Chereads / COUPLE WORLD FOR 'JOMLO' / Chapter 29 - CWFJ 29 : Keputusan Bulat

Chapter 29 - CWFJ 29 : Keputusan Bulat

Sembari membalik halaman per halaman buku album, Nea juga melihat-lihat banyak foto masa kecilnya yang menggemaskan. Acara ulang tahun dirinya sendiri, acara ulang tahun teman atau tetangga, lombo 17an, wisuda sekolah saat masih TK, dan momen-momen ceria lainnya saat bermain dengan teman baru maupun teman lama.

Termasuk foto dirinya bersama seorang teman baru yang hanya ia kenal satu hingga dua jam saja. Dan foto itu hanya satu.

Tentu saja foto tersebut adalah foto yang Nea cari. Nea tampak menyengir riang dan anak laki-laki di sampingnya tersenyum manis sambil menunjukkan gantungan kunci dengan karakter batman.

Nea tersenyum. "Jadi kamu yang namanya Ezra Maverick?" Tanyanya sendiri.

Ibu jari Nea mengelus pelan wajah Ezra di lembaran foto tersebut. Kalau dipikir-pikir, memang hanya di foto itu Nea bergandengan tangan dengan teman yang ia kenal.

Di foto-foto yang lain Nea tidak pernah bergandengan tangan dengan temannya. Hanya saat berfoto fengan Ezra saja Nea bergendengan tangan dengan erat. Bahkan ketika melihat tangannya yang bergandengan dengan tangan Ezra itu, Nea merasa kembali ke masa lalu.

Padahal ia hanya bertemu Ezra selama satu hingga dua jam saja pada saat itu. Mengapa ingatan lama itu tiba-tiba muncul dan bahkan terputar kembali melalui mimpi?

Nea merasa sangat aneh. Ia terus menatap wajah Ezra kecil yang terlihat tidak asing.

Ternyata Nea melihat suatu tanda. Sebuah tanda lahir berwarna kehitaman dan berbentuk seperti goresn kecil. Tanda lahir itu terletak di dahi kiri wajah Ezra. Lebih tepatnya, letak tanda lahir itu ada di dekat area anak rambut.

Nea memicingkan kedua matanya. Ia merasa familiar dengan tanda lahir tersebut. Ia juga merasa seperti baru melihat tanda lahir itu dalam waktu dekat akhir-akhir ini, tapi di mana dan pada siapa ia melihat tanda lahir itu?

"Ck. Bikin tambah pusing aja!! Ngapain coba aku sampe nyariin foto masa kecil kayak gini. Padahal itu tadi cuman mimpi." Gerutu Nea kesal.

Kemudian gadis itu segera memasukkan buku album itu pada tempat semula dan menutup lemarinya.

Nea mendongak ketika ia berdiri. Menatap jam dinding yang ternyata sudah hampir pukul satu dini hari. Gadis itu tentu saja terkejut.

"Perasaan mimpiku tadi pendek deh. Ternyata aku tidur beneran dan sekarang udah jam segini ya." Gumam Nea saat ia kembali naik ke kasurnya dan menarik selimutnya.

Baru saja ia hendak merebahkan dirinya, tubuhnya kembali lagi tertarik untuk duduk. Nea mengernyitkan dahinya ketika ia melihat sebuah tongkat keemasan yang berada di samping meja kerjanya.

Karena kasurnya menghadap meja kerja, jadi ia bisa melihat jelas benda apa saja yang ada di sana.

Gadis itu tertegun. Ia merasa tidak pernah memiliki benda semacam tongkat seperti itu. Dan tentunya Nea tidak pernah menaruh sesuatu yang terlihat kurang pantas diletakkan di sudut mana.

Mau tak mau Nea beranjak lagi dan mendengus kesal.

Ia mendekati tongkat keemasan itu dan mengambil tongkat itu denga kedua tangannya. Berat tongkat itu ringan. Padahal tongkat itu sepertinya berbahan besi atau logam murni. Namun sangat ringan dibawa.

Nea semakin mengernyitkan dahinya. Ia merasa tidak pernah memiliki tongkat aneh namun bagus seperti itu. Lagi pula untuk apa ia memiliki sebuah tingkat? Untuk memukul ular? Di apartemen tidak akan ada ular yang bisa masuk dengan mudah.

Kilatan gliter keemasan yang terjatuh setiap kali Nea menggerkakan tingkat itu membuatnya tahu tongkat itu milik siapa.

Gadis itu membulatkan kedua matanya. "Pria maskulin??" Tanyanya kaget.

