Song Ci tanpa sadar menyembunyikan tas di belakang punggungnya. Ia diam-diam berkata kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak boleh boros dan membabi buta membeli barang-barang mewah.
Song Ci merasa malu dan ingin mengatakan sesuatu untuk mengalihkan perasaan itu. Ia tersenyum nakal kepada Han Zhan dan bertanya, "Apakah kakek luarmu pernah mengajarimu banyak hal? Apa lagi yang dia katakan padamu?"
Han Zhan menjawab, "Setiap kali nenekku bertengkar dengannya, nenek tidak mau memasak. Kakek akan menggoreng telur berbentuk hati untuk menyenangkan nenek. Saat itu, kupikir kakekku terlalu menyayangi nenek. Ia berkata kepadaku bahwa menantu perempuan seharusnya dimanja."
Namun, ada kalimat lain yang tidak diucapkan Han Zhan kepada Song Ci. Kata-kata kakeknya yang sebenarnya adalah ...
"Menantu perempuan harus dimanja. Jika tidak, ia akan dipukuli."
Dalam hati, Song Ci berpikir bahwa kakek luar Han Zhan sangatlah keren.
Song Ci bertanya lagi kepada Han Zhan sambil tersenyum, "Kalau begitu, kapan aku bisa jadi istrimu?" Song Ci berpura-pura malu dan mengedipkan matanya kepada Han Zhan, "Aku kan juga ingin dimanja olehmu."
Han Zhan menatap Song Ci sekilas, lalu menundukkan kepala melihat jam tangannya. Han Zhan mendongak dan mendadak berkata, "Hari ini hari Selasa, pukul 8.40 dan sekarang aku akan pergi ke catatan sipil. Waktunya tepat sekali."
Song Ci terperangah mendengar kata-kata Han Zhan.
"Hari ini aku tidak bisa," kata Song Ci dengan nada menyesal.
Han Zhan bertanya, "Kenapa?"
Song Ci menunjuk penyangga lehernya dan berkata, "Aku tidak mau mengenakan ini saat kita berfoto." Song Ci melihat pantulan dirinya di cermin reflektif di dalam lift. Sambil menyentuh penyangga lehernya, ia berkata, "Wanita tercantik di kota ini mengenakan penyangga leher dan melakukan foto pernikahan denganmu untuk surat nikah. Apa kau tidak takut akan ditertawakan waktu mengumumkannya?"
Mata Han Zhan menyiratkan senyuman, "Sayang sekali."
--
Dalam perjalanan ke rumah keluarga Mu, Song Ci berkata kepada Han Zhan, "Ini adalah pertama kalinya kau berkunjung ke rumahku sebagai kekasihku. Kau tidak boleh datang dengan tangan kosong. Kakak Han, apakah kau sudah mempersiapkan hadiah untuk orang tuaku? Jika tidak, kita berhenti di supermarket dan membeli sesuatu."
Han Zhan menjawab singkat, "Aku sudah beli."
Song Ci bertanya lagi, "Kau beli apa?"
"Aku membeli sebuah bros Channel dan sebuah pena pahlawan keluaran tahun 1949." Du Tingting adalah penggemar berat Channel, sedangkan Mu Mian adalah pencinta pena. Hadiah yang disiapkan Han Zhan memang tidak mahal, tapi sangat menggugah selera.
Tidak ada hadiah lain yang lebih cocok dari keduanya.
Song Ci menepuk bahu Han Zhan dan berkata kepadanya, "Bagus sekali, Kakak Han."
Han Zhan menjawab dengan nada menggoda, "Apakah ada hadiahnya?"
Setelah berbicara, Han Zhan terkejut sesaat.
Sejak kapan dia menjadi begitu naif?
Song Ci juga tak kalah terkejutnya. Ia melirik Han Zhan dari samping sambil memasang pose berani dan nakal, "Aku sudah memberikan ciuman pertamaku kepadamu hari ini. Hadiah apa yang kau mau?"
