Rian yang sampai di rumah langsung masuk kerumahnya dengan tergesa dan sedikit kesal, dalam benaknya hanya timbul pertanyaan kenapa Nuri bisa se ramah itu kepada Kim yang baru dikenal ya tapi tidak sama dengan sikapnya kepada Rian, sambil telentang di kamarnya dengan masih memakai sepatu, Rian duduk dan mengambil handphonenya, menelepon Doni dan meminta agar segera kerumahnya, setelah menelepon. Rian pergi ke kamar mandi dengan membawa handuk di bahunya,setelah mandi dan menyantap makan malam, handphone rian berdering, kontak dengan tulisan papi, menjelaskan kalau orang yang meneleponnya adalah sang papi, rian segera mengangkat telepon dari sang papa
"iya pi, papi apa kabar" jawab rian mangangkat telephone papinya
"kamu dimana sekarang," tanya papi rian dengan suara tegas dengan kata - kata yang lembut
"dirumah papi, ada apa tumben papi telpon," tanya rian penasaran dengan nada yang tetap sopan
Papi ada janji dengan teman lama, makan malam dirumahnya, kamu temenin papi sama mami ya, kita dah lama nggak ketemu lho, okey papi tunggu sejam lagi kita berangkat, kamu cepet kesini ya, kata papi sambil menutup telepon
Rian yang tak sempat bertanya apalagi menolak, langsung meletakkan handphonenya di ranjang kemudian berlari kecil mencari setelan jas yang akan dia kenakan, lemari pakaian lima pintu yang semuanya terbuat dari kaca, serta berbagai macam jenis dan merk jam tangan yang tersusun rapi didalam sebuah laci yang mewah, deretan dasi yang terdiri dari bermacam warna, semua tersusun rapi di ruangan berukuran minimalis di dalam kamar rian, pilihan rian jatuh pada setelan jas berwarna abu muda, membuat kesan pria yang kaya jelas terlihat, rian pun segera pergi kerumah orang tuanya, sesampainya disana mami dan papi rian sudah siap berangkat dengan pakaian yang tanpa disengaja senada dengan rian, keluarga rian kemudian berangkat menggunakan mobil mewah berwarna. Hitam milik keluarga rian.
Nuri yang sampai didepan rumah,turun diikuti oleh Kim yang juga turun dari mobil, sambil melipatkan tangannya di atas mobil, Kim melihat ke arah Nuri lalu tersenyum indah, saat senyum mengembang di bibir Kim, Nuri pun merasakan ada yang aneh sama halnya seperti yang ia rasakan pada Rian, wajah Nuri memerah dan membuat hati Kim semakin tertarik kepada nuri
"imut banget ni cewek kalo mukanya merah gini" ungkap Kim dalam hati
"kenapa aku deg - deg an juga ya liat Kim senyum kenapa sih aku, tiap cowok ganteng senyum aku deg - deg an mulu" ucap Nuri bertanya pada dirinya sendiri,
Nuri mengucapkan terimakasih kepada Kim, mia yang masih didalam mobil, menggoda Nuri dengan melambaikan tangannya meminta Nuri membungkukkan badan agar ia dapat membisik kan sesuatu
"kamu jangan gitu semuanya di demenin, sisain aku satu ya, yang mana aja boleh deh" bisik mia membuat wajah Nuri kembali merona,
"daa Nuri, (Kim melambai kemudian masuk ke dalam mobil) kamu rumahnya dimana mia??? Tanya Kim sambil menghidupkan mesin mobil nya"
"nggak jauh dari simpang perumahan tadi ko Kim" jawab Mia menjelaskan
"lho ko kamu nggak minta turun disana tadi, berarti lewat rumah kamu dulu dong baru ke rumah Nuri" tanya penasaran kim
"iya emang tujuannya gitu sih, tapi aku mau ikutin kamu!!!" ucap Mia sambil sedikit terkekeh melihat ekspresi wajah Kim dan telinganya yang merah,
"kenapa ngikutin aku" Kim masih penasaran
"kan kamu tujuan hidup aku" jawab mia sambil tertawa terbahak - bahak dan menepuk lengan atas Kim, suasana pun mencair dan berubah ceria, Kim yang ikut tertawa terus melaju hingga sampai ke rumahnya mia, mia pun turun membuka pintu mobil, dan menutupnya kembali kemudian menundukkan kepala agar dapat dilihat oleh Kim dari dalam mobilnya untuk mengucapkan terima kasih sambil melambaikan tangan, sewaktu akan berbalik untuk masuk kedalam rumah, Kim memanggil Mia
