Aku akan benar-benar melakukannya?
Dia mengamati sebuah rumah di atas pohon.
Saat ini sudah malam, namun dengan night vision dia bisa melihat dengan cukup baik letak mereka.
Ayolah Vainz!
Tujuanmu adalah bertahan hidup.
Wajar untuk merenggut hidup orang lain saat kau melakukannya bukan? Selain itu jika kau tidak melakukan hal ini, latihanmu barusan akan sia-sia!!!!
"Fuuh...!!"
Tetap saja, fakta bahwa aku akan membunuh seseorang dengan cara seperti ini.…
Efek title asasin adalah menghilangkan perasaan bersalah setelah membunuh, bukan perasaan bersalah sebelum membunuh.
Karena itu Vainz hanya terus-menerus mempertanyakan keputusannya.
Ayolah Vainz Michaelist! Ini demi bertahan hidup!
Dengan kalimat itu yang terus menerus dia ulangi dalam kepalanya, Vainz mengarahkan tangannya ke rumah di atas pohon.
"[Fire Arrow]."
Ini adalah hasil dari Fire Magic LV 4. Skill itu naik level saat Vainz berlatih dengan fireball beberapa jam yang lalu.
Sebuah api kecil terbentuk di depan lingkaran magic dan perlahan memanjang sebelum akhirnya melesat dan mengenai rumah di atasnya.
Vainz beralih ke rumah selanjutnya dan dia menggunakan mantra yang sama.
Saat masih siang tadi, Vainz sudah berkeliling hutan itu dan dia berhasil menemukan seluruh rumah para harpy. Setelahnya dia berlatih menggunakan mantra fire arrow selama beberapa jam, karena itulah tembakannya hampir seluruhnya akurat.
Beberapa saat kemudian, api mulai menyala dari tempat fire arrow tertancap. Api itu perlahan membesar dan membakar sebagian besar rumah.
137 rumah di hutan itu mulai terbakar.
Vainz bisa mendengar beberapa teriakan pria dan wanita. Namun tidak ada satupun serangan dari para harpy.
Seperti burung, mereka tidak bisa melakukan apapun saat malam hari.
Vainz menutup telinganya dan meringkuk.
Maafkan aku.Maafkan aku.Maafkan aku.
Maafkan aku.Maafkan aku.Maafkan aku.
Maafkan aku.-
Maafkan aku.Maafkan aku.
Maafkan aku.Maafkan aku.Maafkan aku.
Maafkan aku.Maafkan aku.Maafkan aku.
Maafkan aku.Maafkan aku.Maaf…
Dia menutup telinganya sangat keras hingga kepalanya sakit.
Namun dia masih bisa mendengar suara teriakan mereka.. seolah tubuhnya, jiwanya.. mereka ingin mendengar suara penderitaan mereka.
Vainz juga mendengar beberapa suara daging jatuh yang terus dia abaikan, namun saat suara itu datang tepat dari hadapannya.. dia tidak bisa menahan dirinya.
Saat dia akhirnya melakukannya-saat dia mengangkat kepalanya, melepaskan tangannya dari telinganya.
Puluhan pertanyaan dan permintaan maaf serta emosi yang sangat rumit membanjiri kepalanya.
Itu adalah harpy dengan kondisi yang sangat mengenaskan.
Seluruh bulu di kedua lengan dan kepalanya terbakar habis, seluruh tubuhnya juga hitam dan penuh luka bakar.
Vainz tidak yakin kenapa-tapi dia tahu kalau harpy di depannya adalah seorang gadis.
Seorang Gadis kecil yang bahkan lebih pendek dari Vainz.
Harpy itu mengangkat kepalanya dan menatap kedua matanya, dia mengatakan beberapa kalimat yang tidak Vainz mengerti.
Saat dia selesai berbicara, dia menyerahkan sebuah gumpalan kain.
Vainz ragu-ragu untuk mengambil kain itu, namun jutaan rasa bersalah yang menghujaninya memaksa kedua tangannya untuk terulur.
Saat dia menerima gumpalan itu, tangan yang terbakar di depannya jatuh.
Dan Harpy itu kehilangan nyawanya.
Pemandangan itu seharusnya membuat Vainz merasa bersalah, namun efek title assassin merenggut Semua itu.
Vainz pergi ke bawah sebuah pohon dan membuka gumpalan di tangannya.
Apa yang pertama kali dia lihat adalah 2 mata hitam polos didalam sebuah keranjang yang sekarang menatapnya.
Kedua mata dan ekspresi polos yang manis itu menusuk hati Vainz seperti belati.
Bayi itu mulai menangis dan Vainz dengan hati-hati menggendongnya.
…. Aku akan merawat bayi ini.
Akan ada banyak masalah… tapi aku yakin aku bisa.
Dia melihat bayi itu dengan seksama dan mengelus kepalanya.
Bayi itu tertawa saat Vainz menggelitiknya, membuat kebahagiaan yang luar biasa membanjiri hatinya.
Setidaknya… aku harus bertanggung jawab.
…. Ngomong-ngomong-
Dia meletakkan bayi itu kembali ke keranjang dan melihat sekelilingnya.
-dimana suara itu? You have slain the Gatekeeper? Aku belum mendengar suara itu.
Hmmm--
"-TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK TIDAK!!!!!!"
Vainz berlari dan meninju pararel gate dengan seluruh kekuatannya. Seperti yang diharapkan, satu-satunya yang menerima efek dari pukulan itu hanya tangannya sendiri.
Namun Vainz tidak berhenti, walaupun rasa sakit dengan cepat menyebar di tangannya-dia tidak berhenti.
Bayi di belakangnya menangis saat mendengar teriakannya, namun dia tidak peduli.
Dia hanya terus meninju pintu didepannya.
"TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERBUKA!!.TERB.. hiks... kumohon..."
Saat kesedihan dan rasa sakit semakin menghujam dadanya, otaknya mengajukan sebuah pertanyaan.
Apa yang kau lakukan Vainz?
Bukankah kau sudah membulatkan tekadmu beberapa saat yang lalu?
Satu-satunya aturan di tempat ini hanyalah dibunuh atau terbunuh.
Jika kau benar-benar merasa bersimpati pada bayi itu, maka ampuni dia.
Berikan dia ampunan.
Selamatkan dia dari penderitaan yang akan memeluknya di masa depan.
"Bunuh bayi itu."
Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.