Chereads / COUPLE WORLD FOR 'JOMLO' / Chapter 35 - CWFJ 35 : Bertemu Dengan David

Chapter 35 - CWFJ 35 : Bertemu Dengan David

Setelah Nea berkata seperti itu, tentu saja tak hanya Dina yang matanya berkaca-kaca. Namun Arumi dan Mita juga begitu. Kevin juga terlihat sedih.

Apalagi Gilang yang terkejut bukan main. Padahal ketika tahu dirinya sendiri tidak akan lama di kantor itu, ia sangat galau sepanjang hari memikirkan cara bagaimana ia masih bisa melihat Nea. Namun, kini si empunya yang memutuskan resign secara tiba-tiba. Berarti takdir Gilang memang tidak dengan Nea kah?

Rasanya Gilang sangat kesal. Pria itu kini hanya bisa terdiam dengan wajah datar dan berusaha menahan rasa penasarannya mengapa Nea resign.

Situasi saat ini Nea tengah dikerumuni dan dipeluk tiga rekan kerjanya, yaitu Dina, Arumi, dan Mita.

Begitulah para perempuan, pasti lebih melow dan sangat bawa perasaan. Hingga Nea sendiri kewalahan harus menenangkan siapa dulu.

Mita yang paling menghujat Nea dengan kata-kata bebasnya. Karena baru saja ia mengantarkan makanan bekal untuk Nea tadi malam. Namun mengapa sore hari ini mendengar berita seperti ini.

Selesai menghadapi itu semua dan benar-benar berpamitan, Nea melambaikan tangannya dan sekali lagi ia mengucapkan terima kasih pada Pak Rudi. Note book dan flash disk juga sudah ia berikan pada Dina. Tugas lembur closingnya benar-benar sudah selesai dan bersih. Bahkan, beberapa invoice sudah Nea bantu kerjakan lebih cepat.

Gadis itu meninggalkan kesan sangat baik di kantor bank. Padahal jika Nea bertahan hingga tiga tahun bekerje di situ, Pak Rudi hendak mempromosikan Nea untuk naik jabatan menjadi admin utama seperti Arumi, namun ditransfer ke kantor utama yang terletak di Jakarta Pusat.

Tapi semua hal memang bisa berkehendak lain tanpa aba-aba.

Setelah nangis-nangis manja, tentu saja Nea langsung mengambil langkah keluar dari kantor bank. Kevin juga langsung pulang setelah mendapatkan motornta dari parkiran dalam. Mita juga langsung pulang karena sudah dijemput suaminya, padahal wanita itu masih sesenggukan pelan dan suaminya bingung mengapa istrinya menangis.

Sedangkan Arumi dan Dina tidak bisa mengantar Nea ke depan. Ada beberapa berkas yang urgent untum segera dikerjakan sebelum jam deadline lima sore.

Dan Pak Rudi juga segera pulang, begitu juga Pak Dandi sang satpam yang ramah. Pak Dandi juga mengatakan hal singkat pada Nea, "sukses ya Mbak di luar sana. Jangan lupain temen-temen di sini yang pernah asik bareng.. hehe." Katanya.

Tentu saja Nea mengangguk. Dan kinj ia masih berdiri sendirian menunggu mobil Lita yang belum terlihat sejak tiga menit yang lalu.

Grep!!

Siku tangan kiri Nea dipegang begitu saja oleh seseorang, alhasil tubuh Nea berbalik dan sedikit terkejut.

"Gilang? Astaga. Bisa gak sih gak ngagetin." Protes Nea, karena ia benar-benar tak suka ditegur seperti itu.

"Kamu yang ngagetin. Kenapa mendadak kamu yang resign sih Ney?"

"Lah, ya memang begitu Lang. Rencana resign udah jauh hari aku pikirin. Seharusnya aku resign bulan depan, namun dipercepat sekarang ini."

"Tapi bukan karena perilakuku ke kamu kan?" Tanya Gilang dengan suara yang getir.

Nea melongo sejenak. Gilang salah paham. "Eh, nggak kok. Emang perilaku yang mana?"

"Pembicaraan terakhir kita adalah tentang perasaan Ney. Dan setelah itu aku memang memilih mengurangi interaksi sama kamu. Gak mudah Ney menahan perasaan yang udah lama aku rasain dan harus dihilangkan begitu aja. Dan kau resign tanpa pemberitahuan terlebih dahulu." Ujar Gilang dengan nada suara yang sendu.

Nea menghela napasnya pelan. Ia tersenyum. "Bukan karena itu kok Lang. Aku bener-bener punya tanggungan lain yang lebih penting."

Gilang menatap Nea. "Sukses ya di luar sana. Jangan cuek juga kalau lagi ditanyain lewat chat."

"Hehehe iya. Kamu juga baik-baik ya di sini. Nah, aku udah dijemput. Duluan ya Lang." Ujar Nea yang langsung melangkahkan kakinya segera masuk ke mobil Lita ketika sudah berhenti.

Padahal baru saja Gilang hendak meminta pelukan dari Nea. Namun Nea tidak pernah peka.