" Mia ( teriak Kim memanggil), saat mia berbalik Kim menunjukkan jari telunjuk dan ibu jari yang saling terikat membentuk hati ala korea, sharangeee teriak Kim sambil tertawa geli" wajah mia merona namun ia tau kalo Kim hanya bercanda,
"sialan kamu kata mia sambil tertawa dan menunjuk Kim" teriak mia
Kim lalu menjalankan mobilnya dan melaju kencang menuju rumah nya,
Nuri yang sampai didepan rumah, mengetuk pintu, tapi saat akan mengetuk, ibu juga membuka pintu, lalu terkejut melihat Nuri sudah ada didepan pintu
"astaga," ucap ibu
"akhirnya kamu pulang, buruan masuk, mandi trus siap - siap, bentar lagi temen ayah mo dateng, nggak enak kalo kita belum siap"
"iya ibu Nuri mandi dulu ya" Nuri lekas masuk menuju kamar nya untuk bersiap - siap, selesai bersiap dan duduk diruang tamu bersama ayah dan bunda, menunggu tamu istimewa yang akan datang
Tak lama bel pun berbunyi, ibu segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang, saat pintu dibuka, rian dan keluarganya menyapa ibu Nuri dengan senyuman, ibu mempersiapkan tamu yang dinanti, untuk duduk ditempat yang sudah disediakan, saat rian memasuki rumah Nuri, pandangan rian tertarik kepada gaun putih tanpa lengan yang panjangnya sampai kelutut, rambut panjang hitam terurai, bibir merah dan hidung yang pesek namun imut, kulit kuning langsat yang terlihat indah, rian melihat dari ujung kaki hingga ke wajah merasa pernah bertemu dan kenal dengan wanita itu
Tak berselang lama Nuri dan Rian pun sling terkejut sambil berkata "lho kamu, ko disini ngapain," kata yang kompak keluar dari mulut mereka dengan saling menunjuk satu sama lain, membuat kedua orang tua mereka terheran dan bingung melihatnya, sambil tertawa pelan, ayah Nuri berkata
"sepertinya anak - anak kita sudah saling mengingat sepertinya ya wil" tegur ayah Nuri kepada papi rian yang memiliki nama, william
"ahhh benar sepertinya Adam, mereka sudah saling mengingat dan mengenali satu sama lain," seluruh keluarga tertawa lepas, mereka duduk dibangku masing - masing untuk segera memakan jamuan yang sudah disediakan tuan rumah,
Ibu mempersiapkan keluarga rian untuk menyantap hidangan yang telah disediakan, sambil trus menyuap makanan, kedua orang tua mereka saling berbincang, rian dan Nuri sesekali saling menatap, bertanya dalam hati masing - masing
"jadi temen ayah, papi nya rian, beda banget ama orang tuanya, papi maminya ramah banget, lha anak nya hehhhh" Nuri menggeleng- gelengkan kepalanya sedikit
"ternyata ketemu lo Nuri, semoga dengan ini lo inget, kalo kita pernah saling sayang dimasa kecil" tatap rian ke wajah Nuri dengan sedikit sendu,
Mereka saling membuang muka, wajah merona diantara keduanya, menandakan kalau perasaan selain teman sekelas mulai tumbuh,
Acara makan pun selesai, ayah, bunda, papi, dan mami, bercerita di taman belakang menikmati udara sekar yang dikelilingi pohon pohon rindang, Nuri yang duduk diayunan jauh dari pada orang tua mereka, bersandar dan bernyanyi kecil sambil menatap bintang dilangit, ayunan berhenti sejenak, Nuri melihat siapa yang naik, rian duduk menghampiri Nuri duduk tepat dihadapan Nuri, Nuri yang grogi bertanya dengan terbata - bata,
"ngapain kamu ikut kesini, nggak da tempat lain apa" tanya Nuri pura - pura mengeluarkan eksperi kesal untuk menutupi jantungnya yang berdebar - debar karena duduk begitu dekat dengan rian
Rian mendekatkan wajah nya ke wajah Nuri lalu berkata
"kenapa emangnya gue cuman mo liat wajah lo yang biasa aja ini," kata rian sambil menatap mata Nuri dan senyum mengejek,
Nuri yang menyadari rayuan dari rian,terus mundur hingga tersadar kebelakang, karena rian terus mendekatkan wajahnya kepada Nuri,
"lo bener - bener nggak inget gue" tanya rian sambil menyentuh bibir Nuri, dan memegang dagu Nuri, ingin mencium bibir Nuri, namun kembali lagi duduk ditempat semula sambil tertawa puas
Nuri yang gemetar hanya terpaku serta tak bisa mengatakan apa - apa wajahnya merona dahinya mengeluarkan sedikit keringat, tingkahnya seperti orang sedang takut, juga panik.
