Seperti biasa Zahra mengantarkan semua pesanan, entah kenapa perasaannya tidak enak. mengabaikan perasaannya Zahra tetap mengayunkan sepedanya menuju para pelanggannya.
"Selamat pagi Bu, ini sayuran seperti biasa yang ibu minta." Entah kenapa sikap ibu pemilik warung itu diam tidak seperti biasanya.
" Zahra mulai besok, kamu tidak usah mengirim sayuran di warung ibu! " Kata ibu warung pada Zahra.
" Maksud ibu Zahra tidak perlu mengirimkan sayuran berapa hari Bu?" Kata Zahra mengerutkan keningnya.
"Ya, Zahra. aku dengar kalau kamu itu wanita simpanan pengusaha kaya? itu sebabnya kamu bisa kuliah dan bisa membiayai pengobatan Nenekmu yang tengah sakit apa itu benar Zahra?" Ucap Zahra.
"Ibu itu tidak benar, Zahra tidak pernah melakukan itu. Zahra bekerja keras agar bisa mengobati Nenek, dan Zahra juga mendapatkan beasiswa itu sebabnya Zahra bisa kuliah Bu, percayalah pada Zahra Bu." Kata Zahra menyakinkan pada ibu Wati pemilik warung.
"Sudahlah Zahra, ibu tidak mau. kalau kamu yang menjadi pemasok sayuran ibu lagi pula. ibu sudah mendapatkan pemasok sayuran yang lebih segar dan lebih murah dari kamu!" Kata Bu Wati sinis.
"Pergilah Zahra, jangan lupa bawa kembali sayuran ini. ibu tidak Sudi membelinya darimu!" Lanjutnya, Bu Wati menatap sinis Zahra yang menundukkan kepalanya. dan meninggalkan warung.
'Tuhan, ada apa ini kenapa jadi begini, bukan cuma satu warung saja yang menolaknya bahkan semua warung yang Zahra isi, mereka tidak mau membeli darinya, Tuhan ujian apa lagi ini, belum lagi kondisi Nenek yang masih sakit.' Zahra mengayun sepedanya kembali kerumah.
"Nenek sudah bangun Zahra buatkan sarapan ya." Zahrah membantu sang nenek yang akan duduk.
"Zahra, duduklah didekat Nenek ada yang ingin nenek katakan padamu." Nenek menepuk tempat tidur di sampingnya dan meminta Zahra untuk duduk.
"Ada apa Nek, apa ada yang sakit katakan pada Zahra."
Ucap Zahra, terlihat jelas raut kecemasan di wajah Zahra.
"Tidak Zahra Nenek baik-baik saja. Bagaiman pengirimanmu hari ini, kenapa jam segini kamu sudah pulang, apa kamu tidak kekampus?" Zahra tersenyum indah pada neneknya yang menatapnya cemas.
"semuanya baik Nenek hanya saja mereka masih ada sayuran yang kemarin jadi hari ini mereka tidak mengambilnya Nenek tidak usah memikirkan yang lain. masalah kampus Zahra sudah selesai Nek tinggal selangkah lagi Zahra akan lulus." Kata Zahra pada sang nenek yang, menatapnya iba. sebenarnya nenek telah mengetahuinya. namun ia memilih untuk diam, biarkan Zahra yang akan menceritakan semua padanya.
'maafkan Zahra Nek, apa yang Zahra lakukan saat ini demi nenek. Zahra tidak ingin masalah ini sampai ke telinga Nenek, biarkan Zahra yang mengurusnya nek.'
"Nenek Zahra ke toko bunga dulu, Zahra tidak ingin Mario memecat Zahra karena karyawan satu-satunya ini bolos kerja." Kata Zahra di sela tawanya. membuat sang nenek ikut tersenyum. mengingat Mario yang bos sekaligus sahabatnya. Zahra bergegas pergi, sang nenek tidak bisa membendung kesedihannya lagi tanpa terasa air matanya mengalir. cucunya memilih menyimpan sendiri masalahnya.
"Nenek tau jika kamu berbohong sayang, andai kamu tau siapa kamu sebenarnya apa kamu mau merawat nenek. Maafkan Nenek Zahra hidupmu selalu menderita Karena keluarga Nenek. kamu menanggung semua kesalahan yang tidak pernah kamu lakukan maafkan nenek Zahra maafkan." Tangis nenek pecah saat Zahra telah pergi jauh.
"Maafkan Nenek Zahra maafkan hiks... hiks..." Nenek meratapi nasib Zahra, anak yang selalu bersamanya kini tengah menanggung beban dari keluarganya.
Zahra sampai di toko bunga, Mario yang melihat kedatangan Zahra langsung mendekatinya, saat melihat wajah Zahra yang sendu.
"Zahra, kamu tidak apa-apa? kenapa wajahmu seperti ini?" Tanya Mario, saat Zahra telah sampai di depannya.
"Memangnya aku kenapa? kamu tidak lihat, jalanan ramai dan lihat banyak debu yang menempel di wajah dan mataku." Kata Zahra mengalihkan pandangan Mario yang penuh tanda tanya.
"Aku senang jika kamu tidak apa-apa Zahra. duduklah, aku tahu kamu pasti lelah." Kata Mario, dan menarik pergelangan tangan Zahra agar duduk di sampingnya.
"Zahra apa kamu sudah mendengar pembicaraan orang-orang tentang...." Mario menghentikan ucapannya tatapannya menelusuri wajah cantik Zahra.
"Zahra, jika kamu mendengar perkataan orang-orang tentang dirimu, abaikan saja. aku percaya padamu sangat percaya." Kata Mario dengan tegas.
"Mario aku tahu, saat ini orang-orang sedang memfitnahku. percayalah aku bukan wanita yang seperti itu Mario. kamu tahu seperti apa aku ini." kata Zahra. Mario menepuk pundak Zahra menyalurkan ketenangan pada sahabatnya.
"Aku percaya denganmu. mereka tidak mengenal seperti apa dirimu Zahra." Zahra mengusap tangan Zahra.
"Zahra!!!!" Teriakan Vania membuat Zahra dan Mario menolehkan kepalanya pada pintu depan.
"Ada apa Zahra? kenapa bisa begini, dan bukankah kamu selama ini bekerja di toko bunga dan pemasok sayuran, lalu bagaimana datangnya gosip ini?" kata Vania pada Zahra.