Brian memandang Robin dengan pandangan membunuh. dirinya terlihat bodoh di mata Robin, dari dulu percaya perkataan Robin.
"Ben singkirkan dia tanpa jejak!"
"Baik Tuan" Ben menyeret tubuh Robin, yang tubuhnya terkulai Tidak berdaya. sebenarnya Brian tidak ingin membunuh Robin namun ucapannya membuat Brian naik pitam.
"Manusi bodoh di dunia ini, itu kamu Brian hahaaa"
"Brengsek katakan apa benar jika ibuku masih hidup hah"
"Hahaha... bukankah kamu tidak ingin tau, kenapa tiba-tiba kamu tanyakan?"
"Katakan padaku Robin?"
"Ibumu masih hidup, dia berada di sebuah mansion mewah, jika kamu menemuinya. Tanyakan pada ibumu kenapa aku melakukan ini padamu, biarkan ibumu yang mengatakan semuanya" tanpa ampun Brian kembali menembak kaki Robin.
"Tuan.."
"Apa kamu sudah menyingkirkan nya?"
"Sudah Tuan, apa Tuan sedang memikirkannya?"
"Tidak. apa kamu membunuh Robin?"
"Tidak Tuan, tapi saya sudah menyingkirkan ketempat yang semestinya"
"Baiklah"
"Tuan bagaimana dengan putri Robin?'
"Biarkan dia disana, apa kamu menemukan teman Zahra?'
"Tidak Tuan sepertinya dia keluar dari pekerjaannya"
"Cari sampai dapat dan bawa kesini!"
"Baik Tuan" Brian meninggalkan ruang kerjanya menuju kamar utama. didalam kamar dirinya hanya memandang kemeja yang sering di peluk Zahra saat malam hari.
"Aku merindukanmu gadis pengayun sepeda, sangat merindukanmu"
flashback.
Lima tahun yang lalu, seorang pemuda keluar dari kamar menuju ruang makan.
"Selamat siang Tuan muda"
"Jangan panggil aku dengan sebutan Tuan muda?"
"Maaf Tuan..eehhh den Brian, mau sarapan apa den?"
"Roti aja Bi aku sudah telat"
"Baik den" selesai memakan roti yang di olesi dengan selai kacang Brian menyambar tasnya yang berada di samping kursi.
"Bi Brian berangkat"
"Iya den hati-hati"Brian melaju sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, tepat di tikungan tajam tanpa sadar dari arah berlawanan ada sebuah gerobak sayur yang berjalan kearahnya. Brian yang tidak bisa menghentikan sehingga tabrakan tidak bisa di hindari. sebelum kesadarannya hilang Brian melihat seorang gadis cantik berambut panjang berlari kearahnya sedangkan sepedanya dia tinggalkan di sembarang tempat.
"Apa kak tidak apa-apa?"
"Adik cantik tolong ak..u" kesadaran Brian hilang, hingga sampai di rumah sakit.
"Keluarga pasien?"
"Apa kamu adik dari pasien?"
"Bukan Dokter, saya hanya menolongnya saat kecelakaan tadi bagaimana keadaan kakak tadi Dokter?"
"Pasien tidak apa-apa, hanya sedikit lecet dan benturan di bagian kepalanya juga tidak berbahaya"
"Syukurlah.. dokter boleh saya lihat pasien sebentar?"
"Silahkan" Zahra masuk keruangan di mana Brian di rawat setelah berada dekat ranjang Zahra menatap wajah Brian.yang terlihat tampan.
"Kak cepet sembuh ya, Zahra harus pulang sampai ketemu
kakak ganteng" Zahra meninggalkan ruangan Brian dan kembali kerumah karena Neneknya pasti menunggu kepulangannya.
"Adik cantik terima kasih, ahhh Zahra nama yang cantik secantik orangnya, semoga kelak kamu menjadi istriku Zahra" sore harinya Brian di izinkan pulang kerumah, saat berada di jalan Brian melihat seorang gadis berambut panjang sedang mengayun sepedanya. berlahan Brian mengikuti kemana gadis itu pergi hingga sampai di sebuah rumah sederhana.
"Nenek Zahra pulang"
"Cucuku Zahra sudah pulang"
"Iya Nek, biar Zahra bantu Nenek istirahat dulu" dari jauh Brian menatap gadis berambut panjang yang sedang membatu sang Nenek mengikat berapa sayuran yang akan mereka jual.
'Cepatlah tumbuh dewasa, agar aku bisa menikahimu Zahra kamu berhasil membuatku jatuh cinta adik kecil yang cantik tunggulah aku. sampai kamu dewasa aku akan menikahimu gadisku cinta pertamaku'
Flashback off.
"Tuan Brian, sudah waktunya makan malam"
"Iya Bi" Brian keluar dari kamar menuju ruang makan. perjalanan hidup penuh dengan misteri, cinta yang suci kini ternoda oleh seorang yang tidak bertanggung jawab. membohongi hati nurani hanya karena segumpal kebohongan penghancur masa depan. semoga menjadi pelajaran berharga di masa depan agar tidak mudah percaya dengan apa yang di katakan orang lain.
Waktu berjalan dengan cepat, kandungan Zahra yang memasuki delapan bulan. selama itu juga sosok yang sebut tuan muda tidak pernah dia jumpai hingga hari ini, sang tuan muda mengajaknya untuk makan malam.
"Bi apa Tuan muda benar-benar ingin bertemu denganku?"
"Hari yang sudah Tuan muda janjikan, jatuh pada hari ini Nak Zahra. apakah kamu gugup Nak?"
"Tidak Bi" Bibi Minah berjalan beriringan dengan Zahra menuju taman belakang yang di sulap menjadi sebuah tempat yang terlihat romantis. dari jauh Zahra melihat seorang lelaki berjas warna hitam poster tubuhnya yang tinggi mengingatkan dirinya pada sang sahabat sekaligus bosnya.
"Selamat malam Tuan muda, Non Zahra sudah ada disini. bibi permisi dulu selamat malam" bibi meninggalkan Zahra sendiri depan seorang pria asing. namum saat pria itu bersuara membuatnya terkejut.
"Selamat malam Zahra Adelia Putri?" kesadarannya belum kembali namun tiba-tiba Zahra di kejutan sosok yang berada tepat di depannya.
"Apa kabar Zahra sahabatku" Zahra menutup mulutnya dengan tangannya. dirinya benar-benar syok pria yang di panggil Tuan muda tidak lain sahabatnya.
"Ro....kamu..?" tubuh Zahra terhuyung kebelakang namun dengan sigap pria yang berada di depannya menangkap tubuh Zahra.