Han Zhan mandi tepat waktu pada pukul 21.30.
Setelah mandi, waktu menunjukkan pukul 21.45. Cuaca hari itu sangat panas meskipun Han Zhan berada di rumahnya sendiri. Han Zhan mengenakan handuk mandi dan turun ke lantai bawah untuk mengambil air. Setelah minum air, ia naik ke atas, melepas handuk mandi dan memakai pakaian tidur untuk musim panas.
Saat ia duduk di atas tempat tidur, kebetulan waktu sudah menunjukkan pukul 21.54.
Masih ada waktu enam menit sebelum tidur.
Sebelum tidur, Han Zhan memasang ponselnya dalam modus senyap dan itu sudah merupakan kebiasaannya. Ia mengangkat telepon di samping meja tempat tidur, menekan tombol buka kunci, dan melihat pesan WeChat yang belum dibaca atau foto dari Song Ci.
Han Zhan membuka kunci ponselnya, masuk ke WeChat dan membuka antarmuka obrolan antara dirinya dan Song Ci. Semua perhatiannya tertuju ke kaki jenjang dan ramping di foto tersebut.
Han Zhan mengerutkan kening dan membuka foto yang dikirimkan Song Ci.
Song Ci sedang duduk di atas sebidang rumput hijau. Ia mengenakan pakaian olahraga yang tampak segar. Ia mengenakan kamisol putih dan pakaian dalam olahraga berwarna hitam di dalamnya. Tali pakaian dalam yang dikenakan di tulang selangkangannya menampilkan tubuhnya yang seksi dan halus, memberikan kesan ia sedang melakukan kejahatan.
Song Ci duduk di atas papan luncur. Song Ci terlihat sedang mengikat sepatu ketsnya sambil menunduk. Rambut panjangnya yang cantik dikuncir kuda dan tinggi. Dengan riasan tipis yang menghiasi wajahnya, Song Ci terlihat sangat cantik tanpa mengenakan perhiasan di tubuhnya.
Song Ci, dengan tubuhnya yang setinggi 171 sentimeter, tak hanya mempunyai sepasang kaki yang jenjang, putih dan indah, tapi juga mempunyai sepasang tangan yang ramping.
Han Zhan hidup hingga usia 32 tahun dan selama ini telah melihat wanita cantik yang tak terhitung jumlahnya, tapi tidak ada seorang pun dari mereka yang secantik Song Ci.
Song Ci, yang merupakan wanita tercantik, otot dan tulangnya sedingin es. Ia sungguh menawan, tapi tak terlihat palsu.
Saat Han Zhan menatap foto-foto itu dengan bingung, Song Ci mengirimkan pesan lain.
Song Ci: [Kakak Han, apakah aku cantik?]
Han Zhan: [Nona Song … ]
Song Ci: [Bagaimana dengan yang ini?]
Hah?
Han Zhan masih bingung, tapi Song Ci sudah mengirimkan foto dirinya yang lain.
Han Zhan membuka foto yang dikirimkan Song Ci. Saat ia melihat Song Ci yang mengenakan riasan dengan begitu jelas, ia merasa terkejut. Ia merasa ponsel di telapak tangannya terasa sangat panas dan ia ingin melemparnya. Namun, ia merasa enggan karena hatinya seperti tersiram air panas dan melepuh.
Yang terakhir dikirimkan Song Ci adalah foto pribadinya. Di foto tersebut, gadis itu mengenakan sweter berwarna biru muda yang memperlihatkan bagian punggungnya. Ia berlutut di tempat tidur, memegang kerah sweter dengan kedua tangannya untuk menutupi dagunya. Bibir Song Ci yang berwarna merah seperti ceri melengkung ke atas, terlihat begitu lembut dan menawan. Sepasang matanya yang indah menatap Han Zhan dengan penuh cinta.
Sungguh menyakitkan bagi Han Zhan di usianya yang ke-32 tahun menghadapi godaan seperti itu.
