Sabtu Sore
Rina mematut dirinya di depan cermin, dia telah berdandan cukup cantik malam itu, gamis berwarna dusty pink, dengan jilbab pasmina crinkle warna senada, menambah cantik penampilan Rina hari itu. Pakaian yang dikenakan sungguh serasi untuk menutupi tubuh semampai Rina, tubuh yang di balut kulit putih mulus kemerahan.
Andi memperhatikan istrinya yang sedang berdandan, dia merasa seolah olah istrinya akan kencan malam ini.
"Wuihh bunda cantik sekali," puji andi.
"Kamu baru tau yah?" jawab Rina singkat sambil terus memakai makeup.
Andi merasa, sikap Rina sudah tidak sama seperti yang dia kenal sebelumnya, Rina sekarang sudah mulai berani meledek dia, walau sebagai istri, dia tetap melayani suaminya dengan baik, namun kadang, jawaban Rina saat mereka ngobrol sering terdengar ketus.
"Tadi pak Frans Wenda whatsapp ayah, katanya mau jemput abis maghrib bun," kata andi.
"Ya bunda dah tau, tadi pak Frans wenda juga wa bunda," jawab Rina.
"Ohh.. pak Frans wenda tahu nomor bunda?" tanya andi terkejut tak menyangka kalau bosnya itu tau nomor istrinya, padahal Andi tak pernah merasa memberikan nomor istrinya pada bosnya itu.
"Ya iya atuh ayah, saat pulang dari rumah kita, dia minta nomor wa bunda," jawab Rina singkat tanpa menoleh ke suaminya.
Rina masih terus sibuk makeup. "emang nya gak boleh bunda kasih nomor bunda ke dia?" tanya Rina.
"Ohh gak apa kok! ayah cuman gak tau kalo pak Frans wenda tau nomor bunda," jawab andi.
Andi gak mau merusak suasana dengan menjawab sesuai dengan keheranan hatinya, walau banyak pertanyaan, tapi andi menahan diri.
***
Adzan maghrib kemudian berkumandang
Suara mobil berhenti depan rumah, andi mengenali mobil tersebut, itu mobil bosnya, tak lama pak Frans wenda muncul keluar dari mobil.
Pak Frans wenda cukup tampan malam itu, dengan batik warna coklat keemasan menambah aura wibawa di dirinya. Setelah berbincang sejenak dalam rumah, kemudian Rina berpamitan pada suaminya.
"Bunda jalan dulu ya yah," ucap Rina sambil mencium tangan suaminya, pak Frans wenda menunggu diluar.
"Ya bun, hati hati yah," jawab andi, ada perasaan aneh di dadanya melepas istrinya berkencan dengan lelaki lain.
"Ohh my god, kok aku jadi mikir istriku kencan dengan orang lain," batin andi sambil melihat istrinya memasuki mobil, pak Frans wenda dan Rina duduk di belakang.
Setelah Rina pergi, Andi kemudian menyalakan televisi, namun terasa hambar, lalu dia mematikan televisi, dinyalakan rokoknya.
Andi duduk di teras, pandangannya menatap bunga petunia yang terlihat cantik dengan warna ungu tua, bunga itu dirawat dengan baik oleh istrinya. Melihat bunga itu dia kembali teringat istrinya.
"Apa yang mereka obrolin di mobil ya,"
"Apa pak Frans wenda akan megang-megang Rina?"
"Ooh ya Tuhan apa yang aku lakukan, benarkah ini demi karierku?"
Bermacam pertanyaan bergemuruh di kepalanya, berdesir dia berfantasi Rina bermanjaan dengan pria yang seumur ayahnya.
Lalu kemudian Andi masuk kamar, dia beronani di kamar berfantasi tentang Rina dan pak Frans Wenda.
***
Dalam Mobil Pak Frans Wenda
"Terima kasih ya dek Rina sudah mau nemani saya ke undangan," ucap Frans wenda saat dalam perjalanan menuju gedung pesta pernikahan.
"Ah gak apa-apa kok pak, kebetulan saya juga gak ada acara, lagian penasaran juga saya pak, datang ke pesta pernikahan bos besar, mau tau kaya gimana," jawab Rina tersenyum manis.
Frans wenda semakin geregetan, namun dia tak mau bersikap kurang ajar, dengan pengalaman menghadapi wanita, dia bukanlah anak kemaren sore yang langsung bertindak semaunya.
