Ursilla membuka kelopak matanya hanya untuk menemukan bahwa dirinya ada di kamar, tempat di mana dia pertama kali bertransmigrasi ke novel yang dia ciptakan. Semua kejadian hari ini masih seperti mimpi baginya. Ursilla, female lead yang ada dalam novel Love to Ursilla memiliki kisah cinta yang dark romantis, sesuai genre novel.
Liera selalu ingin menciptakan novel yang penuh dengan romansa. Akan tetapi, selalu saja terjadi kegagalan dalam novelnya. Ada banyak konflik di novel hingga tak bisa berfokus pada romansa Ursilla dan Morgan. Ursilla selalu dibuat kesulitan, sakit hati, bahkan hampir mati berkali-kali. Sedangkan Morgan, dia menjadi sangat bajingan di novel.
Gagal.
Tokoh-tokoh yang diciptakan Liera benar-benar suatu kegagalan. Awalnya, Liera ingin membuat Ursilla menjadi tokoh yang lemah, namun karena sakit hati terlalu lama membuat Ursilla menjauh dari Morgan. Morgan juga akan dibuat menyesal karena tindakannya yang membuat Ursilla jauh darinya. Morgan akan memohon cinta pada Ursilla. Sayangnya, Liera justru menikmati saat Ursilla bergantung pada cinta Morgan hingga dia menutup mata akan tingkah playboy Morgan.
"Aku tidak menyangka kalau akhirnya akan menjadi female lead yang dikasihani para pembaca." Ursilla beringsut duduk. Manik mata hot pink milik Ursilla menatap tirai kamar yang bergerak-gerak tertiup angin.
Hari sudah malam, dapat dilihat dari celah tirai yang tertiup angin. Di luar gelap, tapi di kamar Ursilla terang-benderang. Semenjak menjadi Ursilla, Liera masih merasa aneh dengan dirinya sendiri. Tubuh kecil, tangan kecil, bahkan...
Liera menunduk, meletakkan tangannya di dada Ursilla yang rata. "Ck, tidak di kehidupan ini atau kehidupan lalu, benar-benar rata."
Ursilla memutar bola matanya malas. Ursilla menekuk lutut dan memeluk kakinya dengan wajah sukar. Kehidupan lalu. Mendadak Liera teringat akan hidupnya yang benar-benar kekurangan. Ditelantarkan oleh ayah kandung yang serasa ayah tiri jahat. Ayahnya bahkan selingkuh dengan wanita jalang hingga membuahkan seorang anak.
Wanita selingkuhan ayah Liera sudah memiliki tiga anak. Yang pertama sudah bekerja, kedua masih kecil, dan yang ketiga adalah anak hasil ayah Liera dan pria lain yang pernah ditiduri wanita jalang tersebut. Wanita tersebut memiliki anak bukan dari perceraian dengan suaminya, melainkan tidur dengan beberapa pria hingga memiliki anak yang akan dibuang ke ibunya di kampung halaman.
"Argh! Memikirkan kelakuan bejat pria itu membuatku muak!" Ursilla mengacak-acak rambutnya kesal.
Yang membuat Liera tidak suka yaitu dirinya sendiri yang tidak bisa membenci sang ayah. Bukan hanya sang ayah, tapi Liera tak bisa membenci orang lain. Bahkan jika ada masalah besar yang membuat Liera bertengkar dengan teman satu kelasnya, Liera pasti akan merasa biasa saja esok harinya. Semua amarah dan perasaan sedih yang Liera rasakan seperti tidak pernah terjadi. Semuanya hilang seolah Liera memang tak menaruh penting pada suatu masalah.
Tidak bisa membenci memang sifat yang baik. Hanya saja berbeda halnya dengan Liera yang tidak nyaman dengan dirinya sendiri.
"Sudah cukup memikirkan pria itu! Itu hanya akan membuatku semakin marah!" Ursilla bergeser ke sisi ranjang dan menurunkan kakinya.
Rasa dingin menjalar di telapak kaki Ursilla yang telanjang tanpa alas kaki. Ursilla segera mengenakan alas kaki dan berjalan mendekati pintu yang terhubung dengan balkon kamar. Tangan Ursilla mendorong pintu balkon, lalu melangkah keluar untuk melihat pemandangan.
Embusan angin malam membuat Ursilla menggigil kedinginan. Akan tetapi, karena rasa penasarannya, Ursilla melangkah ke balkon. Sejauh mata memandang, Ursilla disuguhkan dengan pemandangan taman di Black Rose Palace. Ada lampu-lampu yang menerangi taman yang ada jauh di bawah Ursilla.
Ursilla menaruh dagunya di pembatas yang hanya sebatas dagunya. Membosankan. Walaupun Ursilla hidup dengan nyaman, makan kenyang hingga Liera merasa iri, tetap saja dunia asing membuat Liera merasa tidak mengenal siapapun.
Karakter yang Liera buat mungkin gagal. Tapi, penggambaran latar cerita sepertinya berhasil. Ketampanan dan kecantikan para pemeran juga benar-benar memuaskan. Setidaknya Liera bisa bernapas lega.
Ursilla mengerjapkan matanya beberapa kali, sepertinya ada yang dia lupakan. Ursilla, Morgan, Elias, Victor, dan...
"Antares! Aku belum melihat Antares!"
Ursilla mengabsen satu-persatu pemeran dalam novel yang sudah dia temui. Tapi, tidak ada Antares karena Ursilla lupa untuk mengunjungi tempat yang biasa disinggahi Second Male Lead tersebut.