Song Ci tidak sabar menunggu balasan Han Zhan. Ia terus bertanya: [Kakak Han, apakah yang ini cantik?]
Setelah beberapa lama kemudian, Han Zhan membalasnya dengan pesan: [Pakaian yang bagus].
Setelah membalas pesan Song Ci, Han Zhan menonaktifkan ponselnya dan melemparkannya ke nakas. Ia tidak peduli lagi apa yang dikirimkan Song Ci berikutnya. Han Zhan tidak melihatnya lagi. Ia berbaring di atas tempat tidur dengan kedua lengannya sebagai sandaran, tiba-tiba ia menyingkirkan selimut tipisnya dan bangun. Ia menarik sandalnya dan turun ke lantai bawah dan menuangkan segelas air dingin.
Setelah minum air dan kembali ke kamar, Han Zhan melirik jam dinding ...
Sudah pukul 22.20.
Song Ci benar-benar tak bisa menahan tawa saat membaca balasan dari Han Zhan. Ia merasa sungguh menarik menggoda orang seperti Han Zhan. Ia membaca balasan pesan yang terakhir dari Han Zhan dan ia bisa membayangkan Han Zhan sedang mengerutkan kening kebingungan.
Han Zhan mengalami mimpi yang kacau.
Saat ia bangun keesokan harinya, ia pergi ke ruang kerja lebih dulu.
Setelah Han Zhan duduk, ia dengan serius membuka sebuah buku catatan yang sampulnya terbuat dari kulit berwarna hitam. Di halaman pertama buku catatan itu tertulis Peraturan Rumah Keluarga Han.
Peraturan Rumah Keluarga Han.
Satu. Tidur lebih awal dan bangun lebih cepat. Tidak boleh tidur lebih dari pukul 22.00. Tidak boleh bangun lebih dari pukul 6.30.
Dua. Gunakan mata dengan hati-hati dan hindari bermain ponsel dan komputer dalam waktu lama.
Tiga. Waktu makan sudah ditentukan. Diharuskan sarapan.
Pagi ini, ada aturan tambahan yang akan diterapkan dalam Peraturan Rumah Keluarga Han.
Empat. Dilarang mengenakan pakaian yang terlalu terbuka (yang berlebihan adalah mengacu pada punggung, paha, dan dada terbuka).
Setelah menuliskannya, Han Zhan mengembuskan napas lega.
Seorang peri akan segera tinggal di rumah itu, jika Han Zhan tidak mengadakan perjanjian dengan peri itu mengenai tiga aturan sebelumnya, maka peri itu akan melewati batas.
--
Song Ci bangun pagi-pagi sekali. Setelah bangun, ia pergi ke taman bermain rumah sakit dan berjalan-jalan di sana. Ia membeli sarapan dan bersiap kembali ke kamarnya untuk makan. Besok ia sudah boleh keluar dari rumah sakit dan suasana hatinya sangat baik hari ini.
Saat Song Ci kembali ke kamarnya, ia mendapati Du Tingting sudah datang.
Du Tingting membawakan sarapan yang lezat untuknya. Wanita paruh baya itu sedang duduk di bangku di ujung tempat tidur dan sedang memainkan ponselnya. Song Ci hendak menyapanya saat mendadak ponsel di sakunya berdering.
Ketika mendengar suara dering ponsel, Du Tingting buru-buru menoleh dan melihat Song Ci.
"Song Song, dari mana saja kau? Ibu yang meneleponmu."
Song Ci mengeluarkan ponsel dari sakunya dan melihat ternyata Du Tingting yang meneleponnya. Ia mengembalikan ponselnya ke sakunya, mengangkat kepalanya dan tersenyum kepada Du Tingting, "Ibu, mengapa Ibu datang sepagi ini?"
Song Ci berjalan ke tempat tidur dan duduk. Ia meletakkan sarapannya yang sudah dibungkus di nakas di samping tempat tidurnya dan ia melihat ada kotak makanan yang lain. "Apakah Ibu membawakanku sarapan?"