"Dek Rina sangat cantik malam ini, sungguh serasi busana yang adek kenakan," Frans wenda memuji tulus.
Rina hanya tersenyum, dia sendiri menjadi aneh seperti gadis remaja yang sedang berkencan, dan malu-malu ketika dipuji cowok.
Tiba tiba mobil mengerem mendadak, tubuh Rina terlempar ke depan, refleks Frans wenda segera merengkuh Rina.
"Maaf pak, maaf ada kucing tiba-tiba nyebrang jalan," ucap pak Pujo, supir pak Frans wenda agak cemas.
"Ya sudah jo, agak lebih hati hati ya," jawab Frans wenda kalem.
"Njihh pak, pangapunten bu.. pak," kata pak pujo sambil melihat ke arah Frans dan Rina melalui kaca spion tengah.
"Dek Rina gak apa-apa?" tanya pak Frans wenda, tanpa sadar pak Frans wenda masih merengkuh tubuh sintal Rina.
"Gak apa-apa pak, cuma kaget aja." jawab Rina mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Frans wenda.
"Eh maaf ya dek," ucap Frans sadar kalau dia masih memeluk Rina, "maaf saya gak bermaksud kurang ajar, cuma refleks aja tadi," lanjut Frans wenda takut kalau Rina tersinggung.
"Gak apa2 pak, saya mengerti," jawab Rina singkat.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, andi agak gelisah menunggu istrinya pulang, sejak tadi dia mencoba mengirim chat whatsapp pada istrinya, namun tak dibalas hanya dibaca saja.
Perasaan resah, gelisah dan kesal berbaur menjadi satu, tiba tiba Andi teringat kata kata Rina saat menyetujui permintaan Andi, "kamu gak boleh marah dan cemburu, apa kamu siap?"
Benar aku yang memulai dan aku sudah siap dengan segala konsekuensi ini, termasuk rasa cemburu. Namun andi merasa aneh, cemburu yang dia rasakan bukan menimbulkan emosi amarah, tapi malah menimbulkan gairah, membayangkan apa yang terjadi antara istrinya dan bosnya itu membuat birahinya perlahan naik.
Tak lama andi melihat sorot lampu mobil mendekat, mobil pak Frans wenda tiba depan rumah, dilihatnya pak Frans wenda keluar dari mobil, dan membukakan pintu sisi Rina.
Pak Frans wenda menjulurkan tangannya membantu Rina keluar disambut Rina dengan tersenyum manis, Andi segera keluar menghampiri.
"Selamat malam pak andi, saya antar bu Rina pulang dengan selamat loh," ucap pak Frans wenda sambil tersenyum.
"Ayah kirain dah tidur." ucap Rina kepada suaminya, andi hanya tersenyum tanpa menjawab,
"Pak andi saya pamit dulu, sudah malam, saya pamit bu Rina." pak Frans wenda pamit, Rina dan andi menunggu hingga mobil pak Frans wenda menghilang.
"Ayah nungguin ya?" tanya Rina sekilas matanya melihat banyaknya puntung rokok di asbak.
"Gak kok, tadi asik nonton bola," jawab andi berbohong.
Rina terlihat ceria, dia kemudian bercerita betapa mewahnya pesta tadi, tentu saja mewah karena itu pernikahan putri bos cat terbesar di Solo. Rina bercerita dengan semangat kalau di pesta tadi banyak dihadiri orang orang terkenal, Rina juga bercerita, betapa kagumnya dia dengan pak Frans wenda, yang banyak kenal dengan orang orang berpengaruh di pesta itu.
"Bun tadi ayah kirim chat kok gak dibalas?" tanya andi lembut sambil melihat istrinya yang sedang berganti pakaian,
"Ohh, maaf yah aku gak sempat balas chat ayah," jawab Rina singkat tanpa menoleh ke suaminya.
"Emangnya kamu ngapain aja ama pak Frans wenda sampe gak bisa bales chat!" batin andi kesal.
"Ayah gak marah kan, tadi mau bales, tapi pak Frans wenda terus ngajak bunda kenalan dengan pengusaha ini, pengusaha itu, maaf yah." ucap Rina mellirik sekilas ke arah suaminya.
Rina telah berganti pakaian tidurnya, dia berbaring disamping suaminya "aku tidur dulu ya yah, capek kaki aku berdiri terus tadi." ucap Rina sambil menarik selimut.
