Berapa jam yang lalu, Devan yang disibukan dengan menumpuknya berkas-berkas yang harus di tanda tangani dan berapa yang harus di cek, namun kesibukannya terusik ketika seseorang masuk dengan tanpa mengetuk pintu. siapa lagi pelakunya kalau bukan Jenni.
"Sayang kakek ingin bertemu denganmu?"
"Aku sibuk!"
"Kakek ingin kita menemuinya di sebuah restoran"
"Aku tidak bisa, kerjaanku saat ini sangat banyak"
"Tapi sayang"
"Katakan pada kakekmu aku tidak bisa"
"Baikalah" Jenni mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan mengubungi kakeknya.
"Halo kek, Devan tidak bisa datang, apakah tidak bisa jika lain kali saja kita makan siang bersama kek?"
"Berikan ponselnya pada Devan biar Kakek yang bicara"
"Baik kek"
"Dev kakek ingin bicara padamu" Jenni memberikan ponselnya pada Devan, dengan enggan Devan mengambilnya.
"Devan temui kakek sekarang, Ingan sekalipun kamu menolak perjodohan ini, tapi kamu tidak bisa pergi dari cucuku"
Tanpa menjawab perkataan Herman, Devan mematikan sambungan telpon.
"Apa yang di katakan kakek padamu Dev?"
tanpa menjawab pertanyaan Jenni Devan dengan cepat berdiri dari kursi kebesarannya. Jenni yang melihat Devan pergi dengan cepat mengikuti langkah Devan.hingga ke dalam mobil Devan. dengan kecepatan penuh Devan meninggalkan kantornya menuju restoran yang di mana Herman menunggunya. sesampainya disana Devan berjalan terlebih dulu, menaiki tangga namun sosok Herman tidak ada disana. Dering ponsel Jenni membuat Devan mulai kesal, dirinya telah di tipu.
"Kakek dimana, kami sudah di restoran?"
"Berikan ponselnya pada Devan"
"Pandai sekali Anda menipu saya!!!" tanpa basa-basi Devan langsung ke intinya.
"Sekarang temani cucuku makan siang Dev, saya ada janji dengan orang yang spesial" Setelah mengatakan Herman mematikan sambungan telponnya.
"Dev kita makan dulu ya"dengan terpaksa Devan menuruti kemauan Jenni.
Seorang pria berjas datang ke salah satu restoran yang tidak jauh dari proyek, yang sedang dia kerjakan.
"Tuan Anda pesan apa?" tanya sang asisten.
"Pesankan saya kopi tanpa gula"
"Baik Tuan" sang asisten bergegas memesan kopi untuk Tuannya. saat sang asisten pergi tanpa sengaja pandangan matanya menatap seseorang yang sangat di rindukan semenjak Neli tertangkap menjadi mata-matanya. dirinya tak lagi mengetahui kabar wanita yang selalu ada di dalam hatinya. namun kini dirinya melihat sang pujaan hati keluar dari mobil mewah. wajahnya yang anggun namun terlihat sangat tertekan. pandangannya tak lepas pada sosok yang berjalan dengan anggunnya menuju salah satu ruangan private. dia tau betul siapa yang berada di dalam sana.
Setelah mengetahui kejadian yang menimpanya haruskah dirinya bahagia atau sebaliknya bersedih melihat wanita pujaannya tengah tertekan.
Mengetahui wanitanya berada di ruangan yang private dengan pria yang tidak lain adalah Herman membuatnya waspada. dirinya dengan sabar menunggu sampai perginya sang pujaan hati.
"Tuan apa Anda menginginkan sesuatu yang lain?"
"Tidak. kamu pergilah dulu cek semua apakah mereka sudah memperbaiki atau belum?"
"Baik Tuan, saya permisi"
"Hhmm" tepat saat sang asisten, pergi dirinya melihat wanitanya keluar dengan tubuh yang sedikit limbung namun dengan sekuat tenaga untuk menahannya. sesampainya di depan toilet. dirinya melihat jika wanitanya tidak bisa lagi menahan tubuhnya yang melemah. dengan sigap dirinya menahan tubuhnya. ' Aku sudah menduganya jika ada yang tidak beres dengannya' ucapnya dalam hati. tanpa berfikir lagi membawa tubuh sang pujaan hati kedalam dekapannya dan pergi ke parkiran dimana mobilnya terparkir. dengan kecepatan tinggi dirinya membawa pujaan hatinya ke rumah sakit terdekat.
"Mila bertahanlah, sebentar lagi kita akan sampai" dirinya terus bergumam tangan kirinya sesekali menyentuh tangan gadisnya. tidak membutuhkan waktu lama mereka telah sampai di depan rumah sakit, dengan gerakan cepat, dia mengangkat tubuh gadisnya dengan berlari menuju ruang gawat darurat.
"Dok selamatkan dirinya"
"Baik Tuan anda tunggu di luar"
"Baiklah tapi.."
"Tolong Tuan biar kami, memberikan pertolongan pertama"
Saat akan pergi jari lentik menahan lengan.
"Jangan pergi..." Mila bergumam dengan mata yang tertutup.
"Aku tidak akan pergi, dok lakukan biar saya disini"
"Baiklah.." dokter yang di bantu asistennya memberikan pertolongan pertama pada Mila kondisinya yang hamil membuat dokter khawatir.
Setelah satu jam dokter berhasil memberikan pertolongan dan kini Mila tertidur efek dari obat yang di berikan sang dokter.
"Bagaimana kondisinya dok?"
"Tuan begini kondisi istri Anda sekarang sudah melewati kritisi ibu dan janin tidak apa-apa, sepertinya istri Anda mengalami alergi yang parah. bersyukur istri Anda minum obat jika tidak saya tidak tau kondisinya Karena ini sangat berbahaya" terang Dokter.
"Terima kasih Dok"
"Sama-sama Tuan, kalau gitu saya permisi jika pasien mengalami sesuatu yang tidak biasa segera panggil saya"
"Baik Dok" Setelah kepergian Dokter dirinya mendekati ranjang pasien. terlihat wajah Mila yang tertidur namun dahinya berkerut.
"Aku tidak akan melepaskanmu Mila, mulai hari ini aku yang akan menjagamu dan anak yang berada di kandunganmu akan menjadi anakku. aku mencintaimu"