Song Ci menarik kerah kemejanya, lalu menunjukkan tulang selangkangannya yang seksi dan berkata lagi, "Jika ini tidak cukup bagimu, maka kau hanya bisa membayarnya."
Saat Han Zhan mendengar kata-kata Song Ci. Ia kewalahan, tapi ekspresi wajahnya masih tetap tenang. Ia menimpali, "Tunggu, yang ini masih belum waktunya."
Song Ci menanggapinya, "Apa kita masih harus menunggu hari pernikahan dan melakukannya di malam pengantin di kamar pengantin? Oh, aku sungguh tidak menduga kalau Kakak Han adalah orang yang masih konservatif."
"Bukan begitu," Han Zhan menampik, menggelengkan kepalanya.
Song Ci kebingungan menangkap maksud dari perkataan Han Zhan. "Kalau begitu, apa?"
Tangan kanan Han Zhan yang mengenakan sarung tangan mengetuk penyangga leher yang dikenakan Song Ci. Matanya tersenyum genit dan berkata dengan nada menggoda, "Tunggu sampai benda ini dilepas, maka kita bisa bersenang-senang."
Kata 'bersenang-senang' memang sungguh menarik.
Song Ci menatap Han Zhan, lalu memandangnya lagi dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kereta api kecil dalam hatinya telah mencapai Dataran Tinggi Tibet: Kakak Han bertubuh tinggi dan kuat, otot perut yang di bawah kemeja tipisnya begitu menjulang. Song Ci merasa puas dengan apa yang bisa dilihatnya. Sedangkan apa yang tak bisa dilihatnya tersembunyi di balik celana panjang yang rapi, yang tentu sangat mengejutkan saat ia melihatnya nanti.
Song Ci semakin malu saat memikirkannya, hingga membuat wajahnya memerah seperti kepiting rebus.
Han Zhan merasa geli saat melihat wajah Song Ci yang tiba-tiba memerah.
Apakah anak muda saat ini punya begitu banyak hal-hal jorok di otaknya?
Saat mereka sedang mengobrol, mobil yang dikemudikan Han Zhan tiba di luar kompleks Zi Jing. Song Ci menurunkan jendela mobil dan berseru kepada penjaga kompleks, "Tolong bukakan portalnya!"
"Oh, rupanya Nona Song!" Penjaga kompleks itu melemparkan pandangan matanya ke arah pengemudi dan melihat pria asing, tapi ia tidak banyak bertanya dan langsung membukakan portal untuk Song Ci.
Ini adalah kedua kalinya Han Zhan pergi ke Zi Jing. Suasana hatinya benar-benar berbeda dengan terakhir kali ia berkunjung ke tempat ini.
"Kita sudah sampai."
Song Ci membuka jendela mobil dan melambaikan tangannya kepada Du Tingting yang berdiri di depan pintu. Melihat siapa yang datang, Du Tingting segera membuka pintu gerbang dan membiarkan mobil Han Zhan masuk.
Han Zhan mengemudikan mobilnya sampai ke halaman. Mobil Volvo miliknya terparkir bersama mobil-mobil keluarga Mu yang merupakan merek terkenal, yang sebenarnya Han Zhan dilarang memarkirkan mobilnya di sana. Han Zhan turun dari mobilnya dan mengambil hadiah untuk calon mertuanya dari bagasi.
Song Ci meraih tangan Han Zhan dan berjalan hingga ke depan Du Tingting, lalu memperkenalkan pria itu, "Ibu, ini Han Zhan."
"Han Zhan, ini Ibuku."
Du Tingting memandang Han Zhan lekat-lekat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Han Zhan menundukkan kepalanya dengan lembut agar lebih mudah bagi Du Tingting untuk melihatnya.
Setelah puas melihat calon menantunya, Du Tingting berkata sambil tersenyum, "Song Song, kau telah menemukan seorang pria yang tinggi besar untuk keluarga kita." Tinggi Du Tingting hanya 160an sentimeter, yang mengharuskannya menengadahkan kepala untuk memandang Han Zhan. "Tuan Han, terima kasih sudah mengantarkan Song Song kami pulang. Aku juga berterima kasih kepadamu, yang telah membawa Song Song ke rumah sakit tepat waktu saat itu."