"Bun..ayah pengen" andi mencoba mengajak istrinya.
"Besok aja ya sayang, bunda capek banget." ucap Rina singkat kemudian membelakangi suaminya.
Andi hanya diam memandangi punggung istrinya, "hihihi rasain kamu bang, kentang deh, aku tau kamu pasti horni, kamu kan kebiasaan punya pikiran mesum kalo aku bertemu pak Frans wenda." batin Rina sambil tersenyum.
***
Hari minggu cerah, Rina sibuk membereskan tanaman bunga bunga indah di pekarangan, setelah selesai dia kemudian memasuki rumah, dilihatnya Andi sedang asik nonton televisi.
Rina kemudian duduk di samping andi "huuh panas banget ya yah" ucap Rina sambil mengelap keringat yang mengalir di lehernya.
Andi melihat itu tiba tiba berfantasi mesum, keringat Rina sungguh terlihat seksi, dia membayangkan keringat Rina dan keringat bosnya menyatu dalam gairah, "what..apa yang gw pikirin sih." batin andi, ditatapnya istrinya dalam-dalam.
"Ehh ayah kok liatin bunda kaya gitu sih," ucap Rina terdengar manja mencoba menggoda suaminya, tiba tiba tangan Rina ditarik oleh suaminya.
Andi menarik Rina ke pelukannya di ciumi bibir istrinya dalam dalam, Rina kemudian membalas ciuman suaminya, lidah keduanya saling membelit, Rina hanya mendesah, ketika bibir suaminya melata di sekujur lehernya, begitu geli dan nikmat rasanya ketika lehernya disedot oleh suaminya dengan napsu.
Andi mengangkat tangan Rina di tariknya kaos yang digunakan Rina, dibukanya bra istrinya itu, napsu andi telah memuncak, di kenyotnya puting Rina seperti bayi besar yang sedang kehausan. Rina sungguh terbuai dalam gairah, apalagi daerah putingnya yang sangat sensitif sekarang dikenyot oleh suaminya.
"Aahhhh enak yah...sssss terus sedot yahh," racau Rina, Andi kemudian mengangkat tangan Rina keatas kepalanya, dijilati ketiak istrinya yang penuh keringat "oohh ayahhhh, geliiii, sssssh." Rina menggelinjang geli
Rina terkejut dengan aksi suaminya, baru pertama kali suaminya ini menjilati ketiaknya, sungguh terasa sensasi yang nikmat, ada rasa geli, ada rasa yang sangat sulit diungkap namun terasa nikmat dalam dirinya.
Rina merasa suaminya ini seperti sedang kesetanan, setiap jengkal kulit mulusnya telah terjejak liur suaminya.
Andi memposisikan penisnya ke liang senggama istrinya, andi mengangkat kedua kaki Rina ke pundaknya, andi kemudian menghujam vagina istrinya.
Rina sedikit menjerit dan meresapi penetrasi tersebut, Andi kemudian memompa penisnya ke vagina istrinya.
Rina kembali merasa radar gairahnya seperti tak merasa apa-apa, kadang terasa penis suaminya menghujam vagina, kadang tidak. Saat dia mencoba konsentrasi karena gak mau kehilangan gairah ini, tiba tiba Rina terbayang pak Frans wenda yang sedang menyetubuhinya, pelan pelan radar gairahnya menjadi full.
Rina bingung ketika dia membayangkan pak Frans wenda, begitu nikmat terasa penis suaminya, ah Rina tak peduli lagi, yang penting dia harus tuntaskan gairah ini.
10 menit kemudian andi melenguh dia menghentak hentakkan penisnya ke lubang istrinya rupanya dia sudah klimaks, andi memuncratkan sperma yang banyak sekali.
Rina sempat merasakan orgasme sekali, itu juga akibat dia membayangkan pak Frans wenda, keduanya kemudian terkapar.
Rina melirik suaminya yang terlentang disamping, tanpa berkata apa-apa, Rina pergi ke kamar mandi, dia kemudian mandi sambil masturbasi, perlahan dia kemudian menyadari sosok yang dia bayangkan saat masturbasi adalah pak Frans wenda, lelaki yang bukan suaminya.
Saat Rina menyentuh miliknya, dia membayangkan pak Frans wenda mengulum milik pribadinya yang harusnya hanya untuk suaminya, namun angan Rina terus membayangkan penis besar pak Frans wenda menghujam kasar vaginanya.
