Zahra menghentikan taksi sudah tidak ada waktu lagi. untuk menunggu, setelah mengatakan tujuannya pada sang sopir taksi, pikiran Zahra tertuju pada kesembuhan Neneknya.
sejak kecil Neneknya yang mengurus Zahra, bahkan Zahra tidak tau seperti apa wajah kedua orang tuanya.
yang dia tau jika kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Zahra terus berdoa untuk kesembuhan sang nenek ketakutan terbesar Zahra adalah nenek meninggalkannya. tak berapa lama
Taksi berhenti di depan sebuah rumah mewah berlantai dua.
setelah membanyar ongkos taksi Zahra berlari ke arah pagar dan menekan bel. seorang dari dalam membuka sedikit pintu pagar.
" Pak Tarno tolong buka pintunya, saya ingin bertemu dengan Tuan Brian." Dengan ragu, Zahra mendekati kediaman Brian, namun pada saat berada di teras langkah Zahra terhenti saat mendengar seseorang memanggil dirinya.
" Neng Zahra... tunggu sebentar neng, bapak akan memberi Taukan kedatangan neng Zahra pada tuan Brian. tunggu disini sebentar neng." pak Tarno segera memberi tau ke dalam rumah, tak berapa lama, pak Tarno menghampirinya.
" Neng Zahra. hhmm...anu neng..itu.."
" Ada apa pak Tarno, Tuan Brian ada di dalam kan ?"
" Ada non cuma.. Tuan tidak mau di ganggu " mendengar itu Zahra gontai bagaimana caranya agar dia bisa bertemu dengan Brian secepatnya.
Zahra mondar-mandir di depan gerbang, awan putih berubah menjadi gelap namun Zahra tak menyerah.
Di kamar mewah seorang lelaki melihat gerak-gerik Zahra melalui leptop dengan seringai mematikan.
Lelaki itu adalah Brian, dari awal datangnya Zahra sampai saat malam tiba, Brian tak lepas dari pandangan leptopnya. suara rintik hujan di Sertai angin dan sesekali terdengar suara petir. tak membuat hati Brian melunak.
Brian terus menatap layar leptop, terlihat jelas Zahra menggigil kedinginan namun tak membuatnya iba pada Zahra. yang ada hanya senyum kemenangan.
suara ketukan pintu, mengusik pendengaran Brian. dengan enggan Brian menyuruhnya masuk.
" Tuan Brian, nona Zahra...." Sang pelayan memberitahukan jika kondisi Zahra saat ini sungguh memperhatinkan. badannya yang basah kuyup belum lagi, kondisi yang mulai melemah terlihat Zahra tak meninggalkan tempat itu atau meminum sesuatu.
"Satu jam lagi suruh dia masuk!!" kata Brian dengan suara dingin.
" Baik tuan, saya permisi." sang pelayan keluar dari kamar Tuannya. Zahra yang merasa tubuhnya sudah tidak tahan, mulai lunglai namun sebisa mungkin Zahra menahannya. dia tidak ingin usahanya sia-sia. hingga terlihat pak Tarno membuka pintu gerbangnya.
"Neng Zahra silahkan masuk, Tuan Brian menunggu di dalam." kata pak Tarno, dengan suara lembut. dirinya tidak percaya diri seseorang Brian akan setega itu pada seorang wanita yang tidak lain adalah Zahra.
" Terima kasih pak Tarno." Zahra memasuki halaman rumah Brian, di teras sudah ada pelayan menunggu Zahra.
" Nona Zahra silahkan ikuti saya!" kata pelayan senior. Zahra mengikuti pelayanan senior ke lantai dua, Ternyata mereka menuju ruang kerja Brian.
" Nona Zahra silahkan masuk, Tuan Brian telah menunggu Anda di dalam." sang pelayan mempersilahkan Zahra untuk masuk. setelah mengantar Zahra ke ruang kerja Brian sang pelayan undur diri.
" Zahra Adelia Putri, aku dengar jika kamu ingin menemuiku, apa yang membuatmu datang untuk menemuiku?" Brian menelusuri tubuh Zahra yang terlihat jelas bentuk tubuhnya karena bajunya yang basah.
"A.. aku, ingin." Zahra ragu untuk mengatakannya namun mengingat kondisi sang Nenek membuatnya bertekad.
" Ingin apa Zahra. katakan dengan jelas?" Brian tau akan maksud kedatangan Zahra namun sebisa mungkin dirinya menutupi, Lia ingin Zahra mengatakannya sendiri padanya.
"Aku menerima tawaranmu.." dengan sekali tarikan Zahra akhirnya mampu mengatakannya.
