanya sekedar menatap putrinya saja.
Dan saat mereka membuka pintu ruangan itu, yang pertama menyambut mereka adalah suara yang sudah lama mereka ingin dengar selama 12 bulan 29 hari.
"Mom, Dad, gimana kabar kalian?"
Sepasang suami-istri itu langsung memasuki ruangan itu dengan cepat. Sepasang suami-istri itu tanpa sadar sudah menangis melihat putri mereka, Calethea Eluna Margaret bangun dari komanya yang hampir memcapai satu tahun.
Kiona langsung menghampiri putrinya dan memeluknya. "Alethe... Alethea... Kenapa kamu lama sekali bangunnya, sayang? Kau tau Mom sangat merindukanmu" Seru wanita itu dengan tangis. Hari yang mereka nanti-nanti tercapai sudah, tak sia-sia penantian mereka selama ini.
Abraham ikut memeluk Alethea dengan erat sarat akan kerinduan. "Selamat datang kembali sayang"lirihnya.
" Aku pulang Dad!! Maaf membuat kalian lama menunggu" Jawab Alethea dengan senyum.
Sepasang suami-istri itu menggrleng bersamaan. "Tidak sayang, seberapa lama pun kau pergi kami akan menantimu disini, dan kau tau akan hal itu" Alethea mengangguk.
"Ya" Lirihnya dengan air mata yang bercucuran.
Setelah itu Abraham dan Kiona mengabarkan ke seluruh penghuni kastilnya bahwa putrinya sudah bangun dari komanya. Dan kabar itu di sambut meriah oleh mereka dengan rasa syukur, bahagia dan lainnya lagi.
Bahkan kedua putra mereka langsung pulang dari kegiatan mereka saat mendengar saudara yang mereka nantikan kebangunanya sudah sadar.
Tak hanya di Kediaman Margaret bahkan seluruh penghuni Darkmoon pack senang akan kabar itu.
"Gimana kabar kalian?" Tanya Alethea pada kedua saudaranya yang masih terlihat ingin menangis sangking senangnya dan melihat ekspresi kedua saudaranya tak urung membuatnya tertawa.
"Kenapa tertawa?! Kau tau bagaimana sepinya kami tanpamu, kenapa sangat lama bangun?" Ucap Andreas, kakak dari Alethea.
Alethea tersenyum. "Kau ini bagaimana sih kak? Bagaimana aku bisa tau kalau aku akan tertidur begitu lama" Balas Alethea pada Andreas kemudian Alethea beralih pada adik kecilnya yang 2 tahun lebih muda darinya yang sedaru tadi menatapnya dengan tatapan berkaca-kaca.
"Kalo kau mau menangis, menangislah. Jangan di tahan Ries" Ucap Alethea sambil mengusap pelan puncak kepala adiknya itu.
Setelah mendengar ucapan Alethea, Andries pun langsung menangis dalam pelukan Alethea. "Kau tau kak, hiks, karena aku kau sampai mengalami ini... Hiks. Aku... Aku minta maaf... Telah membuat kakak begini... Maafkan aku kak... Maafkan akuuuu"
Alethea mengusap-usap pelan punggung Andries, agar bocah itu tenang. "Itu bukan salahmu, Ries. Jadi jangan memyalahkan dirimu, okeh"
"Tapi kak-"
"Tak ada tapi-tapian, Ries. Kau tau kakak benci di bantah" Ucap Alethea dengan senyum.
Andries mengangguk. "Baiklah, kak" Jawabnya.
Alethea kembali tersenyum kemudian membantu Ries menghapus air matanya. "Menurutku kau memang cengeng dari kecil, yah. Bahkan di saat kau sudah dewasa pun kau masih cengeng, apakah hanya itu sifatmu yang tidak berubah sampai dewasa?" Gumam Alethea pelan.
"Ada apa kak? Kakak mengatakan sesuatu?" Tanya Ries saat melihat Alethea bergumam.
Alethea menggelang. "Tidak" Jawabnya.