Malang sekali ya nasib Gilang. Tampan, mapan, lembut dan penyabar, maco juga, namun ketika ia sudah menyukai seseorang, maka Gilang adalah definisi pria hello kitty yang bisa sangat sebucin itu. Memang begitulah sikapnya jika ke Nea. Nada suaranya pun kalau bicara dengan Nea langsung melembut dan tidak pernah ada penekanan kasar.

***

Perjalanan menuju kafe yang di Kemang, membuat Nea bisa berdandan atau touch up di dalam mobil Lita. Agar wajahnya terlihat fresh saja ketika bertemu dengan David nanti.

Usia David ternyata 29 tahun hendak ke 30 tahun. Di dalam pikiran Nea, pria itu pasti bertampang dewasa dan mungkin punya kumis juga.

Nea memutuskan langsung ke kafe saja tanpa mandi atau berganti baju dulu. Karena jam sudah sangat mepet sekali dan ia ingin menyetujui kontrak kerjasama itu dengan segera. Perjalanan menuju kafe di daerah kemang itu juga masih 20 menit lagi. Hanya cukup untuk sedikit touch up dan ketika sampai di sana Nea ingin makan dulu sebelum bertemu dengan David.

Empat puluh menit berlalu begitu saja.

Nea tampak diam dan menscroll sosial media di layar ponselnya. Ia duduk santai di ruang kerja utama yang nantinya ruang kerja itu adalah tempatnya sehari-hari. Sudah terdapat satu set meja kerja beserta kursi, beberapa rak, satu lemari bufet yang berisi pernak-pernik elegan, satu set sofa empuk dan meja, dan tentu saja pendingin ruangan.

Tok..Tok..

"Mbak, udah dateng tuh orangnya. Dia langsung dianter sama pramusaji ke rooftop. Aku siapin berkasnya dulu, nanti aku nyusul mbak." Kata Lita.

"Oh, oke Ta.." Nea langsung mengunci ponselnya dan ia segera berjalan cepat menuju rooftop.

Rambut Nea sudah ditata elegan tadi oleh Lita. Jadi kini penampilan Nea benar-benar berkelas meskipun belum mandi dan mengenakan setelan jas warna krem muda yang ia gunakan untuk bekerja seharian.

Nea bisa melihat seorang pria yang duduk tenang dengan ditemani seorang perempuan muda yang tampak menata beberapa berkas. Pasti perempuan itu adalah manajernya.

"Selamat siang, saya--"

"Nea Adzkiya? Hmm, akhirnya aku melihat dirimu secara langsung." Kata David dengan cepat dan tentu saja bagi Nea, perilaku seperti ini sangat membuatnya kesal.

David. Pria berpenampilan rapi namun memiliki sikap perfeksionis. Ia langsung mengulurkan tangan kanannya lebih dulu untuk mengajak Nea bersalaman.

Tentu saja Nea menyambut uluran tangan itu meski kini bibirnya terpaksa tersenyum.

"David Maverick." Ucap David dengan nada suara tegas yang maco. Kemudian ia melepaskan kacamata hitamnya, dan tersenyum maskulin pada Nea.

Nea mengernyitkan dahinya. Maverick? Nama belakang itu terdengar tidak asing di telinganya. Namun Nea langsung teringat satu nama, yaitu Ezra Maverick.

Wajah David juga terlihat tidak asing. Nea seperti pernah mengenal dan menatap wajah itu jauh belasan tahun yang lalu. Tapi, di mana?

Mengapa Nea dilingkupi beberapa hal yang terasa janggal? Nama Maverick sangat tidak asing. Lalu, ada apa sebenarnya dengan pria bernama Ezra Maverick?

'Tunggu. Wajah David sangat nggak asing. Mirip seseorang. Ah!! Wajah David hampir mirip sama pria maskulin di dunia imajinasi itu. Apa... Hah??? Jangan-jangan David pria maskulin????' Batin Nea panik.

Karena wajah David, postur tubuhnya, bentuk wajahnya hampir mirip dengan pria maskulin yang ada di dunia imajinasi itu. Nea kini sedikit salah paham. Dan mungkin setelah ini ia meneriakkan hal konyol yang tidak diketahui orang di depannya.

"Ka-kamuu.. kamu si pria maskulin itu yaaa??" Tebak Nea dengan berani.

Tentu saja David melongo dan keheranan. "S-sorry, siapa?"

DEG!!

Bahkan baru Nea sadari bahwa suara David memang sebelas dua belas dengan suara pria maskulin. Nea yakin bahwa David adalah pria maskulin itu.

"Halooo, saya bicara dengan kamu." Ujar David memprotes karena tak kunjung mendapat penjelasan dari Nea yang masih berwajah terkejut.

Di detik ini lah segala kebingungan dimulai. David Maverick. Ezra Maverick. Pria maskulin. Sebenarnya siapa mereka? Nea merasa sangat janggal.

Dan setelah ini, Nea juga harus mempersiapkan dirinya untuk mencari pasangan dengan segera. Karena tanggal ulang tahunnya sudah dekat. Kira-kira, Nea akan menggandeng siapa untuk dikenalkan pada orang tuanya? Agar bisa menolak pertemuan khusus dengan keluarga Ginanjar.

*****