Du Tingting berdiri dari tempat duduknya. Ia membuka kotak makanan dan berkata kepada Song Ci, "Ibu sudah memasak asinan kubis dan mi ikan untukmu. Ibu sudah memisahkan sup dan mi-nya supaya tidak lembek." Mi yang sudah dimasak direndam dalam air dingin dan asinan kubis. Sedangkan ikan dan supnya disajikan dalam mangkuk besar.
Du Tingting mengeluarkan mi dari air dingin dengan sumpit, lalu memasukkannya ke dalam mangkuk sup dan diaduk dengan menggunakan beberapa sumpit.
Song Ci menatap ikan yang diiris dengan asinan kubis malam itu, mendadak hidungnya terasa masam.
Karena kedua orangtuanya sudah meninggal dan kakaknya mati otak, saat ia dibawa ke rumah keluarga Mu, untuk beberapa saat lamanya, Song Ci merasa depresi dan tidak bisa makan apa-apa. Du Tingting jarang memasak sendiri, tapi saat melihat Song Ci tidak punya nafsu makan, ia membuatkan seporsi mi dengan asinan kubis dan ikan secara khusus untuk dirinya.
Saat itu, Song Ci ingin menyenangkan hati Du Tingting, sehingga ia memutuskan untuk menghabiskan mi tersebut. Sebenarnya, Song Ci tidak terlalu suka memakan mi ikan dengan asinan kubis, tapi Du Tingting suka makan mi.
Saat Du Tingting meninggal di kehidupan sebelumnya, Song Ci sudah menikah dan masuk ke keluarga Cheng.
Saat mengetahui bahwa Du Tingting sakit parah, Song Ci pergi ke rumah sakit dan menjenguknya. Saat itu, ia sedang bertengkar hebat dengan Cheng Zi'ang dan mengalami luka di tulang selangkangan dan dadanya. Ia khawatir Du Tingting mengetahui keadaannya, maka Song Ci mengenakan kemeja konservatif dan merias wajahnya dengan warna cerah.
Du Tingting tahu bahwa Song Ci mengalami masa-masa buruk sejak menikah dan masuk ke keluarga Cheng. Sementara itu, Mu Mian dan Mu Qiu tidak ada di sana, Du Tingting menarik tangan Song Ci dan menceritakan isi hatinya. Ia meminta Song Ci agar menceraikan Cheng Zi'ang dan mengatakan bahwa ia cantik dan luar biasa, sehingga tidak perlu menghabiskan hidupnya di rumah keluarga Cheng.
Selama dua tahun, Mu Mian mengalami banyak masalah di perusahaannya dan ia tidak balik modal. Saat itu, Song Ci sangat bersyukur dan berterima kasih atas perhatian keluarga Mu terhadapnya, sehingga ia tidak bisa menceraikan Cheng Zi'ang. Namun, Song Ci merasa sedih setiap kali ingat setiap kata-kata bijak dan pesan Du Tingting kepadanya sebelum meninggal.
Sekarang tampaknya keluarga Mu benar-benar mencintainya seperti anak kandung dan hanya Du Tingting yang memperlakukannya seperti ini.
"Kau pasti tidak nyaman makan sendiri dengan mengenakan penyangga leher seperti itu, kan?" Du Tingting memegang mangkuk mi dengan kedua tangannya dan berkata kepada Song Ci, "Kalau begitu, aku akan menyuapimu, ya? Ketika kau datang ke keluarga kami saat usiamu 14 tahun, aku belum pernah menyuapimu sama sekali."
Song Ci hampir menangis mendengar kata-kata Du Tingting.
"Baiklah. Maafkan aku jadi merepotkan Ibu."
"Bicara apa kau ini. Aku kan memang ibumu."
Du Tingting menyuapi Song Ci sedikit demi sedikit, sambil menceritakan kejadian yang terjadi baru-baru ini di rumah.