Keesokan harinya.
Nea berangkat jam tujuh pagi dan tentu saja diantar oleh Lita. Karena semalam Lita menginap di apartemennya, jadi gadis itu sekalian saja mengantar Nea dan langsung menuju kafe yang ada di daerah Kemang.
Nea merasa tubuhnya lumayan segar. Seluruh bagian badannya terasa ringan dan hari ini ia akan bersemangat sampai jam empat sore.
Hari ini adalah hari terakhir Nea bekerja sebagai pegawai bank. Dan yang tahu dirinta resign baru Dina dan Pak Rudi saja. Si bos itu benar-benar menepati janjinya pada Nea untuk tidak menyebarkan kabar tentang Nea yang mengundurkan diri. Padahal Pak Rudi biasanya paling semangat membuka gosip hangat untuk disebarluaskan sebagai bahan bercandaan.
Namun kali ini terasa adem ayem saja. Pak Rudi tidak berkata apapun pada semua rekan kerja.
Hanya Dina yang masih terlihat sedih dengan raut wajah yang sangat jelas seperti itu. Karena memang dia yang tahu bahwa Nea sudah resign, namun Dina belum tahu kapan hari terakhir Nea.
Dina sama sekali tidak menebak bahwa hari terakhir Nea adalah hari ini. Karena Dina pikir kondisi saat ini masih menghadapi lembur closingan yang kemungkinan besar akan berlanjut hingga hari Senin.
"Pagi Ney.. wah wajahmu berseri sekali. Kemarin malam pulang cepetan ya?" Tanya Arumi ketika kebetulan masuk ke kantor bersamaan dengan Nea.
"Pagi juga Rum.. haha iya. Istirahat jadi lebih total dan puas aja. Kalau badan seger, muka juga ikutan seger Rum.." balas Nea sambil terkekeh.
Arumi terkekeh pelan. "Sampai berapa hari ini lembur closingannya kali ini? Nggak rebutan jatah kerjaan sama Dina?"
"Ah, ya biasalah. Kita tebak aja sampai berapa hari lembur closingannya..hehe." Ucap Nea ngawur. Padahal nanti sore kemungkinan besar kepamitannya akan membuat banyak rekan kerja tercengang dan kaget.
"Iya sih. Aku suntuk banget lembur di ruanganku. Karena beda sendiri dan merasa sendirian. Nanti malem pintu ruangan aku buka deh, kita makan malemnya barengan aja Ney."
Mendengar ajakan itu Nea tersenyum tipis saja namun tidak mengangguk. Ia segera melangkahkan kakinya menuju meja kerja yang terlihat lebih rapi dan mulai kosong.
"Gak ke pantri Ney? Bikin kopi." Tawar Arumi.
"Nggak deh Rum. Lagi gak butuh kafein."
"Oh, oke deh."
Kemudian Nea menoleh pada Dina dan tersenyum pada rekan kerjanya yang satu itu.
Dina tak membalas senyuman Nea. Demi apapun Dina sangat kesal. Bertanya apa alasan Nea resign, percuma saja. Karena Nea tidak memberitahunya apa alasan pasti di balik keputusan resign itu.
Dan hari ini Nea bersikap tenang saja seperti tidak terjadi apa-apa. Sikapnya benar-benar natural dan tidak memperlihatkan raut wajah sedih karena hari ini adalah hari terakhirnya bekerja di situ.
***
Waktu seharian berlalu begitu cepat. Nea benar-benar tidak memperlihatkan gelagat sedihnya sama sekali.
Ia tetap fokus bekerja dan berusaha menyelesaikan data-data yang selama ini ia pegang. Ia juga makan siang bersama Arumi, Dina, dan Mita. Dan diam-diam Nea sudah menyiapkan sebuah note book kecil berisi catatan tentang beberapa file yang akan ia pasrahkan pada Dina. Dan Nea juga sudah membuatkan cadangan presentasi untuk laporan triwulan dalam sebuah flash disk yang akan dia berikan pada Dina bersama note book kecil itu nantinya.
Dan sekarang sudah pukul empat sore. Nea masih berdiam diri di tempat duduknya.
Selama lima menit ia masih menikmati suasana kantor itu yang masih ramai. Masih ada dua customer bank yang berbicara pada Teller. Lalu masih terdengar bunyi telepon manual dari ruangan Arumi. Dan diiringi bunyi kertas nota yang keluar dari mesin printer yang terus saja berderit.
