Chereads / Mencintai Bosku Sendiri / Chapter 36 - Mu Mian Curiga

Chapter 36 - Mu Mian Curiga

Mu Mian hanya berada di kamar Song Ci sebentar, lalu ia pergi. Saat Mu Mian hendak meninggalkan tempat itu, ia merekam video Song Ci dirawat di rumah sakit dengan ponselnya. Ia berencana menunjukkan dan meyakinkan kepada Du Tingting saat ia pulang, sehingga istrinya itu bisa tenang.

Setelah Mu Mian pergi, Song Ci mengacungkan jempolnya kepada Han Zhan dan memujinya. "Kakak Han, aku sudah mendengar semuanya. Kau berkata bahwa kau akan menjagaku baik-baik dan serius."

Wajah Han Zhan menunjukkan senyuman yang menyeringai seperti seekor harimau, "Ya, bagaimanapun juga, aku memang lembut dan perhatian, dan akan memberimu akomodasi."

Han Zhan kali ini benar-benar merayu Song Ci habis-habisan hingga wajah gadis itu memanas.

 --

Setelah meninggalkan rumah sakit, Mu Mian langsung pergi ke kantor untuk bekerja. Setelah selesai bekerja, ia pergi ke rumah sakit untuk menengok Mu Qiu. Ia baru tiba di rumah saat hari sudah gelap. Du Tingting selalu berada di rumah sakit sepanjang hari untuk menemani Mu Qiu. Setelah wanita paruh baya itu tiba di rumah, ia makan dan terlihat begitu kelelahan, sehingga ia memutuskan untuk mandi.

Entah apa yang terjadi akhir-akhir ini. Mungkin karena selalu bolak-balik pergi ke rumah sakit dan pulang, Du Tingting merasa sangat lelah dan ia kurang tidur.

Du Tingting hampir tertidur di bak mandi.

Saat Mu Mian tiba di rumah, ia tidak melihat Du Tingting di ruang keluarga. Ia langsung menuju ke dapur dan melihat Bibi Zhang yang sedang membersihkan kompor dan bertanya, "Di mana Nyonya?"

Bibi Zhang menjawab, "Nyonya langsung kembali ke kamar dan beristirahat setelah makan."

Bibir Mu Mian membulat. Ia melepaskan dasinya dan naik ke lantai atas.

Mu Mian mendorong pintu hingga terbuka, tapi ia bingung karena tidak melihat Du Tingting. Melihat pintu kamar mandi yang terbuka, ia langsung melangkah menuju ke kamar mandi dan melihat istrinya pingsan di dalam sana.

"Tingting!"

Mu Mian mengira Du Tingting pingsan. Ia mengerang dan nada suaranya menjadi lebih tinggi satu oktaf.

Mendengar suara erangan ini, Du Tingting langsung membuka matanya.

Begitu Du Tingting membuka mata, ia melihat Mu Mian yang duduk di tepi bak mandi dan menatapnya cemas. Du Tingting mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Mu Mian. Ia bertanya, "Kau sudah pulang? Mengapa aku bisa tertidur?"

"Kau tadi tidur?" Mu Mian merasa tak berdaya, "Malah kukira kau pingsan."

Du Tingting melingkarkan lengannya di leher Mu Mian dan dengan lembut berkata, "Gendonglah aku ke kamar. Aku sedang tidak ingin bergerak." Du Tingting tampak genit dan manja kepada suaminya. Sepertinya hal ini tidak memandang usianya sama sekali.

"Baiklah," kata Mu Mian yang sangat memanjakan Du Tingting.

Saat pertama kali Mu Mian mengenal Du Tingting, ia adalah mahasiswa tingkat dua jurusan Ilmu Komputer di Universitas Wangdong. Pada tahun 1996, perekonomian negara masih sangat tertinggal dan terbelakang. Jurang pemisah antara si miskin dan si kaya sangat lebar. Tahun itu, biaya perkuliahan mendadak naik. Uang kuliah Mu Mian mencapai 2.500 yuan dalam setahun.

Mu Mian berasal dari keluarga biasa. Dengan uang kuliah sebesar 2.500 yuan setahun, ditambah dengan biaya akomodasi sebesar 600 yuan dan lebih dari 200 yuan biaya hidup setiap bulan membuat keluarga Mu Mian tidak berdaya.

Namun, Du Tingting berbeda.

Du Tingting berasal dari keluarga kaya. Saat itu ia mempunyai sopir yang selalu mengantarnya pulang dan pergi ke kampus.

Saat Du Tingting masuk kuliah, Mu Mian yang bertanggung jawab menerima Du Tingting sebagai mahasiswa baru. Saat pertama kali Mu Mian melihat Du Tingting, ia mengenakan sepatu wedges berwarna abu-abu muda, gaun dengan kerah boneka berwarna putih, berambut panjang dan ikat rambut berwarna putih yang tampak sangat kebarat-baratan pada saat itu.

Du Tingting berdiri di depan pintu gerbang kampus dan banyak pasang mata memperhatikannya.

Saat Mu Mian pertama kali melihat Du Tingting, hatinya bukan lagi miliknya seorang diri, melainkan menjadi pemberontak dan selalu membabi buta.

Saat Mu Mian memegang tangan Du Tingting pertama kalinya, ia menjadi sangat gugup, hingga ia berjalan dengan tangan dan kaki bersamaan. Saat pertama kali ia mencium Du Tingting, punggungnya menjadi sebuah garis lurus. Saat pertama kali ia berbagi tempat tidur bersama, Mu Mian mandi di kamar mandi selama lebih dari satu jam, hingga semua kulitnya memerah.

