"Ada apa denganmu?" tanya Briel.
"Bisakah kamu membantuku?" bisik Erland seraya semakin merapatkan tubuh depannya dengan tubuh belakang Briel.
"Hei, Apa dia hidup?" tanya Briel syok ketika merasakan sesuatu yang keras menyentuh panggulnya.
"Iya, dia hidup sejak kamu tidur tadi. Aku diam saja karena tak ingin membangunkanmu. Tapi, karena kamu sudah bangun, bantu aku sebentar, ya," ucap Erland.
"Hem... Apa benar hanya sebentar? Bukankah kamu tak cukup sebentar?" tanya Briel curiga.
"Tidak, kok. Hanya sebentar, tenang saja," ucap Erland dan meremas dada Briel. Briel menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya meremang seketika.
"Baiklah, lepaskan aku dulu," ucap Briel dan Erland melepaskan Briel dari dekapannya. Briel berbalik menatap Erland.
"Jangan kasar-kasar, ya. Pelan-pelan saja, nyawaku belum terkumpul sepenuhnya. Tahu sendiri, aku baru saja bangun tidur," ucap Briel.
"Iya, Sayang," ucap Erland membuat wajah Briel memanas mendengar sebutan sayang untuk dirinya.