'Bodoh! Untuk apa aku pikirkan?' gumam Briel.
Briel mengambil peralatan melukisnya, dia membawanya ke balkon dan duduk di depan kanva yang sudah dia atur. Dia melihat ke atas langit. Gelap, tak ada apapun di sana. Entah bintang ataupun bulan malam itu tak muncul. Namun, di saat kesepian seperti ini, Briel selalu ingin melukis, menuangkan apa yang dia rasakan ke dalam kanvas miliknya.
Briel larut dalam kegiatannya, sementara itu di kamar lain Erland menutup laptopnya ketika menyadari dirinya belum makan malam. Cacing-cacing di perutnya sudah mulai berdemo memintanya untuk segera memberikan makanan. Erland bangun dari duduknya, dia baru saja akan melangkah keluar kamar tetapi suara dering ponsel mengalihkan perhatiannya. Erland pun memilih menjawab panggilan itu terlebih dahulu yang tak lain adalah dari sang papa.
'Halo, Pa?'
'Apa mertuamu benar-benar merekomendasikan mu sebagai pengawas lapangan di depan para investor?' tanya papa Erland tanpa berbasa-basi.