Melihat tingkah Nuri, Rian tersenyum dan berkata dalam hati "lo masih gadis gue yang dulu, nggak berubah sama sekali, polos dan gemesin," senyum rian
Nuri yang malu termenung merasa pernah merasakan perasaan yang sama, namun masih terus mengingat dimana,
"deg - deg an ini kayaknya aku pernah ngerasain tapi dimana ya, nggak mungkin aku nggak inget, orang selama ini nggak pernah pacaran, apa cinta monyet dulu kecil ya," fikir Nuri dengan heran
Rian berdiri dan berkata "lo bener nggak inget?, ya udah kalo gitu gue pergi dulu ya ntar kalo dah inget kita ngomong lagi," kata rian sambil turun melangkah dari ayunan, saat rian akan menjauh, Nuri mendadak mengingat sesuatu,
"oh iya waktu di desa dulu waktu main rumah - rumahan sama,,,,,,,,," fikir Nuri sambil terus mengingat,
Nuri segera bangun dari duduknya lalu mengejar rian dan memeluk erat rian dari belakang, Rian kaget bukan main, ia tertegun sebelum berbalik melihat Nuri, Nuri kembali memeluk rian, terisak dan berkata
" maafin aku rian, aku terlambat mengingat mu" kata Nuri dengan suara lirih
Rian terkejut dan memegang lembut pipi Nuri dengan kedua tangannya, menatap mata yang berlinang air mata, mata rian ikut berkaca, cinta yang sudah ditunggu selama 10 tahun akhirnya datang didepan mata.
"Nuri lo inget, panggilan kita waktu kecil dulu,waktu kita main dulu" tanya rian bersemangat
"mimo dan pipo" jawab Nuri sambil tersenyum membuat wajahnya sungguh terlihat polos dan imut
Rian memeluk Nuri erat, beban penantian akhirnya lepas, saat mereka berpelukan, terdengar suara orang tua mereka yang bingung mencari anak mereka karena tak bersama mereka,
"Nuri,,,,,, Rian,,,, ayo kita lanjut acara barbekyuan," teriak ayah nuri
Rian melepaskan pelukan Nuri, mengusap air mata diwajah Nuri dengan lembut, namun Nuri meletakkan kedua telapak tangan rian ke pipinya dan berkata, "mungkin karena aku lupa kamu selama ini makanya nggak pernah dapet pacar" Nuri tersenyum sambil mengusap air matanya
Tawa rian mendadak pecah mendengar Nuri berkata, karena bahasanya yang terdengar lucu dengan situasi yang terjadi
"hi,, hi,,,, hi,,, ok lucu dengernya kalo kamu nangis sambil ngomong begitu, situasi nya nggak cocok,
Sambil tertawa Nuri mengusap air matanya dan berkata "iya aneh didengernya ya, kita lagi reunian tapi aku malah curhat, nggak dapet fill nya" canda Nuri
Udah ayok kita balik, orang tua kita dah nungguin, tarik rian sambil menggenggam tangan Nuri, Nuri hanya melihat dan menerima sambil tersenyum tangan nya digenggam rian dan mengikuti rian,