Han Zhan menundukkan kepala dan melirik Song Ci sambil tersenyum dan berkata kepada Du Tingting, "Aku lah yang harus berterima kasih kepada Bibi, karena sudah membesarkan gadis yang luar biasa untukku."
Jantung Song Ci berdebar-debar, seperti hendak meledak saat mendengarnya.
Du Tingting juga merasa kata-kata Han Zhan terlalu manis. Mana mungkin ada wanita yang tidak menyukai pria tampan.
"Di luar sangat panas. Ayo, kalian masuk." Senyum Du Tingting menjadi lebih hangat. Ia berjalan di depan, sedangkan Song Ci dan Han Zhan mengekor di belakangnya sambil bergandengan tangan.
Saat berjalan, Du Tingting berkata, "Paman Mu masih di kantor. Sebentar lagi ia akan pulang untuk makan siang." Saat masuk ke ruang tamu, Du Tingting meminta Han Zhan untuk duduk, "Duduklah, santai saja. Anggap saja rumah sendiri."
"Terima kasih." Setelah Han Zhan duduk, ia melihat bahwa senyuman di wajah Song Ci mendadak menjadi kaku dan tidak wajar seperti biasanya saat mereka masuk. Ia menduga Song Ci sedang memikirkan sesuatu yang kurang menyenangkan, ia menoleh dan bertanya kepada Song Ci, "Apa kau keberatan membawaku ke kamarmu?"
Song Ci menghela napas lega. "Tentu saja tidak."
Ada sesuatu yang harus dilakukan Du Tingting, sehingga Song Ci membawa Han Zhan ke kamarnya.
Kamar Song Ci cukup besar dan ada kamar mandi dalam serta ruang ganti berukuran kecil. Ruang ganti itu diisi dengan berbagai macam pakaian yang indah, yang sekilas harganya terlihat mahal.
Song Ci menganggap Han Zhan adalah seorang asisten rumah tangga dan ia merasa malu membiarkannya melihat kamarnya yang penuh dengan pakaian. Ia takut Han Zhan menduga bahwa ia adalah tipe orang yang menyembah uang. Sehingga, begitu mereka masuk ke dalam kamar, yang dilakukan Song Ci pertama kali adalah menutup pintu ruang ganti.
Han Zhan memperhatikan gerak-gerik Song Ci. Meski ia cukup penasaran dengan apa yang disembunyikan Song Ci di ruang gantinya, tapi ia sama sekali tidak menanyakannya.
Han Zhan duduk di tempat tidur Song Ci dengan sopan dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar gadis itu.
Kamar Song Ci benar-benar kamar seorang gadis muda. Penutup kepala tempat tidurnya berwarna hijau tua. Meja riasnya dipenuhi dengan botol perawatan kulit yang lembut dan mahal. Ada sebuah laptop di atas meja yang bagian atasnya ditempeli dengan karakter kartun yang tidak dikenal Han Zhan. Sedangkan rak buku di sampingnya penuh dengan buku.
Secara kasar, buku-buku yang ada dibagi menjadi tiga kategori, yaitu buku penerbangan profesional, album musik, dan lebih dari selusin buku bedah profesional.
Buku bedah?
Han Zhan memandang Song Ci dengan bingung. Gadis itu berdiri di depan ruang ganti dan menunjukkan postur tubuhnya yang menawan dan mempesona. Saat melihat tatapan mata Han Zhan tertuju kepadanya, Song Ci sengaja memberi tatapan rahasia kepadanya.
Han Zhan terdiam, seperti tersihir.
Siluman wanita!
Kegenitan Song Ci saat ini sudah melebihi Jin Ping Mei (T/N: sebuah novel erotis di zaman Dinasti Ming) daripada buku medis yang ada di rak buku gadis itu!