Chereads / Antara Cinta Dan Dendam / Chapter 6 - 6, Pilihan Untuk Zahra.

Chapter 6 - 6, Pilihan Untuk Zahra.

Zahra menatap Brian tidak percaya. jika laki-laki seperti Brian tega melakukan segala cara agar bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Bagaimana Zahra, kenapa kamu diam. apa kamu lebih suka jika nenekmu terkena serangan jantung?" Kata Brian dingin, tatapannya tajam menatap wajah cantik Zahra.

"Apa mau mu tuan Brian!?" Jawab Zahra, dirinya berusaha untuk menantang, Brian walau dirinya merasa takut dan cemas memikirkan sang Nenek.

"Jangan panggil aku dengan Tuan Brian, cukup panggil aku dengan Brian saja." Tatapan mata Brian, intens pada wajah yang berada di hadapannya.

"Ahhh yaaaa.. kamu bertanya apa mau ku? Oke Zahra..." Berlahan Brian mendekati Zahra, hingga tubuh Zahra membentur tembok.

"Kamu yakin ingin tau apa yang aku mau Zahra..?"Tubuh Brian semakin mendekat pada tubuh Zahra. yang kini terbentur dengan tembok di belakangnya.

"Baik akan aku katakan. Menikah denganku dan semua masalah yang kamu hadapi akan aku bereskan termasuk Nenekmu, bagaimana?" Kata Brian dengan senyum penuh arti.

" Tidak, aku tidak mau menikah denganmu!" Jawab Zahra tegas, membuat Brian semakin mendekat bahkan kini tubuhnya menekan tubuh Zahra.

"Baik jika kamu tidak mau menikah denganku. kita lihat apa yang akan terjadi pada Nenekmu!" Brian menatap tajam Zahra.

"Jangan pernah mengusik Nenekku. apa masalahmu denganku sampai kamu tega melakukan ini padaku hah!?" Amarah Zahra yang tak terbendung, hingga berteriak di hadapan Brian.

"Aku tidak akan mengusik Nenekmu jika kamu mau menikah denganku." Ucapan Brian penuh penekanan.

"Bagaimana jika aku tetap tidak mau!!" Jawab Zahra dengan lantang.

"Sudah aku katakan liat apa yang bisa aku lakukan padam." Brian menjauhkan tubuhnya dari Zahra dengan senyum sinis.

"Sayangnya aku tidak takut dengan ancaman mu Brian!" Setelah mengatakan, Zahra keluar dari ruang kerja Brian, terlihat sang pelayang yang tadi mengantarnya kini menundukan wajahnya.

Brian menatap kepergian Zahra dengan senyum misterius.

'Bagus... aku suka wanita seperti dirimu Zahra. aku pastikan kamu akan kembali kesini dan memintaku untuk menikahimu sampai saat itu terjadi aku akan membuat sedikit kejutan untukmu Zahra Adelia Putri.' gumam Brian dalam hati.

"Zahra apa sesuatu terjadi? apa yang tuan Brian katakan sehingga kamu jadi begini Zahra?" Vania yang melihat Zahra menangis tak tahan untuk bertanya.

"Aku baik-baik saja Vania, aku hanya ingin cepat pulang entah kenapa aku merindukan Nenek." Kata Zahra dirinya ingin sahabatnya mengetahui apa yang terjadi dengannya saat berada di ruang kerja Brian.

"Baiklah. aku mengantarmu dulu Zahra." Vania tidak lagi bertanya pada Zahra, melihat wajah sahabatnya yang kini terlihat murung.

"Terima kasih Vania." Selama dalam perjalanan Zahra terus mengingat kata-kata Brian, yang menginginkan dirinya menikah dengan Brian.

' Menikah denganku dan semua masalah yang kamu hadapi akan di bereskan olehnya, bukankah dia yang membuat masalah ini. dan dia juga yang menyebarkan fitnah jika aku simpanan lelaki kaya, lalu untuk apa dia menolongku jika masalah ini dia yang membuatnya untukku, apa masalahnya denganku.' Zahra terus memikirkan semua ucapan Brian dan permintaannya untuk menikah dengannya.