Tak mudah bagi mereka berdua untuk bisa bersatu. Banyak orang yang tidak menyukai karena kombinasi antara lelaki miskin dan perempuan kaya mereka. Namun, dalam perjalanan cinta mereka, Mu Mian selalu menjaga Du Tingting dengan baik. Ia tidak berselingkuh ataupun main mata dengan gadis-gadis muda. Cinta mereka yang begitu dalam adalah kisah cinta yang bagus.

Selama 24 tahun, dari seorang gadis menjadi seorang istri, Du Tingting telah memberikan semua masa mudanya kepada Mu Mian. Sedangkan Mu Mian, dari seorang pemuda yang tidak punya apa-apa hingga menjadi kaya raya, hanya ada Du Tingting yang ada di sampingnya.

Mu Mian membaringkan Du Tingting di atas tempat tidur dan menatap wajah istrinya dengan dua kerutan tipis di sudut matanya. Alis Mu Mian bertautan dan bertanya, "Mengapa kau bisa tertidur di bak mandi? Apakah kau kelelahan karena setiap hari pergi dan pulang dari dan ke rumah sakit?"

"Mungkin saja."

Du Tingting terlalu malas mengenakan pakaian. Ia langsung membungkus tubuhnya dengan kain sutra dan dengan malas berkata, "Aku hari ini menelepon Song Song dan dia berkata bahwa dia tidak terluka serius. Gadis itu benar-benar membuatku tenang."

"Aku tahu kau mengkhawatirkannya." Mu Mian mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan kepada Du Tingting rekaman video saat ia berada di kamar rawat inap Song Ci. "Aku sudah merekamnya. Lihatlah."

Melihat Song Ci yang mengenakan penyangga leher, Du Tingting tersenyum. Song Ci benar-benar tampak bersemangat dan membuatnya lega. "Baguslah. Tapi, kenapa dia bisa mengalami kecelakaan? Jika Song Song benar-benar meninggal, aku tak berani membayangkan jika dia juga … "

Du Tingting mendadak menutup mata dan tidak tahan bicara lagi.

Qiutian jatuh sakit dan menjadi seperti itu. Jika Song Ci juga meninggal, Du Tingting pasti tidak akan tahan.

Du Tingting tidak berani menangis di hadapan Mu Mian, meski air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. "Suamiku." Du Tingting menempelkan pipinya ke telapak tangan Mu Mian dan bertanya, "Jika Qiutian tidak bisa menemukan jantung yang cocok, apa yang harus dilakukannya?"

Mu Mian tidak bisa menjawab.

Sikap Mu Mian yang membisu benar-benar menghancurkan hati Du Tingting.

"Kita tidak pernah melakukan dosa seumur hidup kita. Tapi, mengapa Qiutian bisa begini … " Du Tingting tidak bisa menahan air matanya lagi dan jatuh ke tangan Mu Mian.

Telapak tangan Mu Mian terasa terbakar. Jantungnya berdebar-debar, tapi ia berusaha menenangkan istrinya, "Tingting, tidurlah. Kutemani kau di sini."

Du Tingting mengusap pipinya di telapak tangan Mu Mian dan tidak bicara apa-apa lagi.

Beberapa saat kemudian, Du Tingting benar-benar tertidur. Mu Mian dengan lembut menarik dan menggosokkan telapak tangannya yang mati rasa dan pergi ke ruang belajar. Ada banyak hal yang tidak dimengerti olehnya.

Di manakah Song Fei berada?

Asalkan dia masih hidup, dia pasti meninggalkan jejak di kota ini. Namun, sepertinya Song Fei menghilang begitu saja seperti ditelan bumi dan sama sekali tidak ditemukan.

Apakah Song Fei sudah meninggalkan kota ini?

Atau ...

Alis Mu Mian tiba-tiba naik.

Apakah benar-benar Song Fei yang sadar malam itu?

Ada satu dugaan menyeramkan yang mendadak muncul dalam hati Mu Mian. 

Untuk memverifikasi dugaannya, Mu Mian segera menghubungi seorang detektif swasta.

"Tolong bantu aku memeriksa satu hal lagi … "

"Tolong bantu aku menemukan jejak aktivitas Song Ci pada tanggal 11 hingga 14 di Kota Shunchen."

"Makin cepat makin baik."

Mu Mian menutup telepon. Jantungnya berdetak semakin kencang.

Jika tebakannya terbukti benar, maka Song Ci benar-benar lihai dalam menyembunyikan sesuatu.

Song Ci sedang berada di rumah sakit dan ia benar-benar tak tahu bahwa Mu Mian sudah mencurigainya. Ia sangat merasa nyaman saat menyembuhkan luka-lukanya. Terkadang ia mengobrol dengan Yan Jiang dan membicarakan 'kucing'nya. Saat Han Zhan sedang senggang, ia akan mengirim beberapa pesan teks untuk menghiburnya.

Malam itu sudah larut malam dan waktu menunjukkan pukul 21.30.

Perawat datang memeriksa kamar rawat inap, mengukur suhu tubuh Song Ci dan secara rutin menanyakan kondisi fisiknya sebelum meninggalkan gadis itu. Saat perawat sudah meninggalkannya, Song Ci mengambil ponselnya dan memeriksa waktu yang hampir pukul 22.00.

Muncul pikiran buruk di hati Song Ci saat ia memikirkan jadwal kerja dan istirahat Han Zhan.

Ia membalik-balik ponselnya dan menemukan beberapa fotonya yang diambil sebelum cedera. Song Ci terlihat sangat seksi, sengaja berdandan, lalu berpose dengan sikap tubuh yang sangat menggairahkan. Bidikan acak itu sebanding dengan fashion blockbuster.

Song Ci memilih sebuah foto yang menurutnya memuaskan dan langsung mengirimkannya kepada Han Zhan.

Setelah mengirimnya, ia menunggu balasan Han Zhan dengan hati gembira.