Bram berteriak memanggil perawat. Lantas, ketika perawat itu sampai, Bram pun meminta perawat agar Erland segera di bawa untuk melakukan pemeriksaan.
Setelah Erland di bawa oleh perawat, Bram kini hanya sendirian di depan ruang operasi. Dia mengusap wajahnya kasar. Sungguh, dia benar-benar cemas. Seketika dia teringat pada mendiang Anita.
"Kamu melihat itu, Anita? Briel, anak kita, dia berjuang sama sepertimu ketika kamu melahirkan Briel dulu. Aku tak menyalahkanmu atas apa yang terjadi pada Briel hari ini, aku bahkan yakin, kamu mencintai Briel meski kamu tak pernah merawatnya. Tapi, aku tak ingin nasib Briel sama seperti dirimu, aku tak ingin dia berakhir sepertimu," ucap Bram gelisah.
Bram terdiam kaku ketika tiba-tiba mendengar suara tangisan bayi yang sangat kencang dari dalam ruang operasi. Sontak Bram mendekatkan telinganya ke pintu dan tak salah lagi, di dalam ruangan itu memang terdengar suara tangisan bayi.