Dada Rina berdesir, rasa gairah yang menghujam sanubarinya turun meleleh menjadi lendir kenikmatan, ohhhh..Rina orgasme hebat...napasnya tersengal sengal.
Pertama kali Rina merasakan orgasme yang dahsyat seperti ini, membayangkan lelaki lain yang bukan suaminya menyetubuhinya, membayangkan lelaki lain yang seumur ayahnya membuatnya berteriak-teriak.
Ohhh...Rina merasa lemas, seperti copot semua sendi sendinya.
Dia menyenderkan punggungnya ke box toilet, Rina tau sekarang apa yang dia inginkan, ini bukan lagi membantu suaminya, tapi ini adalah kebutuhannya, ya Rina sekarang ingin pak Frans wenda menyetubuhinya, membuatnya menjerit-jerit dalam kenikmatan, ohhhh..
Rina tahu pikirannya ini sungguh salah, fantasinya ini sangat keliru, ini bukan fantasi seorang istri yang baik dan santun seperti dirinya, tapi Rina juga tak bisa menghentikan gairah yang telah membelenggunya ini, gairah yang harus dia tuntaskan dengan cara apapun.
***
Seminggu kemudian
Andi merasakan perubahan perilaku pada istrinya, sekarang istrinya sangat asik memainkan hp, dia seperti sibuk bertukar chat dengan orang lain, kadang andi melihat istrinya senyum senyum sendiri, terkadang terkikik geli.
Andi ingat kemarin tengah malam terbangun, dia tidak melihat Rina di sampingnya, lalu Andi keluar mengambil minum sambil mencari istrinya, dia berpikir mungkin istrinya sedang pipis, tapi dilihatnya kamar mandi kosong, lalu sayup-sayup andi mendengar suara istrinya sedang berbincang.
Andi kemudian mencari arah suara istrinya, ternyata istrinya ada di kamar depan yang kosong, dia kemudian mendekatkan telinganya ke pintu mencoba menguping pembicaraan istrinya, tak terdengar jelas, cuman terdengar cekikikan istrinya saja.
Andi buru-buru balik kekamarnya ketika dia mendengar suara langkah Rina yang akan keluar dari kamar tersebut.
Di kamar andi berbaring pura pura tidur, dilihatnya istrinya masuk, lalu kemudian tidur disampingnya.."kamu ngobrol ama siapa bun tengah malam begini" batin andi.
***
"Chat ama siapa sih bun seru banget," tanya andi, "eh ini vera teman aku cerita lucu" jawab Rina tanpa menoleh ke suaminya.
"Bun, pak Frans wenda gak pernah chat bunda?" andi mencoba bertanya pada istrinya itu.
"Sering kok yah," jawab Rina singkat, Andi agak kaget, dia kemudian menghampiri istrinya.
"Sering bun?" tanya Andi.
"Ya, emangnya kenapa sih ayah nanya gitu? cemburu ya, kan ayah udah janji gak cemburu!" jawab Rina menatap suaminya tajam,
"Gak kok ayah gak cemburu, heeh penasaran aja, udah sampe mana projek kita?" ucap andi bertanya.
Kemudian Rina meletakkan hpnya dia berbalik menghadap suaminya, "projek?, ohh maksud ayah projek itu," jawab Rina tersenyum nakal.
Andi tercekat melihat senyum itu.
"Bunda lagi godain pak Frans wenda ya, biar dia tergila-gila ama bunda, kan rencananya kalo dia udah tergila-gila ama bunda, nanti kan bisa gampang bantu ayah," ucap Rina kemudian.
"Ayah mau baca chat bunda ama pak Frans wenda? tapi awas ya kalau marah atau cemburu, soalnya isinya agak gimana gitu hihihi." lanjut Rina sambil tersenyum geli.
Berdebar-debar Andi mendengar perkataan istrinya yang sungguh lugas tersebut. "kalau ayah mau tau isi chatnya, ntar malam aja ayah baca sendiri, aku sekarang lagi seru ngobrol sama teman-teman di grup, dah sana ayah nonton tv lagi, ntar malam aku off kan paswordnya," ucap Rina datar.
Andi hanya diam, dan kembali menuju TV, matanya melihat TV, tapi pikirannya menerawang jauh.
***