Chereads / COUPLE WORLD FOR 'JOMLO' / Chapter 21 - CWFJ 21 : Sekelebat Ingatan Lama

Chapter 21 - CWFJ 21 : Sekelebat Ingatan Lama

Nea masuk ke dalam sebuah ruangan berpintu emas. Di sana sudah ada dua orang gadis muda, satu set meja rias besar, dan juga alat make up beserta kelengkapan make up yang sangat banyak.

Begitu banyak pilihan lipstik, bedak, eye shadow, foundation, concealer, pensil alis, masker bubuk, masker peel off dan lain-lain.

Semua kebutuhan dan alat make up itu ditempatkan sendiri-sendiri sesuai jenisnya. Bahkan menurut Nea, ruangan itu sepertinya sangat cocok dijadikan toko make up saja. Bagi semua wanita yang melihat ruangan ini, pasti senangnya bukan main. Layaknya menemukan harta karun berharga yang tiada tandingannya.

Pertama-tama Nea di suruh duduk menghadap meja rias. Kemudian dua orang gadis cantik itu mulai membersihkan permukaan wajah Nea dengan pelan. Pergerakan tangan mereka sangat lembut.

Nea merasakan teksture lembut dan dingin. Wajahnya dipakaikan toner dengan kapas lembut.

Setelah toner itu kering, Nea mulai dirias dengan look natural yang terlihat flawless. Warna nude dan soft pink adalah kesukaan Nea. Dan dua gadis itu merias wajah Nea benar-benar seperti yang Nea mau.

Gaya rambut Nea yang lurus itu dipotong bentuk layer. Nea diam saja ketika rambutnya dipotong seperti itu. Karena hasil akhirnya setelah dicatok dalam, ternyata terlihat sangat bagus dan cocok untuk wajah Nea yang oval.

Setelah itu, rambut Nea bagian kiri diambil sedikit dan dikepang. Kemudian kepangan itu di jepit ke belakang.

Selesai.

Nea sudah siap. Gadis itu terlihat sangat cantik dan anggun. Dress yang terkesan dewasa itu, kini terkalahkan oleh gaya rambut Nea yang membuatnya terlihat lebih muda seperti gadis yang masih berusia awal dua puluh tahunan.

"Wow, bangus banget." Gumam Nea yang mengomentari dirinya sendiri di depan cermin.

Dua gadis itu tersenyum pada Nea. Mereka merasa puas jika si empu yang dirias sangat menyukai hasil riasan tangan mereka.

"Apakah aku sudah boleh keluar?" Tanya Nea.

Dua gadis itu menganggukkan kepala. Mereka berdua tidak ada yang berbicara pada Nea. Apa mereka bisu? Hush! Tidak, mereka tidak bisu. Hanya saja Nea berstatus sebagai tamu khusus si pria maskulin dan tidak memiliki guide. Jadi Nea tidak bisa berbicara dengan siapapun kecuali atas ijin pria maskulin.

Kemudian dua gadis itu mengantar Nea sampai pintu dan membukakakn pintu itu. Wajah mereka berdua tetap saja ramah sejak awal mendadani Nea.

Nea meringis kecil dan mengucapkan terima kasih. Badannya hendak berbalik namun sudah ada yang berdiri menghadapnya dengan tatapan tajam.

Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan si pria maskulin itu.

Nea mendengus. "Kau mengagetkanku saja!!" Gerutunya kesal.

"Ikut denganku." Perintah pria maskulin itu dan berjalan mendahului Nea.

Hal inilah yang paling tidak disukai Nea. Selalu saja ada kata 'Ikuti aku!' atau 'Ikut denganku!'. Rasanya Nea sudah mirip sekali dengan tawanan mafia. Harus ikut dan mau melakukan apa yang diperintahkan.

Si pria maskulin itu menghentikan kedua langkah kakinya di depan pintu ruangannya sendiri. Pria itu berdiri dengan jarak satu meter di depan pintu ruangan pribadinya.

Nea tertegun. Mengapa berhenti dan berdiri diam?

Pria maskulin itu mendecakkan lidahnya. Kemudian menarik pelan tangan kiri Nea dengan tangan kanan hangatnya. Tubuh Nea yang lebih mungil dari dirinya itu mau tak mau berdiri di dekatnya.

Nea tentu saja sedikit terkejut. Namun kini ia paham. Mereka berdua pasti akan turun ke bagian lantai yang lain. Dan kini Nea berdiri di atas lantai awan persegi ukuran 2x2 meter.

