"Apa menjadi istriku juga beban bagimu?" tanya Erland dan Briel pun terperangah.
"Apa-apaan, sih? Kenapa muncul pertanyaan aneh seperti itu?" tanya Briel bingung.
"Aku ingat saat itu kamu mengatakan bahwa aku beban bagimu," ucap Erland.
"Kapan itu? Kenapa aku tak ingat? Jangan mengada-ngada, ya! Kamu mau aku marah karena omong kosongmu ini?" ucap Briel seraya menatap Erland tajam.
"Hem..." Erland tak mengatakan apapun dan pergi mengambil pakaiannya.
Melihat Erland mengabaikannya Briel pun bergegas menghampiri Erland.
"Hei, kamu benar-benar marah?" tanya Briel.
"Hei!" ucap Erland seraya menoleh kemudian menatap Briel tajam.
Tuk!
Erland mengetuk dahi Briel dengan jari telunjuknya.
"Jangan memanggilku hei lagi!" ucap Erland memperingatkan.
"Jadi?" Briel mengerutkan dahinya.
"Panggilan yang lain boleh, selain hei!" ucap Erland.
"Oh, aneh sekali hanya masalah panggilan saja dipermasalahkan," ucap Briel.