"Aku harus bertemu dengannya sekarang! Atau aku tidak akan bisa tidur!" Ursilla berbalik dan terburu-buru mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya dibalut baju tidur yang tipis.
Kaki Ursilla melangkah mendekati pintu. Tangannya meraih gagang pintu yang untungnya bisa dia gapai. Saat Ursilla berhasil menciptakan celah di pintu untuk melihat apakah di luar ada pengawal atau pelayan yang menunggu di luar kamarnya.
Ursilla mengintip di celah pintu dan menemukan tidak ada satupun penjaga atau pelayan yang menjaga kamarnya. Apa-apaan ini?! Setidaknya harus ada satu pelayan dan satu pengawal di luar kamar putri kerajaan yang masih kecil. Kenapa malah dibiarkan sendirian tanpa ada yang berjaga-jaga siapa tahu ada musuh yang menyusup kamar sang putri untuk mencelakainya.
"Emma! Si tua itu! Aku pasti akan memberinya pelajaran!" Ursilla mengepalkan tangan mungilnya dengan wajah memerah.
Sudah pasti, 'kan Emmalah pelakunya. Wanita tua itu hanya memastikan bahwa Ursilla masih bernapas hingga usia dewasa. Setelahnya, Emma bahkan tidak mengurus Ursilla dengan baik. Tampaknya Emma mempersulit para pelayan lain dan menghasut penjaga untuk tidak perlu menjaga keamanan sang putri.
"Ini memang bagus karena aku bisa pergi dengan mudah. Tapi, lain ceritanya jika aku dalam situasi berbahaya!"
Ursilla menutup pintu kamar setelah keluar. Dia sekali lagi menoleh ke kanan-kiri yang terdapat lorong dengan penerangan yang samar-samar. Beruntungnya, Ursilla sudah menghafalkan jalan keluar menuju taman Black Rose Palace sehingga dia tak akan kesulitan. Lagipula, dengan berbekal pada ingatannya sebagai penulis novel Love to Ursilla membuat Liera mudah mengingatnya.
Ursilla mulai berjalan melewati lorong yang temaram. Matanya berhasil melihat sebuah anak tangga yang berada di ruang tengah yang terhubung dengan lantai pertama. Kaki kecil Ursilla menuruni anak tangga satu persatu dengan penuh kehati-hatian dan berpegangan erat pada pegangan tangga.
Ursilla sedikit terengah-engah setelah berhasil menuruni anak tangga terakhir karena menjaga keseimbangannya saat menuruni anak tangga. Cukup melelahkan, tapi demi bertemu pemeran favoritnya membuat semangat Ursilla membara.
"Demi pria imut seperti Antares aku akan melakukan apapun dengan lapang dada!" Ursilla menepuk-nepuk dadanya menguatkan dirinya yang sudah hampir pingsan karena kelelahan.
Ursilla berhasil keluar dari Black Rose Palace dan sejak tadi Ursilla tak menjumpai satupun pengawal yang berjaga di sekitar Black Rose Palace. Ursilla tak mau mengambil pusing sehingga dia berbelok menuju bagian samping Black Rose Palace. Itu karena tempat pertama kali Ursilla dan Antares bertemu dalam novel.
Semakin jauh Ursilla melangkah ke sudut istana yang dia tempati, penerangan semakin samar-samar. Ada sebuah pintu besi yang terlihat tua dan berkarat yang berhasil ditangkap dalam penglihatan Ursilla.
Orang-orang mungkin akan heran melihat adanya tempat tidak terawat dan memiliki atmosfer yang mengerikan berada di Black Rose Palace. Tapi, bagi para pekerja yang sudah mengetahui penyebab tempat tersebut tidak terurus dan menyeramkan tentu sudah mengetahui alasan di balik semua itu.
Tangan Ursilla berusaha mendorong pintu besi sekuat tenaga. Sangat susah karena besi sudah berkarat hingga engselnya sulit untuk membuat pintu terbuka. Tapi, seperti pepatah usaha tidak menghianati hasil, Ursilla akhirnya berhasil membuka pintu tersebut.
Pemandangan di dalam tempat yang dari luar terlihat mengeringkan sangatlah berbeda. Sangat indah, bagaikan di dunia dongeng. Ada pohon yang memiliki daun berwarna-warni. Berbagai macam bunga yang cantik menghiasi tempat tersebut. Ada ayunan di salah satu pohon. Bahkan ada meja dan dua kursi seolah tempat tersebut disinggahi oleh seseorang.
Lebih dari pemandangan indah tersebut, Ursilla lebih tertarik dengan rawa-rawa yang terhubung dengan laut yang ada di balik tembok yang mengelilingi Kerajaan Victoria. Kerajaan Victoria berdiri di sebuah pulau besar yang ada di tengah laut. Tentunya wilayah tersebut sebelumnya tak diakui oleh Kekaisaran Molden maupun Kekaisaran Alen.
Lagipula, siapa yang mau mengakui pulau tersebut yang dulunya terdapat berbagai macam iblis? Apalagi pulau yang dianggap terkutuk tersebut berada di tengah-tengah laut yang merupakan perbatasan antara dua kekaisaran. Mereka saling tidak mengakui sehingga Victor membasmi iblis yang ada di pulau tersebut bersama para pengikutnya.
Setelah berhasil, Victor membangun istana di pulau tersebut menggunakan uang yang dia dapatkan saat masih hidup sebagai pembunuh bayaran. Walaupun Victor anak haram yang berusaha disingkirkan oleh kaisar, tetap saja Victor mendapatkan cukup uang dari kaisar tersebut yang tidak bisa sembarang membunuh seorang anak.
"Rawa ini... tempat Antares berada."