"Zahra, katakan apa sesuatu terjadi padamu dan Tuan Brian. aku perhatikan setelah kamu keluar dari ruang kerja Tuan Brian sikapmu berubah?" Vania yakin sesuatu terjadi pada Zahra, terlihat jelas kecemasan di wajah Zahra

" Van... aku akan cerita asal kamu mau berjanji tidak akan memberi tahukan pada Mario, kamu tau bagaimana sifat Mario jika kita terkena masalah, berjanjilah Vania." Zahra yang mengetahui bagaimana Mario padanya dan juga pada Vania jika seseorang menganggu mereka. Mario tidak akan tinggal diam dan tanpa berfikir lagi Mario akan memukul mereka yang menganggu Zahra dan Vania.

" Aku berjanji asal kamu ceritakan semuanya." Zahra hanya menganggukkan kepala, berapa kali ia harus menarik nafasnya dan kembali menatap jalanan yang masih sepi, karena jam pulang kerja masih berapa berapa jam lagi.

"Van... semua masalah yang aku hadapi sekarang ini, adalah perbuatan Tuan Brian." Ucap Zahra, membuat, Vania yang mendengar, jika masalah yang dihadapi sahabatnya ini adalah perbuatan Tuan Brian, Vania segera menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. dengan menginjak pedal rem dengan spontan sehingga terdengar bunyi yang cukup keras.

Ciiitttt.....

beruntung jalanan tidak begitu ramai, kendaraan yang berada di belakang cukup jauh sehingga tidak menimbulkan kecelakaan.

"Vania!! perbuatanmu ini sangat berbahaya, bagaimana jika di belakang ada kendaraan dan menabrak mobil kita!?" Kata Zahra, dengan suara lantang.

Vania tidak mendengarkan ucapan Zahra, dia berbalik menghadap Zahra begitu banyak pertanyaan di benak Vania bagaimana bisa seorang Tuan Brian melakukan semua ini bukankah mereka baru mengenalnya.

"Apa!!! tunggu Zahra, maksudmu yang membuat fitnahan itu Tuan Brian begitu!?" Zahra hanya mengangguk lemah.

"Tapi Zahra, apa masalahnya sampai dia melakukan ini padamu. bukankah kamu bilang jika Tuan Brian baru pindah dari luar negeri?" Vania, tidak habis pikir bagaimana seorang Brian, bisa melakukan fitnah yang sangat keji pada Zahra.

"Aku sendiri tidak tau Van, kenapa dia melakukan ini padaku, apa masalahnya denganku?" Zahra menghela nafasnya panjang, hingga saat ini dirinya tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan dirinya. sehingga Brian ingin balas dendam padanya.

"Apa yang dia inginkan darimu Zahra?" Zahra yang terkejut dengan pertanyaan Vania, bagaimana Vania bisa berfikir seperti itu, dan yang lebih tepatnya bagaimana Vania bisa menebaknya dengan benar.

"Zahra katakan apa yang dia inginkan darimu?" Vania terus mendesak agar Zahra mau mengatakan padanya, apa yang ingin diinginkan Brian padanya.

"T.... tuan Brian, ingin menikah denganku." Kata Zahra yang mampu membuat, Vania syok mendengarnya.

"Apa!! tuan Brian ingin menikah denganmu? Zahra, ada opa sebenarnya. jangan kamu tutupi masalahmu denganku, kamu tahu bukan jika kita tidak boleh menyimpan apapun masalah yang kita hadapi?" Vania, yang ingin mengetahui semua dari Zahra, namun memilih untuk berdiam dan menunggu waktu yang tepat. ia tahu apa yang dirasakan oleh sahabatnya namun dirinya tidak mampu untuk membantunya.