"Ih iyaa.. ini punya dia. Aku inget dia sering bawa tongkat ini ketika dia lagi berjalan di dalam bangunan awan itu!! Ngapain tongkat ini ada di sini??" Tanya Nea bingung.

Dan tentu saja ia bergidik ngeri ketika tahu bahwa pria maskulin itu benar-benar menerobos kamarnya begitu saja. Namun mengapa benda penting milik pria itu bisa tertinggal?

Nea curiga. Setiap kali ia mengingat ingatan masa lalu itu, selalu saja ia berada di dekat pria maskulin itu.

Ah, ia ingat. Saat terakhir ia berada di dunia imajinasi. Saat itu ia mengingat masa lalu itu dengan menggenggam atau bersentuhan tangan dengan pria maskulin itu. Saat itulah dirinya langsung ditarik keluar dari dunia itu dan terbangun dari tidur.

Nea melongo sejenak. Merasa bahwa semua yang berkesinambungan saat ini seperti film fantasi konyol yang tidak masuk akal. Hal-hal seperti ini tidak akan bisa dipikir oleh logika laki-laki maupun perasaan perempuan.

Nea menaruh tongkat itu pada tempatnya tadi. Ia menjauhi tongkat tersebut dan duduk di ujung kasur.

Dirinya merasa bingung dengan semua hal yang terjadi. Yang berhubungan dengan dunia imajinasi dan ingatan masa lalu itu. Mengapa dua hal yang berbeda dan menurut Nea sama sekali tidak berkesinambungan itu kini seolah hinggap di pikirannya secara bersamaan? Sebenarnya ada hubungan apa antara dua hal itu?

Jujur saja, Nea sudah sangat lelah berpikir keras.

Jam dinding dalam kamar itu sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari. Memang waktu dini hari terasa lebih cepat dan sebentar lagi akan menuju pagi.

Nea memutuskan tidak melanjutkan tidurnya. Gadis dewasa itu mengambil ponselnya dan melihat beberapa notifikasi pesan dari Rasyid yang belum terbaca.

Ternyata Rasyid mengiriminya pesan di jam 22:10 PM. Saat itu Nea tentu saja masih tertidur dan bermimpi. Dibukanya pesan dari Rasyid tersebut. Dan Nea dibuat tegang dan menggigit bibir bawahnya pelan.

Pesan dari Rasyid itu berisi sebuah pemberitahuan sekaligus permintaan yang mau tak mau harus Nea lakukan.

From : Rasyid

Mbak, maaf malam-malam ngirimin pesan kayak gini. Mungkin Lita juga belum tahu tentang hal ini karena dia mungkin juga udah tidur. Barusan aku nerima pembatalan kerjasama dari salah satu investor utama kita yang berhasil kita gandeng di cabang kafe area Depok ini. Sebenernya juga gapapa kalau misal melakukan pembatalan. Tapi dia invest dananya udah besar gitu Mbak. Dan kalau aku balikin saham punya dia, otomatis kita akan punya rugi yang mungkin besar juga jumlahnya. Gimana ya mbak? Dia juga nuntut harus ketemu sama Mbak dalam waktu tiga hari ini. Mbak, bisa nggak mbak harus segera mutusin sesuatu? Prioritasin kafe mbak. Resign aja dari pekerjaan mbak di bank. Aku sama Lita bener-bener butuh bantuan dari mbak Nea langsung.

22:10 PM

Nea menghembuskan napas panjangnya sangat jelas. Pesan panjang dari Rasyid membuat dirinya tersadar bahwa ia memang seharusnya berada di tengah-tengah Lita dan Rasyid. Nea adalah seorang pemimpin atas usaha yang berhasil ia bangun sendiri.

Sangat tidak pantas jika Nea membiarkan Lita dan Rasyid kesulitan mempertahankan usaha di dua kafe tersebut.

Kemudian Nea mengusap wajahnya gusar. Lalu ia duduk di kursi meja kerjanya dan menyalakan laptopnya.

Setelah layar laptop menyala, ia membuka aplikasi mengetik. Dan di sana ia mulai membuat tulisan sederhana dengan kalimat yang tidak terlalu banyak namun sangat sopan.

Di waktu dini hari tersebut tanpa membalas pesan dari Rasyid, Nea telah membulatkan keputusannya. Sepuluh jarinya mengetik sebuah surat berisi pengunduran diri dari kantor bank.

Ya. Sepertinya Nea lebih baik segera resign tepat saat masa closing dua hari selesai. Setelah itu ia bisa fokus pada pekerjaan miliknya.

*****