Zahra meringis kesakitan hingga sampai di rumah sakit. dengan cepat seorang dokter memberikan pertolongan melihat darah yang keluar semakin banyak sehingga Dokter memutuskan melakukan operasi Cesar. Zahra di bawa keruang operasi. Mario bersama Bi Minah menunggu di depan dengan cemas. tidak lama terdengar suara tangis bayi membuat Mario dan Bi Minah tersenyum bahagia. setelah tiga jam dokter akhirnya keluar dan berapa perawat mendorong Brankar kearah ruang perawatan. Bi Minah mengikuti perawat yang membawa Zahra keruang perawatan VIP. sesampainya di ruangan Bi Minah mendekati putra Zahra yang tertidur pulas.
"Sus apa putra Zahra akan di bawa keruang bayi?"
"Iya Bu. apa sudah puas melihatnya?"
"Tidak ada puasnya saya melihatnya sus"Bi minah tersenyum pada suster yang berada di dalam ruang rawat Zahra.
"Sudah ya Bu bayinya saya bawa ke ruangan bayi"
"Tunggu Sus. biarkan putra saya tetap disini bersama ibunya putraku baik-baik saja bukan.?"Mereka yang tengah berbincang terkejut dengan suara di belakang mereka.
"Tidak Tuan, hanya saja" sebelum menyelesaikan ucapannya Mario kembali bersuara.
"Biarkan putra saya disini bersama ibunya. suster tinggal mengontrolnya."
"Baiklah Tuan. saya permisi dua jam lagi saya akan kesini"
"Baik Sus Terima kasih"
"Sama-sama Tuan"Perawat meninggalkan ruang perawatan Zahra. Mario mendekati Zahra yang terlihat lemah setelah satu jam Zahra terbangun.
"Zahra bagaimana denganmu?"Mario mendekati Zahra yang terbangun.
"Aku baik Mario, dimana anakku?" Mario mengendong anak Zahra dan meletakkannya di samping Zahra.
"Anakku seorang putra? tanya Zahra air matanya mengalir saat melihat wajah putranya. 'Kenapa wajahmu seperti dia sayang kenapa Nak'
"Zahra ada apa?"Mario melihat Zahra menangis dengan cepat mengambil anak yang berada di sampingnya.
"Aku tidak apa-apa Mario aku hanya terlalu bahagia itu saja"
"Apa kamu sudah menyiapkan nama untuk putramu?"
"Belum biar nanti aku mencarinya"
"Baiklah sekarang kamu istirahat ya. biar aku menjaga putramu."Zahra menganggukkan kepalanya. meski matanya tertutup namun Zahra mendengar apa yang di katakan Mario pada putranya.
"Hallo Sang Pewaris Tunggal Wisongko selamat datang, tumbuhlah menjadi pria sejati yang kuat. agar bisa menjadi pelindung ibumu"Zahra meneteskan air matanya, sungguh dirinya terasa sesak mengingat perlakuan Brian padanya.
Namun hidup terus berjalan kini dirinya akan memulai hidup yang baru jauh dari dari kota kelahirannya. dirinya tidak mungkin terus tinggal di villa Mario. sudah cukup dirinya merepotkan sang sahabat.
'Setelah ini aku akan pergi jauh dan membawa putraku bersamaku'
Di lain tempat seorang pria dingin, yang tidak kenal lelah bekerja siang malam bahkan untuk memejamkan matanya hanya berapa jam saja. kini dirinya hanya terfokus untuk bekerja tidak ingin memikirkan yang lain. seorang wanita cantik nan seksi mendatangi kantornya sudah berapa bulan wanita cantik itu mendekati Brian namun sayang yang dia terima bukan balasan dari Brian melainkan sikap dinginnya.
"Brian ayolah ini sudah waktunya makan siang"rengek sang wanita.
"Pergilah aku tidak ingin di ganggu"
"Sayang tidakkah kau ingin aku memanjakanmu?"
"Tidak. pergilah sebelum aku mengusirmu"
"Tapi ini permintaan papah sayang"
"Katakan pada ayahmu aku tidak bisa"
"Tapi..."
"Pergi! atau satpam yang akan mengusirmu? Teriakan Brian membuat Veronica meringsut ketakutan. dirinya mengerti jika Brian sudah berkata seperti itu, artinya dirinya harus pergi sebelum Brian bersikap kasar padanya. Veronica meninggalkan ruang kerja Brian, dirinya gagal mendekatinya. sepuluh tahun sudah dirinya memendam perasaan cintanya pada Brian namun selalu di tolak oleh Brian.
'Aku pastikan dirimu menjadi milikku Brian maafkan aku jika caraku yang salah tapi cinta ini semakin menggebu-gebu. aku tidak bisa menahannya lagi Brian. aku tidak peduli kamu mencintaiku atau tidak tapi hati ini telah berlabuh padamu. dulu aku mengalah karena dirimu memilih Jessi tapi sekarang dirinya telah meninggal maka aku pastikan dirimu akan menjadi milikku Brian' ucapnya dalam hati. Veronica mengemudikan mobilnya dengan cepat hatinya benar-benar sakit atas sikap Brian padanya. namun bukan Veronica namanya jika dirinya akan berdiam diri.
Di ruang kerja Brian membanting semua berkas di mejanya dirinya benar-benar mengenaskan bekerja tanpa kenal waktu bahkan wajahnya kini di tumbuhi bulu-bulu halus di bagian rahang. namun membuatnya semakin dewasa.
TOK TOK TOK
Suara ketukan pintu membuatnya berhenti melempar berkas dan pandangannya teralihkan.
"Masuk"
"Tuan Brian Tuan besar ingin bertemu Anda, beliau menunggu Anda"Ucap Ben sang asisten.
"Suruh dia masuk"
"Baik Tuan"Ben membuka pintu ruang kerja Brian terlihat seorang pria paruh baya memasuki ruangan dengan wibawanya.
"Katakan apa tujuan Anda kesini?"Ucap Brian sinis.
"Bersikaplah sopan padaku Boy" Ucapnya santai.
"Sudahku katakan. apa tujuanmu menemuiku?"Jawab Brian sinis.
"Apa salah jika seorang Ayah merindukan anaknya?"
"Jangan membuat lelucon. aku tidak ingin tertawa Tuan!"
"Brian sampai kapan kamu akan bersikap dingin padaku?"
"Sampai nyawa ini terlepas dari raganya"
"Apa tidak bisa kau maafkan kesalahan Ayahmu?"
"Ayah hahaaaa macam apa yang tega, meninggalkan anaknya hah! Ayah macam apa yang lebih memilih pelacur murahan dari pada keluarganya!?"
"Brian! sudah berapa kali Ayah katakan jika dia bukanlah pelacur!"
"Sekarang keluarlah dari ruanganku!"
"Baiklah Nak, Ayah akan pergi. tujuanku kesini bukan hanya ingin maafmu, tapi kakek ingin bertemu denganmu?"
"Pergilah dari sini, jangan membuatku berteriak
di depanmu!"
"Ayah akan pergi, pikirkan perasaan Veronica. dia gadis yang cantik dan baik. dia cocok menjadi pendampingmu"
"Kenapa tidak kau nikahi bukankah kau lebih suka dengan wanita murahan!?"
"Brian jaga ucapanmu!"
"Kenapa? bukankah itu faktanya?"Mendengar ucapan Brian Andrian meninggalkan ruang kerja anaknya.