Tak lama, lantai awan itu anjlok turun dengan cepat. Kalau Nea punya oenyakit jantung, sudah pasti ia langsung merasakan nyeri dada saat ini juga.

'Gila!! Bikin kaget aja! Mana gak ngomong kalau mau ngajakin turun!! By the way, liftnya ternyata cuman terletak di depan ruangannya si pria maskulin ini ya? Ck, pantesan aku nyari di mana-mana gak ada. Tapi cara pakainya gimana? Gak ada tombol apa-apa buat mencet mau turun atau naiknya. Apa menggunakan telepati otak?' Batin Nea dalam hati.

Tanpa sadar, tangan kanan pria maskulin itu masih menggenggam pergelangan tangan kiri Nea.

Nea baru saja mau menegur pria itu karena masih menggenggam tangannya. Namun, tiba-tiba Nea merasa mengingat sesuatu di kepalanya.

Lift itu masih turun. Namun kini Nea merasa sedikit pusing dan memejamkan kedua matanya. Ia mengalami sebuah ingatan yang sudah lama tidak ia ingat.

Sekelebat ingatan itu, Nea melihat ada seorang laki-laki kecil yang mengulurkan tangan padanya. Wajah anak lelaki itu tidak asing. Nea meringis kecil karena disusul ada bunyi ngiiinngg di telinga kanannya.

Kemudian tangan kanannya segera memegang kepalanya di bagian pelipis kanan. "Aaahh.." ringis Nea kesakitan kemudian bruk!.. gadis itu terjatuh begitu saja di lantai lift.

Alhasil, genggaman tangan pria maskulin itu terlepas.

Pria maskulin itu terkejut. Ia sedikit berjongkok dan memeriksa keadaan Nea. Ia juga memanggil-manggil nama Nea. Namun sepertinya Nea tidak mendengar panggilannya. Gadis itu masih meringis kesakitan.

"Hei, kau kenapa?" Tanya pria maskulin itu.

Nea mulai mendengar suara pria maskulin. Ia menggelengkan kepalanya. Dan kini pusingnya mereda.

Lift awan itu sudah berhenti. Mereka sudah berada di lantai yang dituju.

Nea mengehembuskan napasnya pelan. Kedua matanya kembali terbuka namun napasnya terengah. Sesuatu yang muncul begitu saja diingatannya tadi itu Nea sangat yakin itu bukan sebuah mimpi. Itu adalah serpihan ingatan masa kecil yang tidak Nea ingat selama belasan tahun lamanya.

"Nea.. kau tidak apa-apa? Mengapa kau merasakan sakit di sini? Ada apa?" Tanya pria maskulin itu yang terlihat panik. Karena baru kali ini ada yang terlihat kesakitan di dunia imajinasi seperti ini.

Nea menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Tapi sekarang aku baik-baik saja." Ujarnya. Sakit kepalanya hilang begitu saja dan ia kini tidak merasakan sakit apapun. Ini benar-benar aneh.

Pria maskulin itu membantu Nea berdiri. "Berdirilah. Apa kau membutuhkan waktu untuk istirahat?"

"Ah, tidak. Aku baik-baik saja."

"Sungguh?"

Nea mengangguk. Dan pria maskulin itu menghembuskan napas besarnya sangat jelas. Raut wajahnya dempat terlihat panik untuk sejenak, namun kini pria itu kembali bersikap tenang dan menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, kurasa kita harus menyelesaikan ini dengan cepat." Ucap pria maskulin itu.

Nea diam saja. Mau tak mau ia menuruti perintah pria maskulin itu.

Mereka berdua segera menuju ke luar. Tunggu, ke luar? Inilah yang Nea cari, yaitu bagian luar bangunan awan.

Dirinya benar-benar berada di kuar bangunan awan itu. Dan ternyata bangunan itu memang berupa dinding-dinding awan. Bukan bangunan dengan dinding bertembok yang kokoh.

Nea mengangakan mulutnya. Ia seperti sedang berada di atas langit saat ini.

Ternyata pemandangan di luar bangunan awan itu sangat indah dan menyegarkan mata. Meskipun tidak ada tanaman, namun Nea melihat hamparan langit berwarna biru dan gumpalan-gumpalan awan yang melayang dan bergerak pelan.

Lalu, Nea mulai digiring di sebuah halaman yang sangat luas. Dan ternyata di halaman itu sudah tersedia ratusan pria tampan yang berdiri dan berbaris rapi. Akankah Nea memilih satu di antara mereka sekarang juga?

*****