" Tawaran yang mana Zahra..?" Brian terus berpura-pura tidak tau apa yang Zahra katakan.
" Aku bersedia menikah denganmu Brian." Brian tersenyum puas setelah Zahra mengatakan bahwa dia mau menikah dengannya.
" Kenapa kamu berubah pikiran Zahra, bukankah tadi siang kamu menolak mentah-mentah tawaranku. atau sekarang sesuatu terjadi pada Nenekmu?" tanya pria dengan seringai menyeramkan.
" Selamatkan Nenekku. sekarang dia sedang di ruang operasi..." kata Zahra dengan suara lirih disela Isak tangisnya.
" Berapa uang yang kamu butuhkan?" dengan tegas Brian memotong ucapan Zahra.
"Empat ratus juta." tata Zahra dengan wajah tertunduk.
" Baik akan aku berikan uangnya tapi sebelum itu kamu harus menikah denganku." jawab Brian.
" Aku akan menikah denganmu setelah Nenek selesai di operasi, aku berjanji tidak akan mengingkari janji yang sudah aku buat."kata Zahra, dirinya berharap Brian memberikan waktu untuknya.
"Tidak!! kita akan menikah sekarang juga dan soal Nenekmu ada asistenku yang akan mengurusnya." jawab Brian dengan penuh penekanan.
" Baiklah..." Zahra menyerah demi sang Nenek apapun akan dia korbankan, asalkan neneknya selamat. meski harus menikah dengan Brian, asalkan dirinya mendapatkan uang untuk biaya operasi sang nenek.
Brian menghubungi orang kepercayaan untuk mengurus pernikahannya hari itu juga. dan Brian pun menyuruh asistennya kerumah sakit untuk mengurus semua kebutuhan sang Nenek.
Zahra memasuki kamar yang cukup mewah dan luas jika di ukur dengan kamar Zahra kamar ini luasnya empat kali lipat dari kamar Zahra yang ada di rumah neneknya, tempat tidur yang cukup besar bisa muat enam orang dewasa, sebuah kamar mandi yang tak kalah mewahnya. dua orang maid menghampiri Zahra, membawa gaun pengantin yang indah. setelah selesai di rias Zahra melihat dirinya di cermin.
' Nenek semoga apa yang Zahra lakukan ini tidak membuatmu kecewa pada Zahra. Zahra melakukan ini demi Nenek.' kata Zahra dalam hati.
Seorang maid memberi Taukan jika acara segera di mulai, Zahra keluar dari kamar di dampingi seorang maid, terlihat di ruang tamu sudah ada penghulu dan berapa orang sudah di pastikan jika mereka adalah orang-orang suruhan Brian.
Zahra berjalan menuju dimana Brian telah menunggunya.
Brian yang melihat Zahra mengunakan gaun milik ibunya sungguh terlihat sangat cantik, sesaat Brian terpesona dengan kecantikan Zahra. namu dengan cepat Brian menepisnya.
" Saya nikahkan dan kawinkan Zahra Adelia Putri binti Rudi Bramantyo dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." dengan sekali tarikan Brian berhasil mengucapkan ijab Kabul.
setelah mendengar kata Sah, air mata Zahra tak bisa lagi di bendung. kini setatusnya berubah bukan lagi seorang gadis melainkan seorang istri.
' Penderitaan mu akan segera di mulai, Zahra Adelia Putri.' kata pria dalam hati. balas dendam yang akan Brian lakukan pada Zahra akan dimulai hari ini, detik ini saya bersumpah akan membuat hidupmu menderita Zahra, dan Aku pastikan kamu akan memilih mati daripada hidup.' kata pria dalam hati hari ini hari kemenangan untuknya hari yang telah ditunggu sekian lama untuk membalaskan dendam sakit hati dan penderitaannya selama ini atas perbuatan orang tua Zahra pada ibunya.
'nenek maafkan Zahra, apa yang Zahra lakukan saat ini semua hanya untuk nenek. apapun akan saya lakukan demi kesembuhan nenek, Zahra sayang sama nenek maafkan atas kesalahan Zahra maafkan nek. Zahra tahu Nenek pasti sangat kecewa atas apa yang Zahra lakukan saat ini tapi, Zahra mohon apapun Yang terjadi semua ini hanya untuk nenek.' kata Zahra dalam hati. Zahra yang tidak bermaksud untuk menikah dengan Brian namun ia tidak ingin keluarga satu-satunya yang sangat Zahra sayangi menderita. Nenek adalah kehidupan Zahra. dirinya akan melakukan apapun agar bisa menyelamatkan sang nenek.