Nea tersenyum mengamati semua itu. Dan ia tidak akan mematikan komputernya. Ia akan membiarkan komputernta tetap menyala meskipun nanti ia akan meninggalkan kantor ini dan meja kerjanya.
Biarkan Dina saja yang akan mematikan komputernya.
Selang lima belas menit kemudian, dua customer tadi sudah keluar dari kantor bank. Lalu Pak Dandi sang satpam langsung membalikkan label gantung bertulisan 'Close'. Kegiatan kerja berhenti, kecuali bagi admin utama dan customer service yang masih diharuskan lembur.
Sedangkan tiga Teller itu terlihat tengah bersiap-siap hendak pulang.
Baru saja Nea berdiri dari duduknya ketika dirasa suasana kantor itu sudah hening. Namun ternyata Pak Rudi muncul dan berdiri di depan meja para Teller.
Terdengar suara deheman dari Pak Rudi. Kedua tangan beliau tampak masuk ke saku celana bahan yang ia kenakan.
Dan semua rekan kerja langsung menatap Pak Rudi dan menghentikan aktivitas mereka sejenak. Memang saat Pak Rudi berdehem, itu artinya ada beberapa hal yang ingin disampaikan Pak Rudi secara serius.
"Baiklah, teman-teman. Bisa berkumpul sebentar?" Tanya Pak Rudi.
Semuanya tentu saja mengangguk dan mulai membentuk barisan melingkar namun sedikit berjarak. Arumi juga keluar dari ruangannya dan berdiri di samping kiri Dina. Sedangkan Pak Dandi sang satpam juga berdiri tegap di antara semua rekan kerja.
"Hmm, saya rasa sore ini atau hari ini adalah hari terakhir seseorang bekerja di kantor ini. Mungkin ada yang sudah tahu, atau memang belum tahu semuanya. Jadi saya ingin seseorang ini berpamitan dengan baik dan kalian semua juga menyampaikan kesan dan pesan untuk seseorang ini yang telah bekerja keras dan memiliki good attitude di kantor ini." Kata Pak Rudi dengan bijak.
Tentu saja reaksi semua kepala kecuali Nea itu tampak bingung dan saling memandang satu sama lain. Mereka tentu saja bertanya-tanya siapa yang mengajukan resign tanpa memberitahu yang lain.
Sedangkan Dina sudah tampak berkaca-kaca kedua matanya. Dan Arumi berbisik bertanya pada Dina, namun Dina enggan menjawab. Biarkan saja Arumi tahu dan mendengar sendiri siapa yang akan disuruh bicara oleh Pak Rudi.
Dan tentu saja Gilang juga terkejut. Padahal dirinya yang akan resign minggu depan di hari Senin. Mengapa ada yang lebih dulu resign sebelum dirinya?
"Silakan, Nea. Sampaikan juga kesan dan pesan selama kamu bekerja di sini." Kata Pak Rudi.
Langsung, semua mata kepala mendongak menatap Nea dengan tatapan terkejut. Seorang Nea yang tampak penurut, kalem, berwibawa, handal dalam menangani semua hal, kini mendadak membawa kabar pengunduran diri.
Gilang bahkan sampai mengangakan mulutnya sekutar dua centi meter. Hmm, terlalu detail.
Nea tersenyum dan ia melangkah maju satu langkah. Pandangannya mengedar menatap satu per satu wajah yang ia kenal dengan sangat baik selama dua tahun empat bulan.
"Untuk teman-teman rekan kerja di sini, terima kasih banyak. Sudah mau membimbing saya dan berkomunikasi baik dengan saya selama ini. Banyak pengalaman yang saya pelajari di sini. Dan tentunya saya tidak akan melupakan apa yang sudah pernah saya lalui di sini. Alasan saya resign karena sesuatu hal yang lain dan rencana itu sudah matang. Saya meminta maaf apabila selama bekerja di sini saya memiliki perilaku dan perbuatan yang salah atau menyinggung perasaan kalian. Ijinkan saya pamit hari ini. Untuk kalian semua, sukses selalu dan semoga kantor bank ini semakin sukses ke depannya." Ujar Nea dengan lantang dan tersenyum. Meskipun pada akhirnya, air mata dari mata sebelah kanannya jatuh menetes membasahi pipi kanannya.
*****